Kekeringan, Tanaman Jeruk Layu dan Rontok
Dampak dari musim kemarau panjang tidak hanya menyebabkan tanam padi tumbuh kerdil. Namun, pohon dan buah jeruk yang siap panen juga turut layu.
BANGLI, NusaBali
Salah satunya di lahan pekebunan jeruk di bilangan Desa Sukawana, Kintamani, Bangli. Akibat sulitnya mencari pasokan air, mereka terpaksa menelantarkan lahannya.
I Made Kolok, salah seorang petani jeruk di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli, mengaku kekeringan yang melanda perkebunan jeruknya, sudah terjadi sejak 4 bulan lalu. Sehingga berdampak jeruk yang sejatinya sudah siap panen, malah daunnya mengering dan buahnya rontok. “Saya tidak bisa berbuat apapun untuk mengatasi persoalan ini, jangankan air untuk menyiram jeruk. Untuk kebutuhan sehari-hari saja masih kekurangan,” ujarnya.
Untuk mencari pasokan air, Kolok harus menempuh rute yang cukup jauh dari rumahnya, sekitar dua kilometer di salah satu sumber mata air di Desanya. Karena persoalan tersebut, kini Kolok lebih memilih menelantarkan perkebunannya jeruknya seluas kurang lebih 3 hektare. “Saya hanya bisa berharap agar hujan segera turun,” harapnya.
Hal senada juga diungkapkan, Wayan Suardanayasa, pemilik kebun jeruk asal Desa Sekardadi, Kintamani, kedatangan musim kemarau ini, memang membuat petani gigit jari. Pasalnya, pohon jeruknya layu, bahkan ada beberapa juga yang mati. “Tidak hanya itu, layunya pohon ini juga berdampak pada pertumbuhan buah yang kurang maksimal. Hasilnya, harga jual pun menjadi jauh lebih murah, yakni kisaran 3.500 per kilo,” ujarnya. Dimana harga ini lebih murah dari biasanya yang berkisar Rp 4.500/kilonya.
1
Komentar