Palebon di Puri Ubud Jadi Tontonan Ribuan Warga
Upacara Palebon Agung untuk jenazah Cokorda Putra Widura, 32, telah dilaksanakan keluarga Puri Agung Ubud, Desa Pakraman Ubud, Kecamatan Ubud, Gianyar pada Radite Pon Prangbakat, Minggu (8/5).
Pertama Kalinya, Bade Pakai Tragtag Portable
GIANYAR, NusaBali
Prosesi pengarakan Bade tumpang sia (tingkat 9) setinggi 21 meter dan lebar cokor (dasar) 9 meter, dengan bobot 8 ton dari jaba Puri Agung Ubud menuju Setra Dalem Puri, Desa Pakraman Peliatan, Kecamatan Ubud yang berjarak sekitar 1 kilometer ke arah timur disaksikan belasan ribu warga, termasuk para wisatawan.
Palebon Agung jenazah Cokorda Putra Widura, yang notabene cucu tertua Panglingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Agung Suyasa (almarhum), Minggu kemarin, berbeda dari upacara serupa di Puri Agung Ubud tahun-tenuh sebelumnya. Kali ini, layon (jenazah) dinaikkan ke atas Bade melalui tragtag portable setinggi 10 meter. Sesuai namanya, tragtag portable adalah tangga yang posisinya bisa berpindah-pindah), terbuat dari bambu dan kayu dengan cara dirakit diatas truk. Dengan teknik portable ini, tangga bisa dipindahkan lagi untuk dipakai menurunkan layon setelah Bade tiba di setra.
Sebelum prosesi pengarakan Bade setinggi 21 meter dengan bobot 1 ton dan Lembu Selem dengan bobot 1 ton menuju Setra Dalem Puri, diawali ritual nedunang layon (menurunkan jenazah) dari Bale Gede Puri Saren Kauh Ubud, Minggu siang tepat pukul 12.00 Wita. Selanjutnya, layon dinaikkan ke atas Bade.
Prosesi menaikkan layon ke atas Bade inilah yang menjadi awal sita perhatian belasan ribu warga. Sorak sorai dan tepuk tangan penuh haru dari belasan ribu warga menggema saat layon berhasil dinaikkan. Selanjutnya, ribuan krama dari 11 banjar Desa Pakraman Ubud ngayah nyunggi (mengusung) Bade dan Lembu Selem (tempat pembakaran jenazah) menuju Setra Dalem Puri, Desa Pakraman Peliatan.
Pengarakan diawali dengan penyunggian Lembu Selem yang ditunggangi Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah, paman dari almarhum Cokorda Putra Widura, yang sekaligus bertindak sebagai Pamucuk (Ketua) Panitia Palebon Agung. Sepanjang jalan munuju Setra Dalem Puri dari jaba Puri Agung Ubud, warga juga berdesak-desakan prosesi pengarakan Bade. Bahkan, banyak warga maupun wisatawan yang naik ke atas bangunan bertingkat, agar lebih leluasa bisa menyaksikan prosesi pengarakan.
Setelah dilakukan prosesi pengarakan secara estafet, Bade dan Lembu Selem akhirnya tiba di Setra Dalem Puri, siang pukul 12.50 Wita atau sekitar 40 menit perjalanan dari Puri Agung Ubud. Selanjutnya, layon almarhun Cok Putra Widura diturunkan dari Bade untuk persiapan ngeseng (pembakaran jenazah) ke dalam Lembu Selem.
Prosesi nirtain layon di Setra Dalem Puri dipuput Ida Pedanda Istri Rai (sulinggih dari Griya Ketewel, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar) dan Ida Pedanda Gede Manuaba (dari Griya Peling Baleran, Desa Padangtegal, Kecamatan Ubud, Gianyar).
Usai ngeseng layon, dilanjutkan ritrual nyupit yang dipuput Ida Pedanda Gede Manuaba dan Ida Pedanda Budha dari Griya Santrian, Desa Peliatan. Puncak Palebon Agung Cok Putra Widura diakhiri dengan ritual nganyut (melarung abu jenazah) ke Segara Matahari Terbit, Sanur, Denpasar Selatan dengan dipuput Ida Pedanda Istri Rai.
