Warga Dua Desa Masih Terisolasi
Evakuasi material longsor tersendat, warga diseberangkan dengan boat, siswa SMP-SMA pilih liburkan diri
Pasca Longsor, Pemkab Bangli Kerahkan 10 Boat ke Danau Batur
BANGLI, NusaBali
Evakuasi material longsor tebing Bukit Abang di Dusun Dukuh, Desa Abang Batudinding, Kecamatan Kintamani, Bangli belum bisa tuntas dilakukan pada H+1 pasca bencana, Jumat (18/1). Proses evakuasi terkendala kondisi cuaca dan jalan yang sempit. Sebagian besar siswa SMP dan SMA dari dua desa yang terisolasi, Desa Trunyan dan Desa Abang Batudinding, pun terpaksa tidak sekolah.
Proses evakuasi material longsor berupa tanah, batu, dan pohon di lokasi bencana yang berada di tebing atas Danau Batur, Jumat kemarin, dilaksanakan sejak pagi pukul 10.30 Wita. Evakuasi dilakukan tim gabungan dari BPBD Bangli, Dinas PU Bangli, dibantu petugas kepolisian dan TNI.
Kasi Kedaruratan BPBD Provinsi Bali, I Komang Kusuma Adi, juga ikut terjun ke lokasi bencana dengan didampingi Kasi Kedaruratan BPBD Bangli, I Ketut Agus Sutapa. Menurut Komang Kusuma Adi, proses evakuasi kemarin hanya bisa menggunakan satu unit loader (alat berat). Masalahnya, kondisi jalan yang sempit dan medan terjal, hanya memungkinkan satu unit alat berat saja yang dikerahkan. “Memang hanya satu unit alat berat yang bisa digunakan untuk proses evakuasi meterial longsoran,” jelas Kusuma Adi.
Material longsoran berupa tanah dan bongkahan batu, kata Kusuma Adi, buat sementara ditumpuk ke pinggir Danau Batur yang berada di bawah badan jalan penghubung desa-desa Lintang Danu. “Sementara dibawa ke pinggir danau dulu. Untuk saat ini, yang terpenting adalah bagaimana akses jalan terbuka, sehingga aktivitas warga kembali normal,” katanya.
Hingga kemarin sore, proses evakuasi belum sepenuhnya bisa tuntas. Maklum, material longsor yang meimbun badan jalan rute Desa Kedisan-Desa Buahan-Desa Abang Batudinding-Desa Trunyan memanjang sejauh 60 meter. Timbunan material menggunung setebal hampir 3 meter. Sedangkan alat berat yang bisa dikerahkan hanya satu unit.
Lagipula, proses evakuasi sempat dihentikan, Jumat siang, karena turun hujan. Dalam kondisi hujan, petugas gabungan tidak berani lakukan evakuasi, karena rawan dan dikhawatirkan bisa kembali longsor dari atas tebing. Jika dalam kondisi normal saja, proses evakuasi material longsoran diperkirakan memakan waktu selama 3 hari.
Walhasil, warga dua desa bertetangga: Desa Abang Batudinding dan Desa Tru-nyan, masih terisolasi akibat longsor tebing Bukit Abang setinggi 80 meter yang terjadi Kamis (17/1) siang pukul 14.00 Wita. Untuk ke luar desa, warga dari kedua desa ini harus menyeberang lewat Danau Batur menggunakan perahu dan sampan.
Dinas Perhubungan Bangli dan Sat Polair Polres Bangli membantu sediakan perahu (boat) untuk mengangkut warga dari Desa Trunyan dan Desa Abang Batudinding yang hendak pergi Kintamani melalui Desa Kedisan atau sebaliknya. Selain bantu armada perahu, juga disiapkan sejumlah operator untuk mengoperasikan peralatan tersebut.
Menurut Kadis Perhubungan Bangli, I Gede Artha, pihaknya kerahkan 10 unit boat untuk menyeberangkan warga dua desa yang terisolasi. Dari jumlah itu, 5 unit boat disiagakan di tepi danau kawasan Desa Trunyan---desa Lintang Danu yang posisinya paling ujung timur. Sedangkan 5 unit boat lagi disiagakan di perbatasan Desa Buahan dan Desa Abang Batudingding, dekat dengan lokasi longsor.
