4 Orang Sekeluarga Tewas Tertimbun
Sang suami dan anak sulungnya tewas berpelukan di lantai, sementara istrinya tewas berpelukan dengan si bungsu di atas tempat tidur
Bencana Longsor di Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan
SINGARAJA, NusaBali
Satu keluarga beranggotakan 4 orang tewas mengenaskan dalam bencana longsor di Banjar Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Selasa (29/1) dinihari. Mereka tertimbun longsoran meterial senderan setinggi 3 meter yang tiba-tiba ambruk menimpa rumahnya saat sedang tidur.
Satu keluarga yang tewas diterjang longsor ini terdiri dari I Ketut Budikaca, 33 (suami), Luh Sentiani, 27 (istri), serta kedua anaknya yang maish kecil yakni Ni Putu Rikasih, 9, dan I Kadek Sutama, 5. Korban Ketut Budikaca ditemukan tewas dalam kondisi memeluk anak sulungnya, Putu Rikasih, di lantai kamar tidurnya. Sedangkan sang istri, Luh Sentini, tewas dalam kondisi memeluk si bungsu Kadek Sutama di atas tempat tidur kamar yang sama.
Warga membutuhkan waktu selama 2 jam untuk bisa menuntaskan proses evakuasi jenazah 4 orang sekeluarga ini, sejak pukul 05.30 Wita hingga pukul 07.30 Wita. Pasalnya, evakuasi dilakukan secara manual dengan peralatan seadanya, di mana warga harus menyingkiran reruntuhan rumah yang sebagian roboh tertimpa senderan longsor.
Informasi di lapangan, musibah maut yang merenggut nyawa satu keluarga di Banjar Sangker, Desa Mengening ini diperkirakan terjadi Selasa dinihari sekitar pukul 04.00 Wita, saat hujan deras. Senderan setinggi 3 meter di belakang rumah korban yang baru selesai dibangun sekitar 3,5 bulan lalu ini didiuga ambruk karena tidak kuat menahan air akibat hujan deras sejak Senin (28/1) malam.
Senderan setinggi 3 meter ini ambruk sepanjang 15 meter. Posisi senderan ber-jarak sekitar 2 meter dari tembok rumah keluarga Ketut Budikaca. Hanya saja, posisi rumah Ketut Budiaca lebih rendah sekitar 2 meter dari pondasi senderan.
Senderan yang ambruk ini dibangun oleh I Nyoman Dania, 78, ayah dari Ketut Budikaca yang tinggal di lahan bagian atas, Oktober 2018 lalu. Ketut Budikace sendiri tinggal serumah bersama istri dan kedua anaknya di lahan bagian bawah, persis di bawah senderan.
Sedangkan di lahan bagian atas terdapat tiga bangunan rumah. Satu bangunan ditempati oleh kakak tiri Ketut Budikace, yakni I Wayan Kanda bersama istri dan empat anaknya. Sementara satu bangunan lagi ditempati oleh adik tiri Ketut Budikaca, yakni I Komang Sanabawa, bersama istri dan dua anaknya. Dan, satu bangunan terakhir ditempati kedua orangtua Ketut Budikaca, yakni psangan Ketut I Nyoman Dania dan Wayan Siari, 70.
Lokasi rumah keluarga besar Nyoman Dania ini berada di perbukitan yang cukup curam di kawasan Banjar Sangker, Desa Mengening. Di sisi selatan (bagian atas) rumah mereka merupakan daerah perbatasan Desa Mengening dengan Desa Pengajaran, Kecamatan Kintamani, Bangli. Sedangkan di sisi timur merupakan perbatasan desa Mengening dengan Banjar Kembang Sari, Desa Satra, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Ditemui NusaBali di lokasi longsor, Selasa kemarin, Nyoman Dania meceritakan sekitar 1 jam sebelum peristiwa maut, dirinya sempat bangun untuk buang air kecil ke kamar mandi, dinihari pukul 03.00 Wita. Kamar mandi yang menyatu dengan bangunan rumah dan dapur ini hanya berjarak sekitar 1 meter dari posisi senderan.
Ketika bangun dan ke kamar mandi, Nyoman Dania tidak melihat ada kejanggalan. Senderan dan rumah Ketut Budikaca di bawahnya masih utuh.