Sementara, beberapa jam sebelum prosesi pengarakan Bade dan Lembu Selem ke Setra Dalem Puri, puncak Palebon Agung untuk jenazah Cok Putra Widura telah diawali, Minggu dinihari sekitar pukul 04.00 Wita, dengan ritual Mapralina di Puri Saren Kauh Ubud. Ritual Mapralina ini dipuput Ida Pedanda Gede Manuaba.
Selanjutnya, sekitar pukul 05.00 Wita, dilakukan ritual Mabumi Sudha di Setra Dalem Puri dengan pamuput Ida Pedanda Gede Manuaba. Lalu, sekitar pukul 09.00 Wita, dilangsungkan prosesi ritual Melaspas Bade dan Lembu Selem di Catus Pata (Perempatan Agung) Desa Pakraman Ubud, dengan dipuput Ida Pedanda dari Griya Selat Duda (Karangasem) dan Ida Pedanda Budha dari Griya Gunung Sari, Desa Peliatan.
Pamucuk Palebon Agung, Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah, mengakui kelancaran prosesi pengarakan Bade setinggi 21 meter, Lembu Selem, dan sarana lainnya menuju Setra Dalem Puri tidak terlepas berkat semangat ribuan krama pengayah dari 11 banjar. “Kondisi ini dipermudah dengan cuaca yang cukup bersahabat,” jelas Cok Wah, yang juga undagi (arsitek tradisional) Lembu Selem.
Sedangkan tokoh Puri Agung Ubud yang sekaligus undagi Bade, Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM alias Cok De, menyatakan pihaknya sangat yakin suksesnya pelaksanaan Palebon tidak cukup dengan keseriusan secara sekala. Tapi, kekuatan niskala juga ikut berperan. Karena itu, menurut Cok De, pihak Puri Agung Ubud lebih dulu matur piuning lan mapinunas (permakluman dan memohon tirta) kepada Ida Batara-batari yang malinggih (berstana) di 13 titik wilayah Ubud. Termasuk di antaranya matur piuning lan nunas tirta di Pura Kahyangan Tiga, Pura Gunung Lebah, Pura Batu Karu, dan Pura Dalem Puri.
Tirta dari 13 titik ini, kata Cok De, selanjutnya dipercikkan kepada ribuan krama dari 11 banjar yang ngayah nyunggi Bade, Lembu Selem, dan sarana Palebon lainnya. “Selain tekad dan semangat krama banjar, kelancaran ini tentu berkat paswecan (anugerah) Ida Batara-batari. Matur suksma banget ring ida dane sareng sami (terima kasih banyak kepada semua warga yang telah mendukung pelaksanaan Palebon ini, Red),” jelas Cok De.
Ini upacara Palebon kedua yang dilaksanakan keluarga Puri Agung Ubud dalam kurun 1,5 tahun terakhir. Paleboh terakhir sebelumnya dilaksanakan keluarga Puri Agung Ubud pada Anggara Pahing Sungsang, Selasa, 9 Desember 2014, untuk jenazah almarhum Dr Ir Tjokorda Raka Sukawati, tokoh penemu teknologi Landasan Putar Bebas Hambatan (Sosrobahu) yang lebar (meninggal) di usia 83 tahun.
Palebon jenazah tokoh dunia konstruksi yang akrab dipanggil Cok Sosrobahu kala itu menggunakan Bade tumpang sia (tingkat 9) setinggi 24 meter, dengan berat 6 ton. Sedikitnya 1.200 krama dikerahkan untuk mengarak (usung) Bade Palebon menuju Setra Dalem Puri, Desa Pakraman Peliatan yang berjarak sekitar 1 kilometer arah timur dari Puri Agung Ubud.
Almarhum Cokorda Putra Widura yang Palebon Agung kemarin, sebelumnya lebar (meninggal dunia), 7 Maret 2016 malam sekitar pukul 22.30 Wita, dalam perawatan di RS Bros, Denpasar. Putra dari pasangan Cokorda Gede Indrayana dan Cokorda Istri Rai Darma Wati ini berpulang buat selamanya akibat penyakit asma akut.
Palebon Agung digelar dengan bersaranakan Bade setinggi 21 meter dan berat 8 ton, serta Lembu Selem seberat 1 ton, mengintat Cok Putra Widura merupakan cucu tertua dari Panglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Agung Suyasa. Setelah puncak Palebon Agung kemarin, selanjutnya akan dilaksnakan upacara Pecaruan di Puri Saren Kauh Ubud pada Buda Umanis Prangbakat, Rabu, 11 Mei 2016 lusa. 7 lsa
1
Komentar