Berhasil Ciptakan Rumus Matematika untuk Parkir Otomatis
Si kembar adalah anak dari Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD-Kr Fina-sim, ‘Peneliti Senior Berprestasi Terbaik Nasional 2018’ asal Buleleng yang kini Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UGM Jogjakarta
Ketut Shri Satya Wiwekananda-Ketut Shri Satya Yogananda, Siswa Kembar Berprestasi di SMA Taruna Nusantara
DENPASAR, NusaBali
Dua remaja bersaudara kembar asal Buleleng yang tinggal di Jogjakarta, Ketut Shri Satya Wiwekananda, 18, dan Ketut Shri Satya Yogananda, 18, beberapa kali membukukan prestasi internasional di bidang Matematika. Salah satunya, siswa kembar yang notabene anak dari Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD-Kr Finasim, 58, ini berhasil menciptakan formula (rumus Matematika) untuk automatic parking (parkir otomatis), khususnya tempat parkir dengan bentuk serong atau miring.
Saat ini, si kembar Ketut Shri Satya Wiwekananda dan Ketut Shri Satya Yogananda masih tercatat sebagai siswa di sekolah unggulan SMA Taruna Nusantara Magelang, Jawa Tengah. Keduanya duduk di Kelas XII, hanya mereka beda kelas belajar. Anak ke-4 dan ke-5 dari lima bersaudara pasangan Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD-Kr Finasim dan Ir Ni Made Lilis Martini Dewi ini mencatat prestasi internasional bidang Matematika sejak tahun 2017, ketika mereka---yang satu tim kala itu---berhasil melakukan penelitian yakni menciptakan formula parkir otomatis.
Menurut Shri Satya Yogananda, ada tiga jenis gaya parkir di Indonesia, yakni gaya parkir tegak lurus, paralel, dan sudut. Nah, dia bersama kakak kembarnya, Shri Satya Wiwekananda, coba membuat rumus Matematika dasar untuk parkir otomatis, terutama gaya parkir sudut. Hal ini karena belum ada automatic parking untuk tempat parkir dengan bentuk serong atau miring di Indonesia.
“Formula yang kami buat adalah rumus Matematika auto parkir untuk tempat parkir yang serong dan dengan tipe parkir yang jalannya mundur. Automatic parking selama ini baru ada yang tegak lurus sama paralel. Sedangkan penelitian kami ini, dibuat pakai sudut tertentu, bisa dimasukkan,” terang Yogananda saat ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Perumahan Nindya Indah, Jalan Seroja Denpasar, Kamis (27/12) lalu.
Menurut Yogananda, penemuan ide tersebut merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Awalnya, si kembar pelajar SMA Taruna Nusantara ini melakukan penelitian ‘membuat sebuah rumus Matematika untuk bus agar bisa memutar balik dengan aman’. Dalam penelitian tingkat provinsi tersebut, diukur lebar jalan dan lebar lubang untuk memutar.
“Misalnya, kalau lebar jalannya kurang, bisa dipasang tanda bus jangan putar balik, biar tidak macet. Jadi, ada tempat-tempat tertentu yang bisa disiapkan untuk putar balik. Sehingga aman,” kenang anak cerdas kelahiran 20 Januari 2001 ini.
Setelah lolos di tingkat provinsi, penelitian bus putar balik juga dibawa ke tingkat nasional. Ternyata, penelitiannya dinyatakan terbaik tingkat nasional hingga lolos ke level internasional. Mereka pun mendapat pembinaan sebanyak tiga kali. Saat pembinaan itulah, penelitian si kembar berkembang menjadi rumus untuk auto parkir. Mereka menggunakan teori Anckerman yang ternyata bermanfaat dalam meng-hitung jari-jari belok. Selain itu, juga digunakan Trigonometri untuk membuat rumus.
“Kedua penelitian ini dasarnya sama, terutama tentang pertukaran ban. Penelitian kami kembangkan karena belum ada sistem automatic parking untuk parkir yang miring. Kami kayak buat rumus dasarnya, gitu,” sambung Wiwekananda, yang siang itu mendampingi sang adik kembar.
Wiwekananda menyebutkan, setelah rumus ditetapkan untuk setiap kondisi, rumusnya kemudian diuji dengan membuat simulasi di Microsoft Power Point. Sedangkan data dihitung menggunakan Microsoft Excel. Untuk menguji formula, beberapa sampel mobil digunakan yakni Pajero Sport, Kia Picanto, Chevrolet Orlando, Hyundai Starex, dan VW Golf. Ada tujuh variabel mobil yang diujicoba.
“Yang kami coba itu ada sudut parkir 90 derajat, 60 derajat, dan 30 derajat. Tujuh variabel itu kami cari-cari di internet, seperti panjang lebarnya berapa, jarak lingkar bannya berapa, sudut maksimumnya berapa? Dari situ, tinggal kami masukkan ke rumus kami. Nah, memecahkan masalah ini, imajinasinya juga harus dikeluarin. Ini perpaduan antara imajinasi dan logika,” tandas Wiwekananda.
