Bayi Empat Bulan asal Banyuwangi Alami Jantung Bocor
Sungguh malang nasib seorang bayi perempuan berinisial CQAS alias Cantik asal Banyuwangi.
DENPASAR, NusaBali
Bayi berusia 4 bulan ini mengalami kelainan jantung dan harus dirawat di Ruang Cempaka 302 RSUP Sanglah. Ia dirujuk dari RS Banyuwangi, Jawa Timur, karena didiagnosa jantung bocor.
Bayi pasangan Nepu Setiawan dan Eka Puspita Dewi harus dirawat dengan ruangan yang berisi AC. Sebab jika tidak demikian, akan terjadi masalah dengan jantungnya. Sang ibu, Puspita Dewi menceritakan, putrinya mulai sakit saat memasuki usia 3 bulan. Awalnya mengalami sesak hingga akhirnya dibawa ke puskesmas terdekat. Lalu disarankan ke Rumah Sakit Al-Huda Banyuwangi.
Karena peralatannya tidak lengkap kemudian dibawa lagi ke Rumah Sakit Banyuwangi Kota hingga diketahui bahwa jantungnya bocor. “Saya sampai beli oksigen tak bawa pulang. Aku sering lihat kalau tak mandiin itu bibirnya biru sampai lidah-lidahnya. Kukunya juga biru,” cerita Selasa (8/1) lalu.
Seminggu kemudian disarankan segera dibawa ke salah satu rumah sakit di Surabaya. Namun Eka lebih memilih ke RSU Sanglah lantaran ada saudara yang berdomisili di Bali. Buah hati keduanya itu didiagnosa gagal jantung dan jantung bocor. “Jantung bocor. Bocornya itu dua. Yang satu di tengah pembuluh darahnya, yang satu di tengah gede (besar). Terus dibilang gagal jantung, keempat katubnya salah tempat,” tuturnya.
Dewi menceritakan bahwa saat mengandung memang merasa lain dengan anak yang pertamanya. Dua bulan umur kehamilan, ia merasa sangat lemas hingga tak kuasa keluar kamar maupun rumah. Makan pun disuapin sambil tidur. Namun nafsu makannya tetap besar. Saat memasuki bulan ketiga kehamilan, ketika melihat suaminya sendiri justru muntah-muntah. “Hingga akhirnya lahir sesar dengan usia kandungan 8 bulan. Saat lahir beratnya 2,4 kilo. Lalu memasuki umur 2 bulan beratnya mencapai 4 kilo. Lalu turun menjadi 3,2 kilo dan semakin merosot menjadi 3 kilo. Dari dalam kandungan itu sudah dibilang kalau kurang gizi. Padahal semua tak makan,” ungkapnya.
Setelah dirawat di RSU Sanglah, kondisi Cantik lumayan membaik. Bayi tersebut sempat dibawa pulang ke kosan pada Jumat (4/1). Namun tak lama kemudian masuk RS Sanglah lagi. Oleh dokter yang menangani kemudian disarankan dibawa ke RS Harapan Kita Jakarta. “Sebagai orangtua kami nggak sanggup ke Jakarta. Lantaran biayanya minimal Rp350 juta,” ujarnya.
Untuk pengobatan selama ini pun, Dewi mengaku sudah habis-habisan. Semua harta bendanya di Genteng Banyuwangi sudah habis dijual untuk berobat anak keduanya. Pihaknya hanya pasrah, berharap ada uluran tangan dari sesama. Sembari berdoa, Eka mengaku sudah kehabisan air mata. “Sekarang saja sudah habis Rp200 juta lebih. Untung masih ada BPJS. Kosan saja saya masih ngutang tapi ndak saya tempati,” ceritanya. *ind
Bayi berusia 4 bulan ini mengalami kelainan jantung dan harus dirawat di Ruang Cempaka 302 RSUP Sanglah. Ia dirujuk dari RS Banyuwangi, Jawa Timur, karena didiagnosa jantung bocor.
Bayi pasangan Nepu Setiawan dan Eka Puspita Dewi harus dirawat dengan ruangan yang berisi AC. Sebab jika tidak demikian, akan terjadi masalah dengan jantungnya. Sang ibu, Puspita Dewi menceritakan, putrinya mulai sakit saat memasuki usia 3 bulan. Awalnya mengalami sesak hingga akhirnya dibawa ke puskesmas terdekat. Lalu disarankan ke Rumah Sakit Al-Huda Banyuwangi.
Karena peralatannya tidak lengkap kemudian dibawa lagi ke Rumah Sakit Banyuwangi Kota hingga diketahui bahwa jantungnya bocor. “Saya sampai beli oksigen tak bawa pulang. Aku sering lihat kalau tak mandiin itu bibirnya biru sampai lidah-lidahnya. Kukunya juga biru,” cerita Selasa (8/1) lalu.
Seminggu kemudian disarankan segera dibawa ke salah satu rumah sakit di Surabaya. Namun Eka lebih memilih ke RSU Sanglah lantaran ada saudara yang berdomisili di Bali. Buah hati keduanya itu didiagnosa gagal jantung dan jantung bocor. “Jantung bocor. Bocornya itu dua. Yang satu di tengah pembuluh darahnya, yang satu di tengah gede (besar). Terus dibilang gagal jantung, keempat katubnya salah tempat,” tuturnya.
Dewi menceritakan bahwa saat mengandung memang merasa lain dengan anak yang pertamanya. Dua bulan umur kehamilan, ia merasa sangat lemas hingga tak kuasa keluar kamar maupun rumah. Makan pun disuapin sambil tidur. Namun nafsu makannya tetap besar. Saat memasuki bulan ketiga kehamilan, ketika melihat suaminya sendiri justru muntah-muntah. “Hingga akhirnya lahir sesar dengan usia kandungan 8 bulan. Saat lahir beratnya 2,4 kilo. Lalu memasuki umur 2 bulan beratnya mencapai 4 kilo. Lalu turun menjadi 3,2 kilo dan semakin merosot menjadi 3 kilo. Dari dalam kandungan itu sudah dibilang kalau kurang gizi. Padahal semua tak makan,” ungkapnya.
Setelah dirawat di RSU Sanglah, kondisi Cantik lumayan membaik. Bayi tersebut sempat dibawa pulang ke kosan pada Jumat (4/1). Namun tak lama kemudian masuk RS Sanglah lagi. Oleh dokter yang menangani kemudian disarankan dibawa ke RS Harapan Kita Jakarta. “Sebagai orangtua kami nggak sanggup ke Jakarta. Lantaran biayanya minimal Rp350 juta,” ujarnya.
Untuk pengobatan selama ini pun, Dewi mengaku sudah habis-habisan. Semua harta bendanya di Genteng Banyuwangi sudah habis dijual untuk berobat anak keduanya. Pihaknya hanya pasrah, berharap ada uluran tangan dari sesama. Sembari berdoa, Eka mengaku sudah kehabisan air mata. “Sekarang saja sudah habis Rp200 juta lebih. Untung masih ada BPJS. Kosan saja saya masih ngutang tapi ndak saya tempati,” ceritanya. *ind
Komentar