Gede Artha mengatakan, 10 unit boat itu dioperasikan secara gratis alias penumpang tanpa dipungut biaya. “Armada boat ini sudah kami siagakan sejak Kamis malam. Untuk layanan ini warga tidak dipungut biaya, sesuai dengan arahan Bapak Bupati Bangli Made Gianyar,” jelas Gede Artha saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Jumat kemarin.
Armada boat sebanyak 10 unit yang dikerahkan Dinas Perhubungan Bangli ini, kata Gede Artha beroperasi melayani warga untuk menyeberang sejak Jumat subuh pukul 05.00 Wita. Selain mengangkut penumpang, boat ini juga angkut barang-barang dagangan milik warga.
“Banyak warga yang mau jualan ke Kintamani atau Bangli. Mereka hendak menjual hasil pertanian seperti cabai. Awalnya, warga sempat khawatir tidak bisa jualan, karena akses jalan darat tertimbun longsor. Namun, dengan bantuan armada boat ini, mereka akhirnya bisa jualan,” tandas Gede Artha.
Menurut Gede Artha, pihaknya akan terus siagakan armada boat untuk melayani warga dua desa terisolasi, sampai akses jalan yang tertimbun longsor kembali normal. Lagipula, warga yang sedang sakit juga harus diseberangkan untuk berobat ke luar desa.
Bukan hanya itu, anak-anak sekolah (SMP dan SMA/SMK) juga terkendala dengan bencana longsor tebing Bukit Abang ini. Sebagian besar pelajar SMP dan SMA/SMK asal Desa Trunyan dan Desa Abang Batudinding diketahui meliburkan diri, Jumat kemarin. Bahkan, sejumlah pegawai negeri maupun suwasta juga meliburkan diri, karena akses jalan darat terputus.
Menurut Kepala Desa (Perbekel) Abang Batudingding, I Made Diksa, siswa tersebut sebagian besar sekolah di Kintamani. “Ya, para siswa SMP, SMA/SMK sebagian besar pilih libur sementara. Tidak hanya siswa, pegawai pun ada yang meliburkan diri,” ungkap Made Diksa di lokasi bencana, Jumat kemarin.
Made Diksa mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan kendala pasca bencana ini kepada pihak sekolah agar ada permakluman. “Kami sudah sampaikan kondisi seperti ini. Semoga akses jalan bisa segera normal, sehingga kegiatan pendidikan dan aktivitas ekonomi bisa lancar kembali,” harap Made Diksa.
Disebutkan, pihaknya selaku kepala desa juga meminta bantuan pawang hujan agar proses evakuasi material longsoran cepat selesai. Apalagi, Jumat kemarin proses evakuasi sempat terhenti siang hari, karena turun hujan dan dikhawatirkan kembali terjadi longsor dari atas bukit. “Kami minta bantuan pawang hujan agar proses evakuasi berjalan lancar. Jika hujan, tidak ada yang berani berada dir lokasi, karena ini sangat rawan,” beber Made Diksa.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Jumat kemarin, Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 1 Kintamani, I Wayan Ariana, membenarkan sejumlah siswa asal Desa Trunyan dan Desa Abang Batudinding yang tidak hadir ke sekolahnya. Tercatat setidaknya ada 12 siswa SMP dari kedua desa terisolasi itu yang absen di SMPN 1 Kintamani kemarin.
“Kami pun sudah sampaikan kepada para guru di sekolah agar bisa memberikan toleransi bagi siswa-siswi ini,” jelas Wayan Ariana. Ditanya soal batas waktu dispensansi bagi para siswa asal dua desa terisolasi,menurut Ariana, sepanjang situasi beum kondusif, dispensasi masih berlaku. “ Kita tidak bisa memaksakan. Tetap harus ada pertimbangan manusiawi. Jadi, selama belum kondusif, selama itu tetap diberikan dispensasi,” katanya. *es
Komentar