Angkasa Pura I Siap Kelola Bandara Buleleng
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dorong PT Angkasa Pura (AP) I Ngurah Rai untuk mengelola Bandara Buleleng, yang rencananya dibangun di Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng tahun 2020.
Segera Koordinasi dengan Stakeholder dalam Dua Pekan ke Depan
MANGUPURA, NusaBali
Pihak AP I pun menyatakan kesediaannya. Tawaran pengelolaan Bandara Buleleng kepada pihak AP I Ngurah Rai tersebut dilontarkan Menhub Budi Karya dalam sambutannya saat acara ‘Penyambutan Penumpang Pertama’ di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Selasa (1/1) dinihari. Menurut Budi Karya, tawaran ini sebagai salah satu langkah untuk mengkoneksikan pengelolaan bandara di Pulau Dewata.
"Saya sangat mengapresiasi pengelolaan Bandara Ngurah Rai oleh Aangkasa Pura I, yang dengan inovasinya telah membuat pertumbuhan wisatawan meningkat. Syarat-sayarat permintaan untuk standar bandara internasional dilakukan dengan baik. Secara keseluruhan, pengelolaan beberapa bandara di bawah Aangkasa Pura juga berjalan dengan baik. Karenanya, saya menawarkan untuk pengelolaan Bandara Bali Utara yang sebentar lagi dibangun agar di bawah naungan Aangkasa Pura I," tandas Budi Karya.
Menyikapi tawaran Menhub Budi Karya, Direktur Utama PT AP I Ngurah Rai, Faik Fahmi, menyatakan siap mengelola Bandara Buleleng, yang diharapkan mampu menyeimbangkan dan jadi sarana pemerataan pembangunan Bali Utara dan Bali Selatan. "Kami segera akan berkoordinasi dengan seluruh stakeholder terkait. Mungkin dalam waktu satu hingga dua minggu ke depan, saya coba mendalami lebih lanjut," jelas Faik Fahmi di Bandara Internasional Ngurah Rai, dinihari kemarin.
Menurut Faik, saat ini pihaknya masih mengumpulkan data dan informasi terkait pembangunan Bandara Internasional Buleleng yang rencananya dibangun di Desa/Kecamatan Kubutambahan tersebut. Data dan informasi dimaksud, meliputi gambaran detail rencana bandara, lahan dan status lahan bandara, juga akses jalan menuju Bali Utara. "Studi Bank Dunia mensyaratkan kalau mau pengembangan (bandara) Bali Utara, idealnya harus terkoneksi dengan Bandara Ngurah Rai," terang Faik.
Faik menilai bandara yang akan dibangun di Buleleng memiliki prospek bagus, mengingat Bali Utara punya potensi berkembang, termasuk untuk mengakomodasi kedatangan wisatawan yang tumbuh signifikan. Jika dikelola dalam satu manajemen yakni AP I, Faik optimistis pengelolaan Bandara Buleleng itu bisa dijalankan lebih baik dan terkoneksi. "Yang penting, akan ideal kalau dikelola oleh pengelola ban-dara yang sama. Jadi, kami bisa atur slotnya nanti," tandas Faik.
Rencana pembangunan Bandara Internasional Buleleng, kata Faik, sangat sejalan dengan konsep Kementerian Parawisata (Kemenpar) untuk mendatangkan banyak wisatawan ke Bali. "Tentunya pembangunan Bandara Bali Utara juga bagian dari pemerataan dan sekaligus mendatangkan wisatawan yang lebih banyak lagi. Di Bandara Ngurah Rai kita memang melakukan penambahan run way untuk mengakomodir pesawat yang datang. Nah, kalau Bandara Bali Utara dibangun dan dikelola, pasti wisatawan akan datang lebih banyak lagi," katanya.
Bandara Buleleng sendiri rencananya aka dibangun mulai tahun 2020 dan ditarget sudah beroperasi pada 2024 mendatang. Menhub Budi Karya sudah tinjau rencana lokasi bandara di Desa/Kecamatan Kubutambahan, Minggu (30/12) lalu.
Menurut Budi Karya, setelah meninjau lahan lokasi bandara, pihaknya akan secepatnya menyusun fiasibility study (FS) mulai Januari 2019 nanti, dengan meminta masukan dari Pemprov Bali dan Pemkab Buleleng terkait masalah lahan. FS bandara diperkirakan rampung dalam 3-4 bulan ke depan atau sekitar April 2019.
Setelah FS rampung, Kemenhub akan menerbitkan izin penetapan lokasi (Penlok) rencana pembangunan bandara. Setelah ada Penlok, akan dilakukan bidding contest atau proses tender dengan pihak swasta. Budi Karya menyebutkan, proses pembangunan Bandara Internasional Buleleng nantinya akan didanai melalui skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
“Ya, nanti akan ada bidding contest. Kami akan berusaha setransparan mungkin, sehingga mana yang lebih kompeten dan efesien dalam pembentukan korporasi,” terang Budi Karya saat tinjau lokasi bandara di Kubutambahan hari itu.
Budi Karya menegaskan, nantinya setelah ada FS, barulah akan diketahui kebutuhan lahan, termasuk kebutuhan anggaran pembangunan Bandara Inyernasional Bali Utara. “Tapi, saya rasa dengan luas lahan 300 hektare sampai 400 hektare, bandara di Buleleng nantinya lebih besar dibanding Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban (Kecamatan Kuta, Badung),” katanya sembari menyebut run way Bandara Internasional Bali Utara rencananya akan dibangun sepanjang 3.000 me-ter dengan lebar 45 meter. *dar
Komentar