Gunung Agung Luncurkan Abu Setinggi 2 Km
Gunung Agung kembali erupsi, Selasa (22/1).
Paranormal Sebut, Erupsi Besar Jika Muncul Bintang Kukus
AMLAPURA, NusaBali
Kali ini abu panas teramati setinggi 2.000 meter (2 kilometer) dari permukaan kawah, atau setinggi 5.142 meter dari permukaan laut. Erupsi itu tidak ada hubungannya dengan gempa di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebab, erupsi terjadi Selasa kemarin pukul 03.42 Wita, sedangkan gempa pukul 06.59 Wita.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Agung I Dewa Made Mertha Yasa ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG Kementerian ESDM, Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa kemarin, menyatakan aktivitas magma di dapur Gunung Agung masih tinggi, dan lebih memudahkan keluar, karena pipa magma telah terbuka hingga tembus ke puncak kawah. “Itu artinya erupsi akan terus terjadi, hanya saja skala kecil, karena intensitas gempa juga tidak terlalu banyak terjadi,” ujarnya.
Erupsi kali ini, lanjutnya, terekam melalui seismogram dengan amplitudo 22 mm dengan durasi 2 menit dan 25 detik. Abu yang mengepul ke luar bergerak condong ke timur, itu berarti masih aman untuk penerbangan komersial, dan status VONA (volcano observatory notice for aviation) masih orange.
Berdasarkan catatan MAGMA-VAR (multiplatform aplication for geohazard mitigation and assessment in Indonesia volcanic activity report) yang merupakan sebuah sistem teknologi informasi yang diinisiasi, dirancang, disupervisi, dibangun, dan dikembangkan secara mandiri pihak PVMBG, selama pukul 00.00 – 18.00 Wita, kondisi Gunung Agung terjadi gempa vulkanik dangkal 7 kali dengan durasi 12–126 detik, dan gempa tektonik jauh 2 kali dengan durasi 46 detik. Sedangkan hembusan terjadi sekali dengan durasi 24 detik.
Sementara itu, berdasarkan teropong niskala dilakukan paranormal Jro Gede Kompyang ditemui di kediamannya Lingkungan Galiran Kaler, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Gunung Agung tidak akan meletus secara besar-besaran, karena belum pernah muncul bintang kukus atau bintang yang mengeluarkan asap, sebagai sipta atau isyarat alam. “Sepanjang belum muncul bintang kukus, Gunung Agung tidak akan meletus sampai mengeluarkan lava pijar hingga meleleh, dan menenggelamkan kampung,” kata paranormal yang ayah tiga anak, juga dikenal sebagai tukang banten.
Sebab, lanjut suami dari Jro Istri Martini, ini berdasarkan catatan sejarah saat Gunung Agung meletus hebat tahun 1963, diawali munculnya bintang kukus. Begitu juga sebelum terjadi gerakan G30 PKI muncul bintang kukus di bagian timur pukul 19.00 Wita, dan tahun 1998 saat terjadi gerakan reformasi melengserkan Presiden RI Soeharto, muncul bintang kukus di barat laut.
“Kalau secara ilmiah, Gunung Agung disebut meletus, ya sah-sah saja. Letusannya kan kecil, definisi erupsi kan disertai keluarnya material, berupa abu, lava pijar atau lontaran batu. Tetapi letusan itu tidak membahayakan,” tambah alumnus SMEA Saraswati Amlapura, ini.
Sebelumnya pada Sabtu (19/1) pada pukul 02.45 Wita, Gunung Agung mengeluarkan lava pijar disertai hembusan abu dengan amplitudo 23 mm, durasi 2 menit dan 8 detik. Kali ini lontaran lava pijar sejauh 1 kilometer dari puncak kawah ke arah timur, tetapi tidak sampai mengakibatkan kebakaran semak-semak di lereng Gunung Agung.
Erupsi kali ini tidak teramati secara visual, karena Gunung Agung tertutup kabut tebal, menyusul mengeluarkan asap tinggi 700 meter dari puncak kawah. Lava pijar hanya terekam melalui CCTV.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi) di Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, I Dewa Made Mertha Yasa, mengatakan dampak dari erupsi itu tidak menimbulkan tanda-tanda akan terjadi erupsi lebih besar. “Ke depan, erupsi tetap ada, tetapi skala kecil, tidak ada tanda-tanda erupsi lebih besar, karena intensitas gempa juga kecil. Beda dengan tahun lalu, terus menerus terjadi gempa menyebabkan terus terjadi erupsi,” ujarnya.
Erupsi kali ini, lanjut Dewa Mertha Yasa, walau ditandai terjadinya lontaran lava pijar, tidak menyebabkan terjadi kebakaran semak-semak di lereng Gunung Agung. Bisa saja, karena cuaca kabut tebal dan turun hujan, sehingga lava pijar langsung dingin saat terguyur hujan.
Dewa Mertha Yasa juga mengatakan, periode pengamatan Gunung Agung pada Sabtu kemarin pukul 00.00 – 18.00 Wita, hanya terjadi sekali letusan, dua kali hembusan durasi 20–40 detik, dua kali gempa vulkanik dangkal durasi 13–17 detik, dan sekali gempa vulkanik dalam durasi 24 detik.
Meski demikian, masyarakat sekitar Gunung Agung terutama pendaki atau pengunjung agar tidak melakukan aktivitas pendakian di zona perkiraan bahaya, radius 4 kilometer. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu ke Gunung Agung, terutama yang tinggal di bantaran sungai atau melakukan aktivitas galian C, agar meningkatkan kewaspadaannya. Gunung Agung masih berstatus level III atau siaga. *k16
Komentar