Penelitian auto parkir ini kemudian dibawa dalam ajang internasional ‘Asia Pasific Conference of Young Scientists (APCYS)’ 2017 dan berhasil meraih medali perak---menduduki peringkat runner-up. Untuk kategori Matematika, mereka bersaing dengan tiga tim lainnya asal beda negara. Sedangkan dalam ajang APCYS 2017 tersebut, duet Wiwekananda-Yogananda juga harus bersaing dengan ratusan tim dari negara se-Asia Pasifik yang ikut berkompetisi.
Setelah sukses dengan prestasi satu tim (sebagai runner-up), Wiwekananda dan Yogananda kemudian harus berpisah pada ajang-ajang selanjutnya. Mereka harus bergabung dengan lain tim, agar pengalamannya bertambah. Selanjutnya, mereka pun melakukan penelitian yang berbeda-beda sesuai dengan timnya masing-masing. Dalam ajang Asian Science Camp di Manado, misalnya, Wiwekananda mendapat juara I dan best poster, sementara sang adik Yogananda mendapatkan predikat runner up best poster.
Ajang demi ajang kemudian diikuti dua remaja kembar asal Buleleng ini, meski dengan tim yang berbeda. Setelah di Manado, ada juga ajang internasional yang diselenggarakan di Jakarta, yakni International Youth Science Fair. Ajang ini diikuti oleh Yogananda, yang membuat penggaris CRC yang memiliki skala luas, skala keliling, dan skala jari-jari.
Penggaris temuan Yogananda ini dinilai lebih akurat dalam membuat lingkaran. Ini bisa bermanfaat untuk navigasi darat terutama dalam me-nyusuri luas wilayah. Penelitiannya ini juga dibawa ke ajang internasional di Thailand. Hasilnya, Yogananda mendapat medali perunggu dan predikat best poster.
Sedangkan Wiwekananda mengikuti ajang internasional ke Malaysia, dengan membawa penelitian ‘potensi daun bakau sebagai pengawet ikan’. Ini berawal dari kekhawatirannya akan banyaknya nelayan yang menggunakan formalin sebagai pengawet ikan. Sementara itu, harga garam kini mahal. Dalam ajang internasional di Malaysia, Wiwekananda dan tim berhasil sabet medali perak.
Keberhasilan si kembar Wiwekananda dan Yogananda meraih penghargaan internasional ini tidak terlepas dari dukungan kedua orangtuanya, Prof Nyoman Kertia dan Made Lilis Martini. Mereka seolah saling melengkapi. Sang ayah, selain memberikan dukungan moral, juga memberikan dukungan dari sisi keilmuan.
“Kalau kami misalnya tidak tahu, biasanya sering tanya-tanya ke papa (Prof Nyoman Kertia). Kami dikasi metode penelitian itu seperti apa, terus standarisasinya kayak gimana? Papa juga saat menjelaskan menggunakan analogi yang mudah dipahami. Jadi, enak kalau bertanya apa-apa. Selain itu, papa juga orangnya religius,” papar Wiwekananda.
Sedangkan sang ibu, Made Lilis Martini Dewi memberikan dukungan dengan selalu menemani kedua putranya itu saat berlomba. Selain itu, juga mencarikan bahan-bahan penelitian untuk sang anak. Bahkan, Lilis Martini Dewi pilih pensiun dini dari posisinya sebagai PNS Pemprov DI Jogjakarta, demi menduukung putra-putrinya mengejar ilmu.
Menurut Lilis Martini, dirinya ikut mencarikan daun bakau di kawasan Serangan, Denpasar Selatan, untuk diteliti oleh Wiwekananda dan teman-temannya di sekolah. “Sebisa mungkin saya dukung dan bantu anak-anak saya untuk mencari bahan penelitiannya,” cerita Lilis Martini, alumnus Fakultas Pertanian Unud (angkatan 1982), yang ikut mendampingi si kembar saat ditemui NusaBali.
Sekadar dicatat, ayah dari si kembar, Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD-Kr Finasim, juga dikenal sebagai peneliti. Prof Kertia baru saja menerima penghargaan sebagai ‘Peneliti Senior Berprestasi Terbaik Nasional 2018’ dari Kementerian Kesehatan, 10 November lalu, atas ketekunannya meneliti obat herbal selama puluhan tahun dan dedikasinya terhadap ilmu kesehatan. Bukan hanya itu, Prof Kertia yang kini menjadi Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UGM Jogjakarta, dalam waktu dekat juga akan menerima ‘Hak Paten Terbaik Nasional 2018’ untuk pengembangan obat herbal, hak cipta, hak merk, dan izin edar obat rematik. *ind
Komentar