Karyawan Hotel Tewas Kesetrum Saat Hendak Bersihkan Kolam
Korban Wayan Martana berpulang dengan meninggalkan anak semata wayang yang masih bayi usia 6 bulan. Keluarga berharap pihak hotel memenuhi hak-hak korban selaku karyawan
Musibah Maut di Hotel Como Sambhala, Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan
GIANYAR, NusaBali
Seorang karyawan Hotel Como Sambhala di Banjar Begawan, Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar, I Wayan Martana, 34, tewas kesetrum listrik, Kamis (17/1) siang. Karyawan asal Banjar Payangan Desa, Desa Melinggih, Kecamatan Payangan ini tersengat listrik saat hendak membersihkan kolam renang di hotel tempatnya bekerja.
Informasi di lapangan, saat musibah maut Kamis siang pukul 12.45 Wita, korban Wayan Martana hendak membersihkan kolam renang hotel menggunakan mesin pembersih. Naas, ketika hendak menghidupkan mesin dengan cara menyambungkan kabel yang berada di atas areal kolam renang, tiba-tiba korban kesetrum. Seketika pria berusia 34 tahun ini terpental jatuh ke dalam kolam renang.
Saat kejadian itu, korban Wayan Martana sejatinya tidak sendirinya di lokasi. Ada seorang rekan kerja korban di TKP dalam jarak hanya sekitar 1 meter. Melihat korban kesetrum dan jatuh, rekannya langsung bergegas lari ke lobi mencabut stop kontak. Selanjutnya, korban dievakuasi dari dasar kolam renang oleh para karyawan hotel.
Korban dievakuasi dalam kondisi sdah tak bernyawa. Jenazah korban selanjutnya dibawa ke Klinik Utama Pitta Emas di Banjar Bunutan, Desa Ke-dewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang berjarak sekitar 5 kilometer arah selatan dari lokasi musibah, untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dari hasil pemeriksaan dr Ni Made Yeni Yustini di Klinik Utama pitta Emas, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Kematian tragis korban Wayan Martana pun disimpulkan murni karena tersengat listrik.
Hal ini juga diakui Kapolsek Payangan, AKP I Gede Sudyatmaja, saat dikonfirmasi NusaBali, Jumat (18/1). Menurut AKP Sudyatmaja, pihaknya sudah melakukan olah TKP dan memeriksa saksi-saksi dalam kasus ini. "Dari hasil penyelidikan dan dan pemeriksaan saksi-saksi, dapat disimpulkan sementara penyebab meninggalnya korban karena kesetrum aliran listrik di areal kolam renang Hotel Como Sambhala," tegas AKP Sudyatmaja.
AKP Sudyatmaja menyebutkan, dari hasil olah TKP, polisi menyimpulkan karyawan hotel yang tewas tersengat listrik tersebut bekerja melalaikan SOP. "Semestinya, bagian pekerjaan yang berurusan dengan listrik, minimal harus pakai sepatu bot dan sarung tangan. Sedangkan korban dan pekerja lainnya saat kejadian, tidak pakai itu," sesal AKP Sudyatmaja.
Menurut AKP Sudyatmaja, polisi memastikan petaka tewas kesetrum listrik yang menimpa karyawan hotel ini sebagai musibah. "Ini murni musibah, karena kurang kehati-hatian saat mengoperasikan alat bermuatan listrik dekat kolam renang yang ada airnya," tandas mantan Kasat Resnarkoba Polres Klungkung yang baru beberapa hari bertugas sebagai Kapolsek Payangan ini.
Jenazah karyawan hotel korban tewas tersengat listrik itu sendiri telah dikuburkan keluarganya di Setra Desa Pakraman Melinggih pada Wraspati Medangsia, Kamis sore, selang beberapa jam setelah kejadian. Korban berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Made Suastini dan putri semata wayang yang baru berusia 6 bulan, Ni Wayan Embun Darmayanti.
Sementara itu, keluarga korban masih terpukul dengan kematian tragis Wayan Martana. Apalagi, korban Wayan Martana merupakan tulang punggung keluarga dan punya anak yang masih bayi. Menurut ibunda korban, Ni Nyoman Gubar, putra sulungnya yang tewas tersengat listrik ini baru 2 tahun menikah dengan Made Suastini. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai anak yang masih bayi. Nyoman Gubar menceritakan, ini duka kedua kali yang dialami keluarganya dalam kurun 6 bulan terakhir. Sebelumnya, adik kandung korban juga meninggal karena sakit, 6 bulan lalu. Dari pernikahannya dengan I Made Pintu (ayah dari korban Wayan Martana), Made Gubar dikaruniai dua anak lelaki.
Kini, kedua anaknya itu telah meninggal dunia. "Tiyang punya anak laki dua orang, keduanya sekarang sudah tiada," keluh Made Gubar saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Payangan Desa, Desa Melinggih, Ke-camatan Payangan, Jumat kemarin.
Setelah kedua anak lelakinya meninggal, pasutri Made Pintu dan Made Gubar kini menanggung beban ekstra. Sebab, selama ini korban Wayan Martana merupakan tulang punggung nafkah keluarga. Sedangkan sang ayah, Made Pintu, hanya buruh serabutan.
Selain itu, kata Made Gubar, anaknya yang tewas kesetrum ini punya utang Rp 80 juta, yang merupakan uang pinjaman untuk membangun rumah. "Gajinya selama ini dipotong setiap bulan. Kalau tidak salah, kreditnya masih sekitar Rp 73 juta," ungkap ayah korban, Made Pintu, sembari mengusap air mata.
"Tadi pagi saya cek ke bank. Untung saja, kreditnya sudah diasuransikan, sehingga dianggap lunas," sambung Kelian Dinas Banjar Payangan Desa, I Made Diptayana, yang kemarin mendampingi keluarga korban di rumah duka.
Melalui Made Diptayana, pihak keluarga berharap hotel tempat korban bekerja memberikan hak-hak yang semestinya didapatkan karyawan. Apalagi, korban tercatat sudah 8 tahun bekerja di Hotel Como Sambhala.
"Kami minta tolong ada pihak terkait agar hak-jal almarhum diperjuangkan. Apa saja yang seharusnya didapatkan, agar dijelaskan sesuai pengabdiannya. Apalagi, istri dan orangtua korban nggak bekerja. Istrinya punya tanggungan anak masih bayi usia 6 bulan. Bagaimana ke depan biar ada perhatian, sehingga anaknya bisa sekolah dengan layak," harap Made Diptayana. *nvi
Komentar