Ratusan Motor Custom Hiasi Taman Festival Bali
Ratusan motor custom (modifikasi) hiasi Taman Festival Bali, Padanggalak, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur dalam ajang Custom War 2019 yang digelar komunitas Naskleeng 13 (NK13), 11-12 Januari 2019.
DENPASAR, NusaBali
IB Setiartana, selaku Kepala Divisi Humas Custom War saat ditemui di lokasi, Jumat (11/1) mengungkapkan, pelaksanaan Custom War ini merupakan momen bagi komunitas pecinta modifikasi motor untuk saling berbaur. Dimana selama ini, komunitas motor sering dipandang banyak terjadi gesekan yang menyebabkan permusuhan. Namun, diajang Custom War ini justru menyatukan persepsi mereka yang selama ini renggang.
Setiartana mengatakan, pihaknya menargetkan ada 200 motor yang semuanya merupakan modifikasi yang ikut dari hasil seleksi melalui website. Namun, kenyataannya yang datang dalam ajang ini melebihi kapasitas yang ditentukan. Hal itu menandakan antusiasme pecinta motor custom begitu besar.
Ada 30 peserta luar Bali yang datang diantaranya dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Sementara peserta dari Bali sekitar 700 lebih yang memamerkan motor dengan modifikasi coper, tradisional coper, dan juga ada digger. "Paling banyak sih yang sedang naik-naiknya saat ini ya tradisional coper," ungkapnya.
Lanjutnya, dalam kontes ini pihaknya memilih sesuai dengan kriteria, yakni full custom, baik dari model custom Jepang, maupun Amerika. Setiartana mengungkapkan, berbagai jenis motor bergabung dalam kontes ini tanpa membedakan klasifikasi mesin. "Asal custom modifikasi bagus kita pasti terima," ungkapnya.
Salah satu pemilik motor I Gede Juni Pranata, 25, mengaku ikut dalam ajang Custom War ini karena hobi. Ia yang memiliki motor Custom GL Neotex ingin memberikan warna modifikasi baru dengan konsep motor Jepang. "Saya ikut karena hobi, banyak teman juga di sini bisa sharing. Ya setidaknya bisa memberikan warna juga di sini," jelasnya.
Dalam modifikasi motor, Juni Pranata mengaku harus rela merogoh kocek jutaan rupiah. Pengerjaan motornya pun cukup sulit hingga menghabiskan waktu 4 bulan. "Agak sulitnya itu kita nyari spek dan pemasangannya. Itu lama waktunya belum lagi pemasangannya biar pas sesuai dengan keinginan kita. Ya syukurnya bisa sekarang ikut kontes yang persiapannya harus matang biar tidak kalah dengan yang lain," ungkapnya. *mi
Setiartana mengatakan, pihaknya menargetkan ada 200 motor yang semuanya merupakan modifikasi yang ikut dari hasil seleksi melalui website. Namun, kenyataannya yang datang dalam ajang ini melebihi kapasitas yang ditentukan. Hal itu menandakan antusiasme pecinta motor custom begitu besar.
Ada 30 peserta luar Bali yang datang diantaranya dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Sementara peserta dari Bali sekitar 700 lebih yang memamerkan motor dengan modifikasi coper, tradisional coper, dan juga ada digger. "Paling banyak sih yang sedang naik-naiknya saat ini ya tradisional coper," ungkapnya.
Lanjutnya, dalam kontes ini pihaknya memilih sesuai dengan kriteria, yakni full custom, baik dari model custom Jepang, maupun Amerika. Setiartana mengungkapkan, berbagai jenis motor bergabung dalam kontes ini tanpa membedakan klasifikasi mesin. "Asal custom modifikasi bagus kita pasti terima," ungkapnya.
Salah satu pemilik motor I Gede Juni Pranata, 25, mengaku ikut dalam ajang Custom War ini karena hobi. Ia yang memiliki motor Custom GL Neotex ingin memberikan warna modifikasi baru dengan konsep motor Jepang. "Saya ikut karena hobi, banyak teman juga di sini bisa sharing. Ya setidaknya bisa memberikan warna juga di sini," jelasnya.
Dalam modifikasi motor, Juni Pranata mengaku harus rela merogoh kocek jutaan rupiah. Pengerjaan motornya pun cukup sulit hingga menghabiskan waktu 4 bulan. "Agak sulitnya itu kita nyari spek dan pemasangannya. Itu lama waktunya belum lagi pemasangannya biar pas sesuai dengan keinginan kita. Ya syukurnya bisa sekarang ikut kontes yang persiapannya harus matang biar tidak kalah dengan yang lain," ungkapnya. *mi
Komentar