Kuota Bidikmisi Ditambah Jadi 130.000 Mahasiswa
Kabar gembira bagi mahasiswa kurang mampu yang berprestasi untuk bisa mewujudkan cita-citanya berkuliah di perguruan tinggi.
SEMARANG, NusaBali
Kini pemerintah akan menaikkan kuota beasiswa Bidikmisi dari 85.000 mahasiswa tahun lalu menjadi 130.000 mahasiswa untuk tahun ini. Peningkatan kuota penerima ini untuk memenuhi prioritas pembangunan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang akan fokus pada sumber daya manusia (SDM).
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohammad Nasir mengatakan, beasiswa Bidikmisi menjadi salah satu program peningkatan akses bagi mahasiswa tidak mampu, namun berprestasi, agar bisa menempuh pendidikan tinggi. Beasiswa ini disalurkan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik
Tahun ini pemerintah tidak lagi fokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi ke pembangunan manusia dan Presiden telah mengamanatkan kuota beasiswa ini di tingkatkan menjadi sekitar 50%. “Ini perintah dari Presiden (Jokowi), supaya kalau bisa Bidikmisi dinaikkan 50%. Prioritas pembangunan akan digeser dari infrastruktur ke pembangunan sumber daya manusia,” kata Nasir di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Jawa Tengah, Kamis (3/1).
Dalam siaran pers yang diterima KORAN SINDO, pada 2018 kuota nasional Bidikmisi mencapai 85.000 mahasiswa. Dengan demikian, pada tahun ini pemerintah akan meningkatkan anggaran Bidik misi agar penerimanya bisa mencapai 130.000 mahasiswa di seluruh Indonesia.
Mantan rektor Universitas Diponegoro ini mengungkapkan, penerima Bidikmisi menunjukkan prestasi akademik yang sangat menggembirakan di perguruan tinggi. Menurut dia, hal ini dapat terlihat dari data bahwa jumlah mahasiswa penerima Bidikmisi yang memperoleh indeks prestasi kumulatif (IPK) 3 sebanyak 82,83%.
Mahasiswa yang awalnya tidak bisa bermimpi mendapat pekerjaan layak karena kondisi ekonomi keluarga yang terbatas pun akhirnya banyak yang bisa bekerja di perusahaan BUMN ataupun swasta, menjadi guru hingga berwirausaha.
Nasir menjelaskan, program afirmasi pendidikan ini memang bertujuan memutus rantai kemiskinan di Indonesia. Karena itu, putra-putri bangsa yang memiliki potensi akademik dan berasal dari kalangan tidak mampu akan mendapatkan pembiayaan penuh untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.
“Selain biaya pendidikan, penerima Bidikmisi juga akan menerima uang saku bulanan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk meringankan beban orang tua penerima Bidikmisi yang berasal dari kalangan tidak mampu,” ungkapnya.
Selain Bidikmisi, Kemenristek Dikti juga memiliki kebijakan afirmasi lain, yaitu Program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Papua dan Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). Program ini bertujuan meningkatkan putra-putri Papua dan Daerah 3T untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Pada tahun 2014 penerima manfaat program ini sebanyak 1.673 mahasiswa, pada 2018 ditargetkan 5.743 mahasiswa mendapatkan manfaat dari program ini. “Setiap tahun Kemenristek Dikti memberikan perhatian khusus kepada putra-putri dari daerah Papua dan daerah 3T untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. *
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohammad Nasir mengatakan, beasiswa Bidikmisi menjadi salah satu program peningkatan akses bagi mahasiswa tidak mampu, namun berprestasi, agar bisa menempuh pendidikan tinggi. Beasiswa ini disalurkan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik
Tahun ini pemerintah tidak lagi fokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi ke pembangunan manusia dan Presiden telah mengamanatkan kuota beasiswa ini di tingkatkan menjadi sekitar 50%. “Ini perintah dari Presiden (Jokowi), supaya kalau bisa Bidikmisi dinaikkan 50%. Prioritas pembangunan akan digeser dari infrastruktur ke pembangunan sumber daya manusia,” kata Nasir di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Jawa Tengah, Kamis (3/1).
Dalam siaran pers yang diterima KORAN SINDO, pada 2018 kuota nasional Bidikmisi mencapai 85.000 mahasiswa. Dengan demikian, pada tahun ini pemerintah akan meningkatkan anggaran Bidik misi agar penerimanya bisa mencapai 130.000 mahasiswa di seluruh Indonesia.
Mantan rektor Universitas Diponegoro ini mengungkapkan, penerima Bidikmisi menunjukkan prestasi akademik yang sangat menggembirakan di perguruan tinggi. Menurut dia, hal ini dapat terlihat dari data bahwa jumlah mahasiswa penerima Bidikmisi yang memperoleh indeks prestasi kumulatif (IPK) 3 sebanyak 82,83%.
Mahasiswa yang awalnya tidak bisa bermimpi mendapat pekerjaan layak karena kondisi ekonomi keluarga yang terbatas pun akhirnya banyak yang bisa bekerja di perusahaan BUMN ataupun swasta, menjadi guru hingga berwirausaha.
Nasir menjelaskan, program afirmasi pendidikan ini memang bertujuan memutus rantai kemiskinan di Indonesia. Karena itu, putra-putri bangsa yang memiliki potensi akademik dan berasal dari kalangan tidak mampu akan mendapatkan pembiayaan penuh untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.
“Selain biaya pendidikan, penerima Bidikmisi juga akan menerima uang saku bulanan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk meringankan beban orang tua penerima Bidikmisi yang berasal dari kalangan tidak mampu,” ungkapnya.
Selain Bidikmisi, Kemenristek Dikti juga memiliki kebijakan afirmasi lain, yaitu Program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Papua dan Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). Program ini bertujuan meningkatkan putra-putri Papua dan Daerah 3T untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Pada tahun 2014 penerima manfaat program ini sebanyak 1.673 mahasiswa, pada 2018 ditargetkan 5.743 mahasiswa mendapatkan manfaat dari program ini. “Setiap tahun Kemenristek Dikti memberikan perhatian khusus kepada putra-putri dari daerah Papua dan daerah 3T untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. *
Komentar