Karangasem Jagokan Gebug Seraya
Penampilan 50 pasang penari Gebug akan memukau penonton dan para undangan di depan panggung kehormatan.
Aura PKB Tak Lekang Karena Tahun Politk
AMLAPURA, NusaBali
Tahun 2019 menjadi puncak tahun politik. Karena tahun ini akan ada hajatan demokrasi Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden, 17 April. Beberapa kalangan menengarai tahun politik akan menyita perhatian hingga melunturkan semangat masyarakat dalam bidang non politik, antara lain kesenian.
Namun tengarai itu tak 100 persen benar. Terbukti, Pelaksanaan PKB (Pesta Kesenian Bali) XLI Tahun 2019, 15 Juni – 13 Juli, tetap akan menjadi hajatan penting bagi masyarakat seni di Bali. Hajatan ini menjadi ajang pembenahan tampilan seni setiap kabupaten/kota, sebagaimana pelaksanaan PKB tahun-tahun sebelumnya. Gaung dan aura PKB pun tetap kuat. Kabupaten Karangasem, misalnya, ngotot ingin tampil matang di ajang seni bergengsi di Pulau Dewata ini.
Komunitas Seni Ghana Svara Amlapura dipastikan akan memegang ‘tampuk’ untuk mengkoordinasikan kontingen pawai pembukaan dari Karangasem pada pembukaan PKB Tahun 2019. Di bawah koordinator I Gusti Ngurah Gede Subagiartha alias Gus Ode, kontingen pawai Karangasem akan menampilkan 50 pasang penari Gebug Desa Seraya, 10 pasang deha teruna berpakaian adat. Mereka dari Desa Pakraman Asak, Kecamatan Karangasem, Desa Pakraman Bungaya, Kecamatan Bebandem, dan Desa Pakraman Tenganan Pagringsingan, Kecamatan Manggis. Di barisan terakhir, menampilkan 100 penabuh Adi Merdangga dan total group tampil 300 orang. ‘’Secara teknis tidak ada kendala. Sebab semua penari dan penabuh telah berpengalaman, tinggal mengkoordinasikan saat melakukan latihan bersama,’’ jelas Gus Ode, dihubungi di Amlapura, Jumat (11/1).
Misalnya dengan menghadirkan atraksi Tari Gebug berasal dari Desa Pakraman Seraya, Kecamatan Karangasem, penarinya siap pentas. Apalagi atraksi itu telah rutin dilaksanakan setiap tahun, secara khusus digelar acara atraksi Gebug Seraya di Banjar Bungkulan, Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem. Bahkan sering pula menggelar atraksi gebug massal di Lapangan Tanah Aron Amlapura.
Taka kalah unik, beberapa kali sekaa ini melakukan atraksi gebug pada malam hari, bagian ujung pentungan sebagai senjata diisi sumbu dan dinyalakan terlihat mirip obor. Sedangkan tameng atau alat tangkis juga dirancang unik, berisi sumbu dan menyala selama menari. Sehingga jika dipentaskan di malam hari terlihat lebih atraktif atas inovasi itu.
Khusus atraksi gebug dikoordinasikan I Komang Nisma dari Banjar Bungkulan, Desa Seraya Barat. Bahkan nama-nama penarinya telah terdata, dipilih penari yang lebih energik, agar tampil lebih bertenaga, tanpa menghilangkan unsur seni. Penampilan 50 pasang penari Gebug akan memukau penonton dan para undangan di depan panggung kehormatan. Apalagi penarinya tanpa mengenakan baju atau busana atas, hanya mengenakan kain dan saput poleng dan, tarian itu tergolong langka, hanya ada di Desa Pakraman Seraya. Sehinga terlihat lebih unik. Jauh sebelumnya tarian itu pernah ada di Desa Pakraman Timbrah, Kecamatan Karangasem, belakangan jarang muncul.
Jelas Gus Ode, biasanya bagi masyarakat Desa Pakraman Seraya, tarian gebug itu rutin dipentaskan setiap tahun melalui ritual, mana kala terjadi musim panas berkepanjangan. Tujuan menggelar tarian itu, menurut keyakinan masyarakat Desa Pakraman Seraya, memohon agar segera turun hujan. Di samping, sesuai cerita mistis diyakini masyarakat Desa Pakraman Seraya, bagi yang berani tampil menari gebug, dan dalam atraksinya salah satu peserta kena gebuk pentungan yang terbuat dari penyalin, dan tidak mengalami luka, atau lebam sedikit pun, krama itu diyakini sebagai salah satu keturunan manusia kebal. Sebab sejak zaman Kerajaan Karangasem diyakini ada 40 krama Desa Pakraman Seraya yang kebal secara alami dari segala bentuk senjata. Manusia kebal itu diyakini terus ada turun temurun, yang jumlahnya tetap 40 orang.
Begitu juga penari sampian, penabuh Adi Merdangga, secara teknis tidak ada hambatan. "Kami tengah mendata para penari, penabuh, dan deha-teruna yang hendak tampil mengenakan pakaian adat. Latihan memang belum dimulai, paling tidak secara teknis, rata-rata telah berpengalaman di bidang masing-masing," jelas Gus Ode yang juga Ketua Karang Taruna Karangasem ini.
Misalnya, papar Gus Ode, 100 penabuh Adi Merdangga, hal itu tidak ada kendala. Sebab, sebelumnya telah pernah mementaskan tabuh itu di puncak HUT Kota Amlapura, 22 Juni 2018 lalu. Sebagian besar penabuhnya binaan Komunitas Seni Ghana Svara. "Seluruh penari dan penabuh, nantinya agar latihan sendiri-sendiri, jelang pentas, kami lakukan latihan bersama. Tujuannya, untuk menyetel menjadi satu barisan besar," katanya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan Karangasem I Wayan Witrawan menambahkan, selain Karangasem menampilkan seni klasik di Pawai Pembukaan PKB XLI Tahun 2019, juga ambil bagian di tujuh kegiatan. Yakni, Parade Gong Kebyar Wanita diwakili Sekaa Gong Widya Suara Garini Desa Pertima, Kecamatan Karangasem, di bawah koordinator I Gusti Ayu Biksuni. Parade Gong Kebyar Dewasa diwakili Sekaa Gong Semara Wijaya, Desa Antiga, Kecamatan Manggis. Parade Gong Kebyar Anak-Anak rencananya diwakili Sekaa Gong Desa Pakraman Padangaji, Kecamatan Selat atau Sekaa Gong Desa Pakraman Menanga, Kecamatan Rendang. Lomba Blaganjur Remaja diwakili Komunitas Seni Wasesa Ananta Amlapura, pagelaran tari gambuh anak-anak dari Sanggar Citta Wistara, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Ikut juga acara workshop kewanitaan, lomba nyastra, lomba kerajinan dan industri. "Peserta yang ambil bagian di PKB, telah kami tunjuk, dan siap berlatih. Hanya untuk parade gong kebyar anak-anak, masih kami berkoordinasi dengan dua desa pakraman," kata I Wayan Witrawan yang juga seniman tabuh dari Banjar Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat.
Hanya saja pembinaannya belum dilakukan. Karena belum memulai latihan. "Kan masih banyak waktu menyongsong PKB Tahun 2019, yang diawali Juni mendatang," lanjut Ketua Sanggar Kalangwan, Banjar Pegubugan. *nant
Komentar