Camat Kuta Selatan Pantau Tebing Gunakan Drone
Beredarnya kabar tebing di Pura Luhur Uluwatu, Kuta Selatan, Badung mengalami retak ditindaklanjuti oleh Camat Kuta Selatan I Made Widiana, dengan menerjunkan tim untuk melakukan pemantauan menggunakan drone pada Rabu (9/1) siang.
Isu Keretakan Tebing di Pura Luhur Uluwatu
MANGUPURA, NusaBali
Hasil pemantauan awal, tidak ada keretakan ataupun perubahan pada tebing tersebut. Dari pemantauan itu terungkap foto yang beredar di media sosial adalah foto lama. Widiana menerangkan sehari setelah beredarnya kabar di media sosial terkait keretakan tebing Pura Luhur Uluwatau, dirinya tidak tinggal diam. Pasalnya, informasi yang beredar itu akan menimbulkan berbagai dampak baik bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan manca negara.
Guna memastikan kondisi terkini, dia membentuk tim untuk menerbangkan drone memeriksa kondisi keretakan. Meski hasil pasti belum keluar terkait pemantauan itu, Widiana meyakini bahwa tidak ada keretakan sebagaimana foto yang beredar. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan mencolok dari tumbuhan yang hidup di sekitar tebing.
Menurut Widiana, foto yang beredar di medsos itu menunjukkan keretakan dan terdapat tumbuhan kering. Namun, hasil pantauan awal menggunakan drone miliknya, didapati tumbuhan di lokasi sangat hijau dan beberapa pohon tumbuh besar.
“Tentu kita harus cepat bersikap menanggapi isu yang beredar di medsos itu. Karena kalau dibiarkan, akan menimbulkan keresahan. Yang pasti, saya yakin dan percaya bahwa tidak ada keretakan baru yang terjadi di tebing (Pura Luhur Uluwatu). Itu retakan lama,” tuturnya saat ditemui usai melakukan pemantauan di lokasi, Rabu (9/1) pagi.
Dikatakannya, Pura Luhur Uluwatu merupakan kawasan yang disucikan dan sebagai tempat persembahyangan. Oleh sebab itu, jangan sampai menimbulkan keresahan warga khususnya bagi umat yang hendak bersembahyang. Selain kawasan suci, bagian luar kawasan Uluwatu merupakan kawasan wisata, pun kalau beredar isu ada keretakan, juga membuat wisatawan waswas.
“Hasil pantauan (menggunakan drone) ini akan kami jadikan rujukan laporan ke instansi terkait. Tapi, kalau soal keretakan secara kacamata awam memang tidak ada perubahan dari retak puluhan tahun silam,” akunya.
Hal senada juga disampaikan oleh Manajer Pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu I Wayan Wijana. Menurutnya, kondisi di lapangan tidak sesuai dengan yang ada di foto. Menurut dia, yang ada di foto sangat kering dan tidak ada pepohonan, tapi saat ini di lokasi seperti yang ada di foto banyak tumbuhan menghijau. Menurut dia, setiap tahun keretakan di tebing Pura Luhur Uluwatau memang diteliti oleh PUPR Badung. Meski demikian, menurut Wijana, hasil penelitian pada 1992 silam, ada penurunan 1 mili di kawasan itu. Sehingga, mulai saat itu dilakukan pengaturan persembahyangan di dalam pura yakni hanya 30 orang yang boleh masuk.
“Fakta di lapangan memang tidak ada keretakan baru seperti foto yang viral. Perbedaannya sangat mencolok, baik dari tumbuhan maupun situasi yang ada saat ini,” tandas Wijana.
Dijelaskannya, dari sisi parawisata tidak berpengaruh, untuk wisatawan yang datang karena hanya berkunjung atau yang diekspos adalah kawasan luar pura. Pengunjung atau wisatawan yang melakukan kunjungan dilarang masuk ke dalam areal pura. Nah, kalau ada wisatawan yang beragama Hindu, dilakukan pendampingan oleh pecalang serta wajib mengenakan pakaian adat. *dar
Menurut Widiana, foto yang beredar di medsos itu menunjukkan keretakan dan terdapat tumbuhan kering. Namun, hasil pantauan awal menggunakan drone miliknya, didapati tumbuhan di lokasi sangat hijau dan beberapa pohon tumbuh besar.
“Tentu kita harus cepat bersikap menanggapi isu yang beredar di medsos itu. Karena kalau dibiarkan, akan menimbulkan keresahan. Yang pasti, saya yakin dan percaya bahwa tidak ada keretakan baru yang terjadi di tebing (Pura Luhur Uluwatu). Itu retakan lama,” tuturnya saat ditemui usai melakukan pemantauan di lokasi, Rabu (9/1) pagi.
Dikatakannya, Pura Luhur Uluwatu merupakan kawasan yang disucikan dan sebagai tempat persembahyangan. Oleh sebab itu, jangan sampai menimbulkan keresahan warga khususnya bagi umat yang hendak bersembahyang. Selain kawasan suci, bagian luar kawasan Uluwatu merupakan kawasan wisata, pun kalau beredar isu ada keretakan, juga membuat wisatawan waswas.
“Hasil pantauan (menggunakan drone) ini akan kami jadikan rujukan laporan ke instansi terkait. Tapi, kalau soal keretakan secara kacamata awam memang tidak ada perubahan dari retak puluhan tahun silam,” akunya.
Hal senada juga disampaikan oleh Manajer Pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu I Wayan Wijana. Menurutnya, kondisi di lapangan tidak sesuai dengan yang ada di foto. Menurut dia, yang ada di foto sangat kering dan tidak ada pepohonan, tapi saat ini di lokasi seperti yang ada di foto banyak tumbuhan menghijau. Menurut dia, setiap tahun keretakan di tebing Pura Luhur Uluwatau memang diteliti oleh PUPR Badung. Meski demikian, menurut Wijana, hasil penelitian pada 1992 silam, ada penurunan 1 mili di kawasan itu. Sehingga, mulai saat itu dilakukan pengaturan persembahyangan di dalam pura yakni hanya 30 orang yang boleh masuk.
“Fakta di lapangan memang tidak ada keretakan baru seperti foto yang viral. Perbedaannya sangat mencolok, baik dari tumbuhan maupun situasi yang ada saat ini,” tandas Wijana.
Dijelaskannya, dari sisi parawisata tidak berpengaruh, untuk wisatawan yang datang karena hanya berkunjung atau yang diekspos adalah kawasan luar pura. Pengunjung atau wisatawan yang melakukan kunjungan dilarang masuk ke dalam areal pura. Nah, kalau ada wisatawan yang beragama Hindu, dilakukan pendampingan oleh pecalang serta wajib mengenakan pakaian adat. *dar
Komentar