Tjahjo Kumolo Bernostalgia saat PDIP di Luar Kekuasaan
Mantan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo bernostalgia mengenang saat PDI Perjuangan berada di luar kekuasaan pada 2004-2014, tentang proses konsolidasi serta peran Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dalam membesarkan partai.
JAKARTA, NusaBali
Tjahjo Kumolo yang saat ini menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri menyampaikan kenangan tersebut di hadapan pers, di Kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Kamis. Pada kesempatan tersebut, Tjahjo Kumolo didampingi Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
PDI Perjuangan akan menggelar perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-46 yang akan dipusatkan di JI Expo Kemayoran, Jakarta, pada 10 Januari 2019. Tjahjo Kumolo mengenang kembali pengalaman pergulatan ideologisnya di partai. Tjahjo bergabung ke PDI Perjuangan pada era orde baru saat masih bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Setelah terjadi perubahan kepemimpinan politik dan memasuki era reformasi, tahun 1998, PDI berubah nama menjadi PDI Perjuangan.
Pada kongres PDI Perjuangan tahun 2005, Tjahjo dipercaya menjadi Wakil Sekretaris Fraksi PDI di DPR RI. Kemudian, pada kongres berikutnya tahun 2010, Tjahjo mendapat kepercayaan menjadi Sekjen PDI Perjuangan.
Tjahjo menuturkan, masa setelah 2004, saat PDI Perjuangan kalah di pemilu legislatif maupun pemilu presiden, merupakan masa pergulatan besar. Di periode 2004-2009 dan 2009-2014, PDI Perjuangan berada di luar kekuasaan. Sementara godaan untuk menjadi bagian dari kekuasaan sebenarnya sangat besar. "Kekuatan PDI Perjuangan pada masa 10 tahun itu adalah keteguhan untuk tak tergiur kekuasaan. Prinsip yang diajarkan oleh Ibu Megawati adalah, kalau mau berkuasa, ya berjuang merebut kemenangan secara demokratis," kata Tjahjo.
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, memerintahkan Tjahjo agar terus menguatkan konsolidasi partai. Tumpuannya adalah tiga pilar partai, yakni kekuatan di struktur partai hingga pengurus anak ranting; kekuatan di legislatif; serta kekuatan di eksekutif.
Karena itu, PDI Perjuangan melakukan proses modernisasi kerja partai. Menurut dia, setiap kader didudukkan di salah satu dari tiga kekuatan itu berdasar hasil penilaian ilmiah, melalui metode psikotes. "Jadi sebelum seseorang didudukkan, akan dicek apakah dia cocok di DPR, di eksekutif, atau di struktur partai," kata Tjahjo.
Struktur partai, yakni sekjen, wakil sekjen, kata dia, bekerja menggerakkan dan mengorganisasikan program tiga pilar partai, termasuk menggerakkan masyarakat dan pemilih. "Itulah kunci kekuatan politiknya," tambah dia.
Tjahjo secara khusus bicara soal Megawati. Menurut dia, banyak yang menuding sosok Megawati sebagai pemimpin keras dan otoriter. "Faktanya tidak. Megawati adalah sosok demokratis, yang di tiap rapatnya selalu mendorong seluruh peserta menyampaikan pendapat. "Baru kemudian beliau memutuskan secara bersama dari hasil pembahasan," kata Tjahjo.
Dalam pandangan Tjahjo, Megawati itu figur yang cermat dan berpikir secara rinci. "Beliau tahu siapa-siapa saja pendiri partai, yang berjasa, yang membela, dan siapa pengkhianat partai," katanya.
Menurut Tjahjo, Megawati pula yang memastikan, setelah kemenangan di Pemilu 2014, bahwa PDI Perjuangan tak boleh berhenti. Bahwa satu kemenangan itu tidak cukup. Megawati memerintahkan agar jangan terbuai, bahwa selama NKRI ada, maka PDI Perjuangan harus tetap bekerja keras menjaganya.
