Perhiasan 'Seret', Ekspor Bali Anjlok
Perdagangan luar negeri, yakni ekspor Bali pada Desember 2018, tumbuh negatif alias anjlok.
DENPASAR, NusaBali
Besarnya 8,76 persen atau mendekati 9 persen dari bulan sebelumnya, bulan November. Nilai ekspor Bali pada Desember 2018 hanya 55,9 juta dollar. Sementara nilai ekspor Bali pada November 61,3 juta dollar.
“Dari sepuluh komoditas utama ekspor pada Desember, tujuh yang mengalami penurunan,” kata Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho, Selasa (15/1). Penurunan terdalam adalah produk kertas /karton mencapai -67,77 persen dengan tujuan Amerika Serikat. Produk perhiasan/permata yang menurun sebesar -55,82 persen, yang didominasi tujuan ekspor Australia.
“Ini (produk perhiasan/permata) juga memberi andil tidak sedikit terhadap penurunan ekspor pada bulan Desember lalu,” ujar Adi Nugroho, didampingi Kabid Statistik Distribusi I Gede Nyoman Subadri dan jajaran BPS Bali yang lain.
Selain kedua komoditas barang kertas/karton dan perhiasan/permata, beberapa komoditas lain juga melorot nilai ekspornya pada Desember lalu. Diantaranya produk buah-buahan, produk perabot, penerangan rumah, produk barang-barang rajutan. Juga produk jerami/bahan anyaman serta produk pakaian jadi bukan rajutan.
Namun tidak semua ekspor komoditas Bali menurun ekspornya. Ada beberapa komoditas yang justru mengalami peningkatan ekspor pada Desember lalu. Diantara yang meningkat tersebut antara lain produk kopi, teh, rempah-rempah, ikan dan udang, sampai produk kayu dan barang dari kayu.
Meski secara month to month (m to m) yakni Desember dibanding dengan November, namun secara kumulatif Januari-Desember 2018, eskpor Bali mengalami peningkatan sebesar 10,95 persen dibanding periode sama tahun 2017. Kumulatif ekspor Bali pada 2018 tercatat 594 juta dollar lebih. Sedang ekspor Bali pada Januari-November 2017 sebesar 535,5 juta dollar.
Adi Nugroho menyatakan berdasarkan sektor, kumulatif ekspor barang asal Provinsi Bali pada Januari-Desember 2018 didominasi sektor industri pengolahan sebesar 10,61 persen, disusul sektor pertanian 10,036 persen dan pertambangan minus atau menurun -29,23 persen. “Kondisi pertambangan memang berbeda dengan sektor lainnya,” kata Adi Nugroho. *k17.
1
Komentar