Diskes Gandakan Anggaran Vaksin HPV
Pemerintah desa diharapkan tanggap dan mengganggarkan penanggulangan kanker serviks melalui dana desa.
BANGLI, NusaBali
Kasus kanker serviks di Kabupaten Bangli mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 tercatat 37 kasus, sedangkan di tahun 2018 hingga bulan Agustus ada 54 kasus. Menekan kasus kanker serviks, Dinas Kesehatan (Diskes) Bangli akan melaksanakan imunisasi menyasar siswa kelas V SD. Diskes Bangli menggandakan anggaran pengadaan vaksin HPV (Humas Papiloma Virus). Pada tahun 2018 pasang anggaran Rp 500 juta, tahun ini Rp 1,3 miliar
Kabid Pencegahan Penanggulangan Penyakit (P3) Dinas Kesehatan Bangli, Ni Luh Made Eka Sasiani, mengatakan kasus kanker serviks masih tergolong tinggi di Bangli. Berdasarkan data dari masing-masing puksesmas, tercatat ada 12 kasus, sedangkan data rumah sakit Bangli hingga bulan Agustus tercatat 42 kasus. Tootal di tahun 2018 ada 54 kasus. Meningkat dibanding tahun 2017 dengan 37 kasus,” ungkap Eka Sasiani, Rabu (2/1). Pada tahun 2018 dengan anggaran pengadaan vaksin HPV Rp 500 juta hanya menyasar 300 orang.
Eka Sasiani menjelaskan, untuk tahun 2019 sudah memasang anggaran Rp 1,3 miliar. Hanya saja belum diketahui besaran anggaran yang akan dikucurkan untuk pengadaan vaksin. “Harga vaksin Rp 700 ribu. Kami berharap tahun ini anggaran lebih besar, sehingga jumlah siswa yang tersasar lebih banyak,” harapnya. Ditegaskan, selain imunisasi, pencegahan kanker paling utama adalah pola hidup sehat. Para wanita agar menjaga kebersihan organ tubuhnya. “Deteksi dini bisa dengan IVA tes. Kami intens menggelar tes IVA dengan menggandeng PKK dan organisasi lainya,” ungkap Eka Sasiani.
Pada tahun 2018, IVA test sudah menyasar 2.410 perempuan. Penyebaran informasi melalui kegiatan lomba penanggulangan kanker terpadu paripurna (PKTP). Lomba PKTP diikuti SMP maupun SD, siswa-siswa ini nantinya bisa menyebarkan informasi tentang kanker di lingkungnya masing-masing. “Lomba PKTP mencangkup informasi seluruh kanker, tidak hanya kanker serviks,” terangnya. Eka Sasiani mengakui ada pelbagai hambatan untuk IVA tes. Ada yang tidak mau atau enggan melakukan IVA tes kerena malu, ada pula yang memang belum mendapatkan informasi secara utuh.
Eka Sasiani mengungkapkan antusiasme warga mengikuti IVA tes di sejumlah desa cukup bagus. Bahkan sampai kewalahan menerima permintaan IVA tes. “Antusiasme ini yang kami harapkan. Masyarakat peduli dengan kesehatan, jika sudah mengarah pada kanker, maka cepat bisa ditangani,” tandasnya. Eka Sasiani berharap masing-masing desa mulai tanggap dan mengganggarkan melalui dana desa. *es
Kabid Pencegahan Penanggulangan Penyakit (P3) Dinas Kesehatan Bangli, Ni Luh Made Eka Sasiani, mengatakan kasus kanker serviks masih tergolong tinggi di Bangli. Berdasarkan data dari masing-masing puksesmas, tercatat ada 12 kasus, sedangkan data rumah sakit Bangli hingga bulan Agustus tercatat 42 kasus. Tootal di tahun 2018 ada 54 kasus. Meningkat dibanding tahun 2017 dengan 37 kasus,” ungkap Eka Sasiani, Rabu (2/1). Pada tahun 2018 dengan anggaran pengadaan vaksin HPV Rp 500 juta hanya menyasar 300 orang.
Eka Sasiani menjelaskan, untuk tahun 2019 sudah memasang anggaran Rp 1,3 miliar. Hanya saja belum diketahui besaran anggaran yang akan dikucurkan untuk pengadaan vaksin. “Harga vaksin Rp 700 ribu. Kami berharap tahun ini anggaran lebih besar, sehingga jumlah siswa yang tersasar lebih banyak,” harapnya. Ditegaskan, selain imunisasi, pencegahan kanker paling utama adalah pola hidup sehat. Para wanita agar menjaga kebersihan organ tubuhnya. “Deteksi dini bisa dengan IVA tes. Kami intens menggelar tes IVA dengan menggandeng PKK dan organisasi lainya,” ungkap Eka Sasiani.
Pada tahun 2018, IVA test sudah menyasar 2.410 perempuan. Penyebaran informasi melalui kegiatan lomba penanggulangan kanker terpadu paripurna (PKTP). Lomba PKTP diikuti SMP maupun SD, siswa-siswa ini nantinya bisa menyebarkan informasi tentang kanker di lingkungnya masing-masing. “Lomba PKTP mencangkup informasi seluruh kanker, tidak hanya kanker serviks,” terangnya. Eka Sasiani mengakui ada pelbagai hambatan untuk IVA tes. Ada yang tidak mau atau enggan melakukan IVA tes kerena malu, ada pula yang memang belum mendapatkan informasi secara utuh.
Eka Sasiani mengungkapkan antusiasme warga mengikuti IVA tes di sejumlah desa cukup bagus. Bahkan sampai kewalahan menerima permintaan IVA tes. “Antusiasme ini yang kami harapkan. Masyarakat peduli dengan kesehatan, jika sudah mengarah pada kanker, maka cepat bisa ditangani,” tandasnya. Eka Sasiani berharap masing-masing desa mulai tanggap dan mengganggarkan melalui dana desa. *es
Komentar