"Maka, pada ulang tahun ke-46 PDI Perjuangan pada 10 Januari 2019, mari lawan racun demokrasi, kampanye dan ujaran kebencian, fitnah. Itulah racun demokrasi yang harus kita lawan. Harus kita sampaikan ke aparat penegak hukum. inilah penjahat demokrasi yang harus kita sadarkan," ujarnya. *ant
PDI Perjuangan akan menggelar perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-46 yang akan dipusatkan di JI Expo Kemayoran, Jakarta, pada 10 Januari 2019. Tjahjo Kumolo mengenang kembali pengalaman pergulatan ideologisnya di partai. Tjahjo bergabung ke PDI Perjuangan pada era orde baru saat masih bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Setelah terjadi perubahan kepemimpinan politik dan memasuki era reformasi, tahun 1998, PDI berubah nama menjadi PDI Perjuangan.
Pada kongres PDI Perjuangan tahun 2005, Tjahjo dipercaya menjadi Wakil Sekretaris Fraksi PDI di DPR RI. Kemudian, pada kongres berikutnya tahun 2010, Tjahjo mendapat kepercayaan menjadi Sekjen PDI Perjuangan.
Tjahjo menuturkan, masa setelah 2004, saat PDI Perjuangan kalah di pemilu legislatif maupun pemilu presiden, merupakan masa pergulatan besar. Di periode 2004-2009 dan 2009-2014, PDI Perjuangan berada di luar kekuasaan. Sementara godaan untuk menjadi bagian dari kekuasaan sebenarnya sangat besar. "Kekuatan PDI Perjuangan pada masa 10 tahun itu adalah keteguhan untuk tak tergiur kekuasaan. Prinsip yang diajarkan oleh Ibu Megawati adalah, kalau mau berkuasa, ya berjuang merebut kemenangan secara demokratis," kata Tjahjo.
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, memerintahkan Tjahjo agar terus menguatkan konsolidasi partai. Tumpuannya adalah tiga pilar partai, yakni kekuatan di struktur partai hingga pengurus anak ranting; kekuatan di legislatif; serta kekuatan di eksekutif.
Karena itu, PDI Perjuangan melakukan proses modernisasi kerja partai. Menurut dia, setiap kader didudukkan di salah satu dari tiga kekuatan itu berdasar hasil penilaian ilmiah, melalui metode psikotes. "Jadi sebelum seseorang didudukkan, akan dicek apakah dia cocok di DPR, di eksekutif, atau di struktur partai," kata Tjahjo.
Struktur partai, yakni sekjen, wakil sekjen, kata dia, bekerja menggerakkan dan mengorganisasikan program tiga pilar partai, termasuk menggerakkan masyarakat dan pemilih. "Itulah kunci kekuatan politiknya," tambah dia.
Tjahjo secara khusus bicara soal Megawati. Menurut dia, banyak yang menuding sosok Megawati sebagai pemimpin keras dan otoriter. "Faktanya tidak. Megawati adalah sosok demokratis, yang di tiap rapatnya selalu mendorong seluruh peserta menyampaikan pendapat. "Baru kemudian beliau memutuskan secara bersama dari hasil pembahasan," kata Tjahjo.
Dalam pandangan Tjahjo, Megawati itu figur yang cermat dan berpikir secara rinci. "Beliau tahu siapa-siapa saja pendiri partai, yang berjasa, yang membela, dan siapa pengkhianat partai," katanya.
Menurut Tjahjo, Megawati pula yang memastikan, setelah kemenangan di Pemilu 2014, bahwa PDI Perjuangan tak boleh berhenti. Bahwa satu kemenangan itu tidak cukup. Megawati memerintahkan agar jangan terbuai, bahwa selama NKRI ada, maka PDI Perjuangan harus tetap bekerja keras menjaganya.
"Maka, pada ulang tahun ke-46 PDI Perjuangan pada 10 Januari 2019, mari lawan racun demokrasi, kampanye dan ujaran kebencian, fitnah. Itulah racun demokrasi yang harus kita lawan. Harus kita sampaikan ke aparat penegak hukum. inilah penjahat demokrasi yang harus kita sadarkan," ujarnya. *ant
Komentar