Pengunjung Keluhkan Minimnya Tempat Sampah di Karang Sewu
Sejak ditata pada 2018 lalu, objek wisata Pantai Karang Sewu di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), wilayah Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana semakin ramai dikunjungi wisatawan.
NEGARA, NusaBali
Namun pengunjung mengeluhkan minimnya tempat sampah, khususnya di sekitar pedestrian di objek wisata pantai yang juga memiliki daya tarik keasrian hamparan rerumputan itu.
Minimnya tempat sampah itu disinyalir menjadi salah satu faktor sampah kerap berserakan di pinggiran jalur pedestrian. Di mana pengunjung yang jalan-jalan dan membawa makanan maupun minuman, terpaksa membuang sampah sembarangan, karena tempat sampah hanya tersedia di beberapa titik, dan lokasinya cukup jauh dari jalur pedestrian.
“Harusnya disediakan tempat sampah yang besar di beberapa sudut,” kata Yanti, salah seorang pengunjung dari kota Negara, yang bersama teman-temannya berinisiatif memungut sampah-sampah yang berserakan, Sabtu (5/1).
Beberapa pengunjung menilai, walaupun sudah ada peringatan maupun imbauan agar tidak membuang sampah sembarangan, namum jika tidak sediakan tempat sampah memadai, pengunjung tentu merasa dirugikan. Apalagi sejak ditata, pengunjung yang datang dipungut retribusi Rp 10.000 per orang ditambah Rp 10.000 per kendaraan. Sementara sebelum dilakukan penataan, tidak ada pungutan retribusi. “Rasanya dengan pungutan retribusi itu sangat bisa digunakan untuk menyediakan tong sampah,” imbuh pengunjung lainnya.
Sementara Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna, mengatakan penataan di seputaran Pantai Karang Sewu menggunakan dana APBN sebesar Rp 3,8 miliar. Penataan itu meliputi pedestrian, pembangunan pos pantau wisata, pemasangan pagar kawat berduri, dermaga wisata, serta bundaran land mark. Dalam mengelola objek wisata setempat, Balai TNBB juga bekerjasama dengan Forum Komunikasi Kelompok Swadaya Masyarakat Gilimanuk (FKKSMG) yang sebelumnya juga sudah memanfaatkan kawasan Karang Sewu untuk tempat berjualan, menyewakan perahu, termasuk sebagai pemandu untuk menjaga kebersihan, kelestarian, dan ketertiban di kawasan setempat.
Terkait sorotan minimnya tempat sampah, menurut Agus Ngurah Krisna, pihaknya sudah menyediakan beberapa tempat sampah portabel di sejumlah sudut areal. Namun tempat sampah portabel itu sering hilang. Dalam upaya menjaga kebersihan di areal setempat, dia bersama FKKSMG rutin melaksankan kegiatan bersih-bersih. “Terakhir pada 2 Januari lalu kami melaksanakan bersih-bersih sekalian penanam pohon. Teman-teman yang berjulan di sana juga ikut membantu menjaga kebersihan. Tetapi karena liburan belakangan ini pengunjung cukup banyak, jadi sampah berserakan,” ujarnya.
Untuk tenaga kebersihan diakui memang belum disediakan pada 2018. Di 2019 ini dipastikan ada tenaga kebersihan. Juga ada rencana untuk kembali menambah tempat sampah yang sifatnya lebih permanen agar memudahkan pengunjung bersama-sama menjaga kebersihan areal Pantai Karang Sewu. *ode
Minimnya tempat sampah itu disinyalir menjadi salah satu faktor sampah kerap berserakan di pinggiran jalur pedestrian. Di mana pengunjung yang jalan-jalan dan membawa makanan maupun minuman, terpaksa membuang sampah sembarangan, karena tempat sampah hanya tersedia di beberapa titik, dan lokasinya cukup jauh dari jalur pedestrian.
“Harusnya disediakan tempat sampah yang besar di beberapa sudut,” kata Yanti, salah seorang pengunjung dari kota Negara, yang bersama teman-temannya berinisiatif memungut sampah-sampah yang berserakan, Sabtu (5/1).
Beberapa pengunjung menilai, walaupun sudah ada peringatan maupun imbauan agar tidak membuang sampah sembarangan, namum jika tidak sediakan tempat sampah memadai, pengunjung tentu merasa dirugikan. Apalagi sejak ditata, pengunjung yang datang dipungut retribusi Rp 10.000 per orang ditambah Rp 10.000 per kendaraan. Sementara sebelum dilakukan penataan, tidak ada pungutan retribusi. “Rasanya dengan pungutan retribusi itu sangat bisa digunakan untuk menyediakan tong sampah,” imbuh pengunjung lainnya.
Sementara Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna, mengatakan penataan di seputaran Pantai Karang Sewu menggunakan dana APBN sebesar Rp 3,8 miliar. Penataan itu meliputi pedestrian, pembangunan pos pantau wisata, pemasangan pagar kawat berduri, dermaga wisata, serta bundaran land mark. Dalam mengelola objek wisata setempat, Balai TNBB juga bekerjasama dengan Forum Komunikasi Kelompok Swadaya Masyarakat Gilimanuk (FKKSMG) yang sebelumnya juga sudah memanfaatkan kawasan Karang Sewu untuk tempat berjualan, menyewakan perahu, termasuk sebagai pemandu untuk menjaga kebersihan, kelestarian, dan ketertiban di kawasan setempat.
Terkait sorotan minimnya tempat sampah, menurut Agus Ngurah Krisna, pihaknya sudah menyediakan beberapa tempat sampah portabel di sejumlah sudut areal. Namun tempat sampah portabel itu sering hilang. Dalam upaya menjaga kebersihan di areal setempat, dia bersama FKKSMG rutin melaksankan kegiatan bersih-bersih. “Terakhir pada 2 Januari lalu kami melaksanakan bersih-bersih sekalian penanam pohon. Teman-teman yang berjulan di sana juga ikut membantu menjaga kebersihan. Tetapi karena liburan belakangan ini pengunjung cukup banyak, jadi sampah berserakan,” ujarnya.
Untuk tenaga kebersihan diakui memang belum disediakan pada 2018. Di 2019 ini dipastikan ada tenaga kebersihan. Juga ada rencana untuk kembali menambah tempat sampah yang sifatnya lebih permanen agar memudahkan pengunjung bersama-sama menjaga kebersihan areal Pantai Karang Sewu. *ode
1
Komentar