Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar di Pura Dalem Nesa
Mengawali tahun 2019, Penyuluh Bahasa Bali (PBB) Kabupaten Klungkung kembali mengidentifikasi dan mengkonservasi lontar.
SEMARAPURA, NusaBali
Kali ini menyasar puluhan cakep lontar di Pura Dalem Nesa, Desa/Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Dari 50 cakep lontar, sediktinya 30 lontar sudah diidentifikasi dan dikonservasi. Sedangkan dua lontar tidak dapat dikonservasi karena rusak dimakan ngengat. Konservasi lontar di pura ini kali pertama dilakukan oleh PBB. Karena selama ini lontar yang dikonservasi ada di sanggah, lontar yang disimpan pada tempatnya di rumah dan lainnya. “Koservasi ini atas permintaan dari prajuru pura,” ujar Koordinator PBB Klungkung I Wayan Arta Diptha, kepada NusaBali, Senin (28/1).
Kata Wayan Arta, konservasi dilakukan pada Rabu, 23 Januari 2019 dengan melibatkan 20 anggota PBB. Karena jumlahnya cukup banyak maka dari 50 cakep lontar tersebut, yang sudah bisa diidentifikasi dan dikonservasi sebanyak 30 buah lontar. Isinya sebagian besar tentang usada, kawisesan, lelintihan, dan lainnya. Ketika itu juga ditemukan dua lontar yang sudah rusak karena dimakan ngengat. “Atas permintaan prajuru maka sisa lontar yang belum diidentifikasi dan dikonservasi itu akan dilanjutkan saat Hari Suci Saraswati nanti, sekaligus dibersihkan dan diupacarai,” ujarnya.
Diakui Wayan Arta, di Kabupaten Klungkung memang masih banyak lontar yang belum dikonservasi karena lontar itu masih ditengetkan. Kondisi ini dikhawatirkan malah lama-kelamaan lontar tersebut rusak dimakan ngetnget atau rayap. Terlebih selama ini tidak pernah dibuka, sehingga isi dari lontar itu juga tidak akan diketahui. Biasanya lontar yang ditengetkan itu hanya dikeluarkan untuk diupacarai pada hari-hari tertentu. “Namun sudah banyak masyarakat yang pemahamannya mulai terbuka, agar lontar yang disimpan selama ini diidentifikasi dan dikonservasi,” ujarnya. *wan
Kali ini menyasar puluhan cakep lontar di Pura Dalem Nesa, Desa/Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Dari 50 cakep lontar, sediktinya 30 lontar sudah diidentifikasi dan dikonservasi. Sedangkan dua lontar tidak dapat dikonservasi karena rusak dimakan ngengat. Konservasi lontar di pura ini kali pertama dilakukan oleh PBB. Karena selama ini lontar yang dikonservasi ada di sanggah, lontar yang disimpan pada tempatnya di rumah dan lainnya. “Koservasi ini atas permintaan dari prajuru pura,” ujar Koordinator PBB Klungkung I Wayan Arta Diptha, kepada NusaBali, Senin (28/1).
Kata Wayan Arta, konservasi dilakukan pada Rabu, 23 Januari 2019 dengan melibatkan 20 anggota PBB. Karena jumlahnya cukup banyak maka dari 50 cakep lontar tersebut, yang sudah bisa diidentifikasi dan dikonservasi sebanyak 30 buah lontar. Isinya sebagian besar tentang usada, kawisesan, lelintihan, dan lainnya. Ketika itu juga ditemukan dua lontar yang sudah rusak karena dimakan ngengat. “Atas permintaan prajuru maka sisa lontar yang belum diidentifikasi dan dikonservasi itu akan dilanjutkan saat Hari Suci Saraswati nanti, sekaligus dibersihkan dan diupacarai,” ujarnya.
Diakui Wayan Arta, di Kabupaten Klungkung memang masih banyak lontar yang belum dikonservasi karena lontar itu masih ditengetkan. Kondisi ini dikhawatirkan malah lama-kelamaan lontar tersebut rusak dimakan ngetnget atau rayap. Terlebih selama ini tidak pernah dibuka, sehingga isi dari lontar itu juga tidak akan diketahui. Biasanya lontar yang ditengetkan itu hanya dikeluarkan untuk diupacarai pada hari-hari tertentu. “Namun sudah banyak masyarakat yang pemahamannya mulai terbuka, agar lontar yang disimpan selama ini diidentifikasi dan dikonservasi,” ujarnya. *wan
1
Komentar