Seusai buang air kecil di kamar mandi, Nyoman Dunia sempat duduk sejenak di ruang keluarga, sebelum kembali melanjutkan tidurnya. Namun, 2 jam kemudian, tepatnya pukul 05.00 Wita, Nyoman Diana tiba-tiba dibangunkan oleh istrinya, Wayan Siari, karena melihat senderan di bawah rumahnya sudah ambruk. Rumah anaknya, Ketut Budikaca, juga terlihat gelap gulita. Ternyata, rumah yang ditempati Ketut Budikaca bersama keluarganya gelap gulita ka-rena tertimpa senderan ambruk.
“Kejadian ne ulesne jam 4 ngelemahang ento. Tiyang nak maan bangun jam telune, sing ade ape-ape. Jam lima to bangunange jak kurennan tiyang, oranghange senderan mebriug. Tiyang bangun, kekaukin panake Ketut Budikaca, kewala siang ade jawaban, beh mati sube panak, mantu, lan cucune di betenan (Kejadiannya mungkin pukul 04.00 Wita. Saya sempat bagun pukul 03.00 Wita, tidak ada apa-apa. Pukul 05.00 Wita, saya dibangunkan oleh istri, katanya senderan ambruk. Saya bangun, saya panggil-panggil Ketut Budikaca, tapi tak ada jawaban. Saya langsung kepikiran, meninggal sudah anak, menantu, dan cucu saya yang tinggal di rumah bawah, Red),” cerita Nyoman Dunia.
Melihat senderan ambruk menimpa rumah kluarga Ketut Budikaca, Nyoman Dunia pun langsung membangunkan dua anaknya yang lain yang tinggal bersama dalam satu pekarangan rumah bagian atas, yakni I Wayan Kanda (kakak tiri korban) dan I Komang Sanabawa (adik tiri korban). Mereka bersama-sama turun ke rumah keluarga Ketut Budikaca yang tertimpa senderan longsor.
Dalam kondisi panik, Nyoman Dunia bersama dua anak dan menantu serta cucu-cucunya beruoasa mencari korban ketut Budikaca sekeluarga. Berkali-kali dipanggil namanya, tak ada sahutan dari korban beserta istri dan kedua anaknya. Keluarga Nyoman Dania semakin panik karena melihat sebagian rumah Ketut Budikaca telah roboh.
Keluarga Nyoman Dania kemudian berteriak minta tolong, sehingga warga sekitar berdatangan ke lokasi untuk berupaya memberi pertolongan. Warga mengevakuasi material longsor yang menimbun rumah Ketut Budikace secara manual, dengan peralatan seadanya. Dalam evakuasi ini, warga menemukan korban ketut Budikaca bersama istri dan kedua anaknya tewas tertimbun. Proses evakuasi berlangsung selama 2 jam, sejak pukul 05.30 Wita hingga pukul 07.30 Wita.
Korban yang paling awal ditemukan warga adalah Luh Sentiani bersama si bungsu Kadek Sutama dalam kondisi berpelukan di atas tempat tidur. Jenazah ibu dan anak bungsunya ini langsung digotong naik ke pekarangan rumah keluarga di lahan bagian atas. Keduanya diletakkan di teras depan rumah Wayan Kanda.
Sedangkan warga yang masih berada di reruntuhan, terus menggali karena korban Ketut Budikaca dan anak sulungnya belum ditemukan. Akhirnya, Selasa pagi sekitar pukul 07.30 Wita, korban Ketut Budikaca dan anak sulungnya, Putu Rikasih, ditemukan tewas berpelukan di lantai bawah tempat tidur di kamar yang sama. Jenazah mereka kemudian di bawa ke pekarangan rumah di lahan sebelah atas, untuk disatukan dengan jasad ditri dan si bungsu.
Saat ditemukan tewas tertimbun, adi ipar saya (Luh Sentiani, Red) sedang memeluk si bungsu Kadek Sutama. Sedangkan adik saya (Ketut Budikaca) ditemukan tewas sambil memeluk keponokan nomor satu, Putu Rikasih,” ungkap kakak tiri korban Ketyt Budikaca, Wayan Kanda, di rumah duka kemarin.
Hingga Selasa sore, jenazah satu keluarga beranggotakan 4 orang ini masih disemayamkan dir trumah duka. Jenazah mereka rencananya akan dikuburkan pada Buda Kliwon Pahang, Rabu (30/1) ini, di Setra Desa Pakraman Tegal, Desa Mengening. *k19
1
Komentar