Bali Panen 48.222 Ekor Pedet
Nilai Ekonomis Tembus Rp 21,21 Triliun
SINGARAJA, NusaBali
Kementerian Pertanian mencatat bantuan kepada peternak terkait program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) sesuai laporan ISIKHNAS (Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional) menyebabkan Bali mengalami panen pedet (anak sapi) karena 48.222 ekor pedet telah lahir atau 113 persen dari target 42.728 ekor.
"Banyak bantuan dari kementerian ada yang berhasil ada yang gagal, tapi Bali luar biasa, lihat di musim kering kaya gini tidak ada sapi yang ada tanduknya lebih, good quality. Itu sesuai dengan data kumulatif mulai 1 Januari hingga 13 Desember 2018," kata Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sugiono saat menghadiri ‘Panen Pedet’ di Pasar Hewan Goris, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Kamis (20/12) malam.
Sugiono mengatakan, Panen Pedet di Bali kali ini merupakan salah satu bukti hasil kinerja Upsus Siwab di Provinsi Bali. Angka kelahiran 48.222 ekor pedet dari hasil Inseminasi Buatan, yang bermula dari 96.012 dosis inseminasi atau 126 persen dari target 76.300 dosis, dengan realisasi kebuntingan mencapai 58.468 ekor bunting atau 112 persen dari target 53.410 Bunting.
Selain terjadinya penambahan populasi, UPSUS SIWAB juga mendapatkan kualitas genetik ternak, sehingga dapat meningkatkan daya saing usaha dan nilai tambah, serta peningkatan pendapatan peternak. Sejak dilaksanakan Upsus Siwab tahun 2017 hingga saat ini (16 Desember 2018), secara nasional tercatat sudah lahir 2.650.969 ekor dari indukan sapi milik peternak. "Ini merupakan capaian kinerja yang fantastik yang perlu kita banggakan," kata Sugiono.
Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi, jika harga harga anak sapi rata-rata sebesar Rp8 juta, maka hasil ekonomis yang diperoleh mencapai sebesar Rp21,21 triliun. Nilai yang fantastis mengingat investasi program Upsus Siwab 2017-2018 hanya sebesar Rp1,41 triliun, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp19,8 triliun. Selain itu, pemerintah juga terus mengonsolidasikan kekuatan peternak skala kecil dalam kelembagaan peternak skala bisnis melalui program kemitraan, sehingga diharapkan usahanya sejajar dan saling menguntungkan.
Salah satu upaya pemerintah dalam membantu pengembangan modal adalah melalui skim kredit melalui penyediaan skim Kredit Usaha Rakyat atau KUR. Pemberian fasilitas pinjaman berupa Skema Kredit Program telah diberikan Pemerintah untuk meningkatkan Usaha Peternakan. Skema KUR diberikan bunga 7 persen untuk sampai dengan plafon Rp25 juta untuk KUR mikro, plafon diatas Rp25 juta sampai Rp500 juta untuk KUR kecil dan KUR Khusus. KUR khusus ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok dengan membentuk cluster usaha yang melibatkan swasta sebagai avalis (off take).
"Fasilitas ini diberikan kepada peternak karena pemerintah menilai pentingnya peran peternak kecil sebagai penyumbang terbesar dalam pengembangan usaha peternakan di Indonesia, dalam penyediaan bahan pangan asal hewan nasional," ujar Sugiono. Fasilitasi permodalan tersebut merupakan insentif bagi pelaku usaha dan merupakan salah satu instrumen penting untuk tercapainya swasembada. "Saya juga mengharapkan agar skim kredit tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan digunakan sesuai peruntukannya," ucapnya. Selain itu, dalam upaya mitigasi risiko usaha peternakan sapi, Kementerian Pertanian telah memfasilitasi Asuransi Usaha Ternak Sapi. Pemerintah memberikan bantuan premi sebesar 80 persen dari beban premi 2 persen dan harga pertanggungan 10 juta per ekor, sehingga peternak hanya membayar 20 persen dari premi atau Rp40.000 per ekor.
"Asuransi ini mencover risiko kematian akibat penyakit, beranak atau kecelakaan, serta kehilangan sapi betina produktif," katanya disela-sela menyerahkan piala dan penghargaan kepada Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep terkait prestasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng menjadi juara umum pada lomba Petugas Inseminasi Buatan (IB), Pemeriksa Kebuntingan (PKb) serta pencatat data kelahiran petugas pelaporan I-SIKHNAS dan lomba Pedet/godel hasil IB. PLN Peduli Curik Sementara itu, PLN Unit Induk Distribusi Bali melalui PLN ULP Gilimanuk menyerahkan bantuan PLN Peduli untuk rintisan pembentukan ekowisata dan dorong peningkatan ekonomi masyarakat Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Rabu (19/12).
"Dana bantuan senilai Rp50 juta diberikan untuk bantuan pembuatan kandang prapelepasliaran Burung Curik Bali kepada kelompok Masyarakat Rumah Burung Manuk Jegeg di Desa Sumberklampok," kata Manajer PLN ULP Gilimanuk David Ramadian. Ia mengharapkan bantuan itu dapat mendukung terwujudnya kawasan ekowisata. "Ini merupakan salah satu kerja sama kami dengan TNBB yang turut serta menjamin terwujudnya kelestarian dan keanekaragaman hayati yang nantinya bisa meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui terbentuknya ekowisata di Desa Sumber," ujar David. Selain memberikan bantuan dalam pelestarian burung curik bali, PLN Peduli juga memberi bantuan pembuatan tapal batas di Desa Musi-Penyabangan senilai Rp40 juta. *ant
Kementerian Pertanian mencatat bantuan kepada peternak terkait program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) sesuai laporan ISIKHNAS (Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional) menyebabkan Bali mengalami panen pedet (anak sapi) karena 48.222 ekor pedet telah lahir atau 113 persen dari target 42.728 ekor.
