Ular Akan Disembelih, Dagingnya Dimasak Lawar dan Sate
Warga yakin, ular piton yang ditangkap di sekitar Pura Pamaksan Gunung Sari, Banjar Butus, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, bukan ular duwe.
Warga Banjar Butus, Desa Bhuana Giri, Bebandem, Tangkap Ular Piton 3,5 Meter
AMLAPURA, NusaBali
Sepasang suami istri, I Ketut Suarjana dan Ni Wayan Suarjana, sedang bekerja membersihkan tegalan dari semak-semak di belakang Pura Pamaksan Gunung Sari, Banjar Butus, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Sabtu (19/1) pagi sekitar pukul 11.00 Wita. Saat sedang membersihkan semak-semak di tegalan milik I Made Ngurah Alit, tiba-tiba Ketut Suarjana mendapati seekor ular piton sebesar lengan orang dewasa dalam posisi melingkar.
Mendapati seekor ular piton sebesar lengan orang dewasa dengan panjang sekitar 3,5 meter, Ketut Suarjana kemudian memberitahukan temuannya itu kepada pemilik tegalan, Made Ngurah Alit yang juga Penyarikan (Sekretaris) Desa Pakraman Nangka, yang membawahi Banjar Butus.
Menerima pemberitahuan dari Ketut Suarjana soal ular yang melingkar dengan perut buncit, Made Ngurah Alit pun menuju lokasi. Kemudian berita ditemukannya ular piton terus menyebar, hingga didengar salah seorang relawan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) Kecamatan Bebandem. Maka melalui pancaran RAPI itulah berita ditemukannya ular piton kian meluas. Dalam waktu cepat, relawan RAPI Kecamatan Bebandem datang ke lokasi dikoordinasikan ketuanya, Ida Ketut Santosa. Juga datang tokoh dari Banjar Butus I Ketut Ngurah Subrata, Kelian Banjar Butus I Gede Ngurah Sudarmana.
Upaya menangkap ular piton itu pun dilakukan. Langkah pertama, warga dari Banjar Gula, Desa Bhuana Giri, I Ketut Ngempi menangkap bagian kepala. Kemudian I Ketut Ngurah Subrata menangkap bagian ekor, disusul Ida Ketut Santosa, Made Ngurah Alit, dan warga lainnya membantu memegang bagian ekor. Tujuannya, agar ular tersebut tidak melilit warga yang tengah memegangi ular.
Setelah tertangkap, ular tersebut sempat diarak ke jaba Pura Pamaksan Gunung Sari, diperlihatkan kepada warga yang datang. Kemudian ular itu dievakuasi ke Banjar Gula, dimasukkan ke dalam kandang milik Ketut Ngempi.
“Kami masukkan dulu ke dalam kandang yang terbuat dari anyaman besi, untuk dipelihara sebelum ular itu kami sembelih dijadikan lawar dan sate,” kata Ketut Ngempi. Dia yakin, ular piton yang ditangkap itu tidak bisa lepas dari dalam kandang besi tersebut.
Penyarikan Desa Pakraman Nangka yang mewilayahi Banjar Butus, Made Ngurah Alit, mengatakan di sepanjang jalur aliran Sungai Mbah Api terutama di lokasi galian C hingga ke tegalan yang rimbun, diyakini banyak terdapat populasi ular piton. Ular piton akan keluar dari sarangnya, setiap musim hujan untuk mencari mangsa, berupa ayam, babi, bebek, anjing, kucing, dan sebagainya.
“Walau ular piton itu ditemukan di dekat Pura Pamaksan Gunung Sari, ular itu bukanlah duwe Ida Bhatara, murni ular yang hidup liar di tegalan dan sungai,” tutur Made Ngurah Alit.
Ular duwe, menurutnya, tidak mungkin bisa tertangkap, hanya sesekali terlihat di malam hari raya Kajeng Kliwon.
Ketut Ngurah Subrata juga mengatakan, ular yang tertangkap warga, bukanlah ular duwe. “Itu ular yang hidup liar di tegalan warga,” imbuhnya.
Ketut Ngurah Subrata menyebut, di setiap musim hujan, warga sering kehilangan ayam atau kucit (anak babi). “Itu berarti ayam dan kucit yang hilang, dimangsa ular,” ucapnya.
Ular piton yang ditangkap warga tersebut diduga usai memangsa kucing. Dugaan itu muncul setelah warga yang menangkap ular dimaksud meraba-raba ‘perut’ ular yang membuncit. *k16
Komentar