Kemenristekdikti Dukung Digitalisasi Pembelajaran Dosen
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendukung digitalisasi pembelajaran untuk para dosen.
JAKARTA, NusaBali
Digitalisasi pembelajaran dinilai penting karena karakteristik belajar mahasiswa dan sumber informasi mengalami perubahan pesat.
"Ya memang karakteristik dari mahasiswa kan berubah. Mahasiswa sekarang kan sangat digital native. Memang dari lahirnya mereka sudah (akrab dengan) digital. Yang kedua ya sumber informasi itu sudah berubah. Kalau zaman dulu kan kita susah. Buku aja susah. Tapi sekarang sumber informasi itu sudah meluap di internet," kata Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Ismunandar, di Kinanti Building Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (22/12).
"Jadi itu yang kemudian membuat pembelajaran kalau hanya content delivery atau hanya menyampaikan materi di kelas itu nggak ada gunanya. Karena yang di luar jauh lebih menarik, jauh lebih baik disampaikannya," imbuhnya.
Hal tersebut disampaikan Ismunandar usai acara Seminar Nasional 'Digitalisasi Pembelajaran: Inovasi Perguruan Tinggi di Era 4.0' yang diselenggarakan Asosiasi Dosen Indonesia (ADI).
Ismunandar mengusulkan sistem flipping classroom. Lewat sistem ini dosen memanfaatkan sistem tatap muka di kelas untuk berdiskusi, sedangkan materi bisa dipelajari mahasiswa di rumah secara online.
"(Kuliah) di-online-kan itu supaya kalau mengakses materi nggak harus di kelas lagi, jadi bisa kayak dibuat PR. 'Oh kamu baca materinya dulu, atau lihat video perkuliahannya'. Sebetulnya dosen tidak harus menciptakan (materi), dosen bisa adopsi dari tempat lain. Atau sebenarnya ditugaskan saja, 'gunakan materi di sana yang kebetulan cocok dengan perkuliahan kita, silakan akses sumber itu'," sarannya dilansir detik.com.
Karena itu, Kemenristekdikti berencana akan membuat Insitut Siber Indonesia di mana para dosen bisa memberikan materi perkuliahan secara online atau dikenal dengan open learning. Institut Siber Indonesia disebutnya masih dalam tahap pembahasan dengan para rektor perguruan tinggi.
"Kita dorong semakin banyak kampus yang menggunakan itu (digitalisasi) dan berkontribusi pada open learning di Indonesia. Karena satu, untuk membantu mahasiswa yang sedang di kampus sendiri. Dua, juga membantu orang atau usia mahasiswa yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Jadi membuat kampus juga berkontribusi untuk mencerdaskan orang-orang yang memang seperti itu," jelas Ismunandar.
"Jadi nanti akan dengan sistem seperti itu kan yang berkuliah, kuliah dalam arti tidak harus datang ke kampus ya, tapi mengakses pendidikan online akan semakin besar. Nanti berarti angka partisipasi kuliah kita semakin naik," lanjutnya.
Pembelajaran dengan sistem online akan mengurangi angka tatap muka pembelajaran langsung antara dosen dan mahasiswa. Meskipun demikian, Ismunandar menegaskan kompetensi mahasiswa tidak akan mengalami penurunan. *
Digitalisasi pembelajaran dinilai penting karena karakteristik belajar mahasiswa dan sumber informasi mengalami perubahan pesat.
"Ya memang karakteristik dari mahasiswa kan berubah. Mahasiswa sekarang kan sangat digital native. Memang dari lahirnya mereka sudah (akrab dengan) digital. Yang kedua ya sumber informasi itu sudah berubah. Kalau zaman dulu kan kita susah. Buku aja susah. Tapi sekarang sumber informasi itu sudah meluap di internet," kata Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Ismunandar, di Kinanti Building Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (22/12).
"Jadi itu yang kemudian membuat pembelajaran kalau hanya content delivery atau hanya menyampaikan materi di kelas itu nggak ada gunanya. Karena yang di luar jauh lebih menarik, jauh lebih baik disampaikannya," imbuhnya.
Hal tersebut disampaikan Ismunandar usai acara Seminar Nasional 'Digitalisasi Pembelajaran: Inovasi Perguruan Tinggi di Era 4.0' yang diselenggarakan Asosiasi Dosen Indonesia (ADI).
Ismunandar mengusulkan sistem flipping classroom. Lewat sistem ini dosen memanfaatkan sistem tatap muka di kelas untuk berdiskusi, sedangkan materi bisa dipelajari mahasiswa di rumah secara online.
"(Kuliah) di-online-kan itu supaya kalau mengakses materi nggak harus di kelas lagi, jadi bisa kayak dibuat PR. 'Oh kamu baca materinya dulu, atau lihat video perkuliahannya'. Sebetulnya dosen tidak harus menciptakan (materi), dosen bisa adopsi dari tempat lain. Atau sebenarnya ditugaskan saja, 'gunakan materi di sana yang kebetulan cocok dengan perkuliahan kita, silakan akses sumber itu'," sarannya dilansir detik.com.
Karena itu, Kemenristekdikti berencana akan membuat Insitut Siber Indonesia di mana para dosen bisa memberikan materi perkuliahan secara online atau dikenal dengan open learning. Institut Siber Indonesia disebutnya masih dalam tahap pembahasan dengan para rektor perguruan tinggi.
"Kita dorong semakin banyak kampus yang menggunakan itu (digitalisasi) dan berkontribusi pada open learning di Indonesia. Karena satu, untuk membantu mahasiswa yang sedang di kampus sendiri. Dua, juga membantu orang atau usia mahasiswa yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Jadi membuat kampus juga berkontribusi untuk mencerdaskan orang-orang yang memang seperti itu," jelas Ismunandar.
"Jadi nanti akan dengan sistem seperti itu kan yang berkuliah, kuliah dalam arti tidak harus datang ke kampus ya, tapi mengakses pendidikan online akan semakin besar. Nanti berarti angka partisipasi kuliah kita semakin naik," lanjutnya.
Pembelajaran dengan sistem online akan mengurangi angka tatap muka pembelajaran langsung antara dosen dan mahasiswa. Meskipun demikian, Ismunandar menegaskan kompetensi mahasiswa tidak akan mengalami penurunan. *
Komentar