"Banyak bantuan dari kementerian ada yang berhasil ada yang gagal, tapi Bali luar biasa, lihat di musim kering kaya gini tidak ada sapi yang ada tanduknya lebih, good quality. Itu sesuai dengan data kumulatif mulai 1 Januari hingga 13 Desember 2018," kata Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sugiono saat menghadiri ‘Panen Pedet’ di Pasar Hewan Goris, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Kamis (20/12) malam.
Sugiono mengatakan, Panen Pedet di Bali kali ini merupakan salah satu bukti hasil kinerja Upsus Siwab di Provinsi Bali. Angka kelahiran 48.222 ekor pedet dari hasil Inseminasi Buatan, yang bermula dari 96.012 dosis inseminasi atau 126 persen dari target 76.300 dosis, dengan realisasi kebuntingan mencapai 58.468 ekor bunting atau 112 persen dari target 53.410 Bunting.
Selain terjadinya penambahan populasi, UPSUS SIWAB juga mendapatkan kualitas genetik ternak, sehingga dapat meningkatkan daya saing usaha dan nilai tambah, serta peningkatan pendapatan peternak. Sejak dilaksanakan Upsus Siwab tahun 2017 hingga saat ini (16 Desember 2018), secara nasional tercatat sudah lahir 2.650.969 ekor dari indukan sapi milik peternak. "Ini merupakan capaian kinerja yang fantastik yang perlu kita banggakan," kata Sugiono.
Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi, jika harga harga anak sapi rata-rata sebesar Rp8 juta, maka hasil ekonomis yang diperoleh mencapai sebesar Rp21,21 triliun. Nilai yang fantastis mengingat investasi program Upsus Siwab 2017-2018 hanya sebesar Rp1,41 triliun, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp19,8 triliun. Selain itu, pemerintah juga terus mengonsolidasikan kekuatan peternak skala kecil dalam kelembagaan peternak skala bisnis melalui program kemitraan, sehingga diharapkan usahanya sejajar dan saling menguntungkan.
Salah satu upaya pemerintah dalam membantu pengembangan modal adalah melalui skim kredit melalui penyediaan skim Kredit Usaha Rakyat atau KUR. Pemberian fasilitas pinjaman berupa Skema Kredit Program telah diberikan Pemerintah untuk meningkatkan Usaha Peternakan. Skema KUR diberikan bunga 7 persen untuk sampai dengan plafon Rp25 juta untuk KUR mikro, plafon diatas Rp25 juta sampai Rp500 juta untuk KUR kecil dan KUR Khusus. KUR khusus ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok dengan membentuk cluster usaha yang melibatkan swasta sebagai avalis (off take).
"Fasilitas ini diberikan kepada peternak karena pemerintah menilai pentingnya peran peternak kecil sebagai penyumbang terbesar dalam pengembangan usaha peternakan di Indonesia, dalam penyediaan bahan pangan asal hewan nasional," ujar Sugiono. Fasilitasi permodalan tersebut merupakan insentif bagi pelaku usaha dan merupakan salah satu instrumen penting untuk tercapainya swasembada. "Saya juga mengharapkan agar skim kredit tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan digunakan sesuai peruntukannya," ucapnya. Selain itu, dalam upaya mitigasi risiko usaha peternakan sapi, Kementerian Pertanian telah memfasilitasi Asuransi Usaha Ternak Sapi. Pemerintah memberikan bantuan premi sebesar 80 persen dari beban premi 2 persen dan harga pertanggungan 10 juta per ekor, sehingga peternak hanya membayar 20 persen dari premi atau Rp40.000 per ekor.
"Asuransi ini mencover risiko kematian akibat penyakit, beranak atau kecelakaan, serta kehilangan sapi betina produktif," katanya disela-sela menyerahkan piala dan penghargaan kepada Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep terkait prestasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng menjadi juara umum pada lomba Petugas Inseminasi Buatan (IB), Pemeriksa Kebuntingan (PKb) serta pencatat data kelahiran petugas pelaporan I-SIKHNAS dan lomba Pedet/godel hasil IB. PLN Peduli Curik Sementara itu, PLN Unit Induk Distribusi Bali melalui PLN ULP Gilimanuk menyerahkan bantuan PLN Peduli untuk rintisan pembentukan ekowisata dan dorong peningkatan ekonomi masyarakat Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Rabu (19/12).
"Dana bantuan senilai Rp50 juta diberikan untuk bantuan pembuatan kandang prapelepasliaran Burung Curik Bali kepada kelompok Masyarakat Rumah Burung Manuk Jegeg di Desa Sumberklampok," kata Manajer PLN ULP Gilimanuk David Ramadian. Ia mengharapkan bantuan itu dapat mendukung terwujudnya kawasan ekowisata. "Ini merupakan salah satu kerja sama kami dengan TNBB yang turut serta menjamin terwujudnya kelestarian dan keanekaragaman hayati yang nantinya bisa meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui terbentuknya ekowisata di Desa Sumber," ujar David. Selain memberikan bantuan dalam pelestarian burung curik bali, PLN Peduli juga memberi bantuan pembuatan tapal batas di Desa Musi-Penyabangan senilai Rp40 juta. *ant
1
Komentar