Pentingnya Revitalisasi Lembaga Pranikah
“Hindu juga harus memiliki lembaga pranikah, dimana ada sekolah persiapan menjadi ayah dan ibu, sehingga sukinah bhawantu dapat tercapai. Kuatkan lembaga pranikah” (Ketua BKOW Bali, AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda)
DENPASAR, NusaBali
Butuh 26 tahun lagi Indonesia akan mencapai usia 100 tahun. Seiring akan hal itu, generasi emas sudah harus mulai disiapkan. Namun sudahkah para orangtua Indonesia menemukan formula yang tepat untuk menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak? Bahasan inilah menjadi tema menarik dalam Focus Group Disscussion (FGD) ‘Resolusi Pola Pendidikan Keluarga Untuk Generasi Emas 2045’ di Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Denpasar, Jumat (25/1).
FGD yang fokus menitikberatkan pada pendidikan karakter dalam keluarga ini diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Bali serangkaian hari ulang tahunnya yang ke-56, juga bekerjasama dengan Perdiknas Denpasar dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Masalah Keluarga Kowani.
Dalam FGD tersebut menghadirkan narasumber Ketua BKOW Bali sekaligus Ketua Perdiknas Denpasar, Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda SH MM MH, serta Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Masalah Keluarga Kowani, Dr Charletty Choesyana MPsi. Diskusi dimoderatori oleh Ni Wayan Parwati Asih SPd MPd CH.
Tini Gorda dalam diskusi tersebut menyampaikan, orangtua masa kini harus mulai memahami dan menyadari perannya menjadi pendidik pertama dan utama. Karena karakter anak sebagian besar dibentuk dari didikan orangtuanya di keluarga. “Bagaimana caranya kita memotong mata rantai masalah perampasan hak anak, kekerasan, dan pendidikan. Kita bersama menciptakan calon ibu dan calon ayah yang memiliki bekal konsep pendidikan keluarga. Generasi sekarang yang akan melahirkan generasi emas berikutnya,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, pentingnya merevitalisasi lembaga pranikah. Lembaga pranikah di semua agama wajib ada, sehingga memiliki bimbingan bagi pasangan sebelum menikah. Namun menurutnya, di Hindu belum ada lembaga pranikah dan ini akan didorong. “Hindu juga harus memiliki lembaga pranikah, dimana ada sekolah persiapan menjadi ayah dan ibu, sehingga sukinah bhawantu dapat tercapai. Kuatkan lembaga pranikah,” ungkapnya.
Tini Gorda pun memberikan konsep mulai dari proses mencari pasangan hingga mempersiapkan kehamilan dan dukungan apa yang harus diberikan sehingga bisa melahirkan anak yang suputra. Kecerdasan memilih pasangan harus diadvokasi. Diantaranya memilih pasangan, mempersiapkan kehamilan, memperhatikan perkembangan bayi, dan memantapkan pengembangan mental bayi.
“Catur Purusa Artha saya pakai sebagai konsep dalam membangun rumah tangga. Dharma yaitu kecerdasan memilih pasangan, Artha yaitu kemandirian ekonomi dan harus ada, dan kama adalah soft skill (karakter bagus), sehingga bisa menimbulkan rasa aman, senang, bahagia, dan sejahtera. Setelah itu, baru memproduksi anak,” paparnya.
Hasil FGD yang pesertanya dari seluruh induk organisasi wanita yang menjadi anggota BKOW Provinsi Bali ini nantinya dibawa ke Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Kementerian Agama, sebab menurutnya, Hindu harus didorong agar ada regulasi dari pusat untuk lembaga pranikah. “Agar ada regulasi bahwa sebelum mendapatkan sertifikat pranikah, mereka nggak boleh disahkan secara agama. Upasaksi nanti harus dilampirkan dengan sertifikat pranikah,” katanya.
Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Masalah Keluarga Kowani, Dr Charletty Choesyana MPsi juga menyatakan setuju revitalisasi lembaga pranikah. “Karena karakter anak sangat dipengaruhi oleh praktik pengasuhan anak, berupa orientasi nilai agama, kasih sayang atau kepedulian, dukungan, penerimaan dan pengawasan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia BKOW Provinsi Bali ke-56 dengan tema ‘Perempuan Mampu, Bila Mau dan Siap’, Ni Wayan Parwati Asih, mengatakan, FGD ini merupakan rangkaian kegiatan HUT BKOW yang sebenarnya telah dimulai bulan Agustus 2018. Selain FGD, juga dilakukan pendidikan dan pelatihan untuk calon legislatif perempuan, talkshow pra menopause, talkshow lingkungan tanpa plastik, bazzar, pasar murah, event pemberdayaan perempuan dan lain-lain. “Puncak acara nantinya tanggal 21 April 2019 bertepatan Hari Kartini. Rencananya akan ada fun walk Kartini dan seremoni, serta beberapa sosialisasi,” tandasnya.*ind
1
Komentar