‘Beregu’ Terancam Tak Dikirim
Ini soal kuota di PON Papua yang hanya menerima sekitar 6.500 atlet dari seluruh peserta di luar Papua. Jadi, bukan Bali saja jatah anggota kontingen nya yang dikurangi.
Bali Dijatah 150 Orang di PON Papua 2020
DENPASAR, NusaBali
Cabang olahraga beregu terancam tidak dikirim ke PON Papua 2020. Bahkan bila statusnya lolos PON, kepastian dikirim atau tidak masih harus menunggu kebijakan KONI Bali. Apalagi, bila cabor itu belum pernah berprestasi selama keikutsertaan Bali dalam Pekan Olahraga Nasional (PON), maka jangan berharap berangkat ke Papua.
Sebab KONI Bali memiliki rancangan awal, bahwa cabor yang dikirim hanya yang lolos Pra PON sampai peringkat empat besar. Bahkan posisi yang paling mengancam lagi, yakni jumlah kuota bagi Kontingen Bali di PON Papua, yakni hanya sekitar 150 orang.
Dengan kebijakan tersebut, maka yang paling dirugikan yakni cabor kategori beregu. Mulai sepakbola, voli, basket, woodball, futsal, kriket, dan sebagainya. Cabor tersebut mewajibkan memiliki atlet dalam jumlah yang cukup banyak. Belum lagi cabor lainnya yang mempertandingkan secara tim atau beregu, seperti bulutangkis, tenis lapangan dan tenis meja.
Dengan kondisi seperti itu, maka yang paling diuntungkan tentu cabor perorangan. Apalagi satu orang dapat turun diberbagai kategori yang dipertandingkan. Peluang cabor perorangan lebih terbuka untuk dikirim, seperti atletik, renang, silat.
"Kami sudah pahami kondisi itu semua. Tapi ini soal kuota di PON Papua yang hanya menerima sekitar 6.500 atlet dari seluruh provinsi di luar Papua. Jadi, bukan Bali saja jumlah anggota kontingennya yang dikurangi," ujar Ketua Umum KONI Bali, Ketut Suwandi, Kamis (10/1).
Namun Ketum KONI Bali mengisyaratkan, nantinya akan ada pertimbangan dari tim sport intelejen yang memberi masukan. Sport intelejen itu dinahkodai Maryoto Subekti untuk melihat, baik kelemahan dan kelebihan lawan. Juga membandingkan prestasi atlet Bali dengan daerah rival di semua cabor dan kategori yang dipertandungkan dalam PON Papua.
"Yang jelas yang kami kirim adalah atlet proyeksi medali. Kisarannya mereka yang lolos empat besar PON. Sedangkan yang lolos PON di atas empat besar kami pertimbangkan lagi. Tapi kesempatannnya saya rasa kecil untuk dikirim. Apalagi cabor beregu. Jadi semua Pengprov cabor orientasinya wajib medali emas," tegas Suwandi.
Menanggapi hal itu cabor sepakbola yang selama ini selalu ramai dibicarakan namun belum pernah mendulang medali di PON akan sulit dikirim. Itu diakui Direktur Kompetisi Asprov PSSI Bali, Anom Prenatha.
"Jika itu tetap berlaku dan acuannya kuota, sepakbola memang sulit dikirim. Tapi mau bagaimana lagi. Yang jelas proyeksi Pra PON sudah kami siapkan tim. Soal lolos PON dan tidak dikirim lihat saja nanti. Yang jelas kami berupaya dulu," tutur Anom Prenatha.
Sementara itu, pembahasan soal dikirim tidaknya ke Pra PON dan PON akan dibahas pada medio Februari 2019 melalui Rapat Kerja Daerah (Rakerda) KONI Bali. Dalam Rakerda itu juga membahas pemenuhan target PON 2020, yaitu 31 medali emas atau naik 11 emas dibandingkan pada PON 2016 di Jawa Barat. Target itu akan dijabarkan per masing-masing cabor saat Rakerda. *dek
Komentar