Lumpuh Sejak Lahir, Bajang 18 Tahun Tidak Pernah Sekolah
Di usianya yang 18 tahun, Ni Luh Made Ayu Kartika Yanti belum pernah mengenyam pendidikan.
TABANAN, NusaBali
Dia tidak bisa sekolah karena menderita lumpuh sejak lahir. Meski sudah diobati secara sekala dan niskala kakinya tak kunjung sembuh. Orangtuanya menyebut Kartika Yanti menderita polio. Ditemui di rumahnya di Banjar Delod Puri Desa/Kecamatan Kediri, Tabanan, Selasa (29/1), putri kedua pasangan I Gede Ketut Astawa, 48, dan Ni Luh Made Merta Asih, 48, itu sedang menonton televisi. Terlihat kedua kakinya tumbuh mengecil yang menyebabkannya tidak bisa berjalan. Untuk beraktivitas, dia melakukannya dengan cara merangkak. “Dari kecil tidak bisa berjalan,” kata bapaknya, I Gede Ketut Astawa.
Dituturkan Astawa, putrinya ini lahir secara prematur. Saat usia kandungan memasuki 7 bulan, istrinya Luh Made Merta Asih sudah pecah ketuban. Merta Asih harus dilarikan ke rumah sakit untuk proses persalinan. “Ternyata dalam perkembanganya anak saya tidak bisa berjalan, dokter mengatakan bahwa anak saya menderita penyakit polio,” imbuhnya.
Mendapati kondisi putri seperti itu, dia dan istrinya rutin memeriksakan ke dokter maupun ke orang pintar. Bahkan sempat pula didatangkan bantuan dokter dari Jerman mencoba menyembuhkan penyakit polio sang anak. Namun apa daya kondisi Kartika Yanti tidak ada perubahan sampai sekarang. “Dulu sering dipijat dan berobat, tetapi tidak juga ada perubahan,” katanya.
Beruntung Kartika Yanti meskipun tidak bisa belajar di sekolah formal, ada yayasan di Denpasar yang bersedia membantu. Sejak empat tahun lalu Kartika Yanti dijemput ke rumahnya untuk belajar di yayasan seminggu empat kali. Akan tetapi belakangan ini pihak yayasan memutuskan hanya menjemput setiap Senin. “Alasannya saya kurang tahu, katanya sekarang hanya sekali seminggu,” kata Astawa yang kesehariannya menjadi buruh bangunan.
Diakui Astawa putrinya ini meskipun tidak bisa berjalan, tetapi mandiri. Makan, mandi bahkan bermain ke rumah teman di dekat rumah. “Teman-temannya mau ngajak, kadang temannya yang ke rumah,” imbuh Astawa.
Astawa mengaku putrinya telah mendapat bantuan dari pemerintah. Dia juga sempat dikunjungi Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti saat menjabat periode pertama. Bupati menyerahkan bantuan berupa uang, kursi roda bahkan sudah sempat mendapatkan bantuan bedah rumah.
Namun Astawa sangat menyayangkan, dirinya yang tercatat sebagai warga kurang mampu, bantuan raskin (beras miskin) terputus sejak delapan bulan lalu meskipun sudah mendapatkan kartu KIS. “Dulu juga sempat terputus namun dapat lagi. Sekarang kembali saya tidak dapat raskin sejak delapan bulan lalu. Kata petugas desa, nama saya dari pusat sudah tidak ada,” akunya.
Sekretaris Desa Kediri I Nyoman Alit Suastana mengenai terputusnya raskin tersebut sebelumnya ada kesalahan teknis. Dimana nama yang bersangkutan tertukar dengan nama lain. Sehingga pada Oktober 2018 lalu sudah diperbaiki dan disetor ke Dinas Sosial Tabanan. “Sudah kami perbaiki dan setor ke dinas sosial,” ungkapnya.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Sosial Tabanan I Nyoman Gede Gunawan menjelaskan keluarga tersebut dulunya sempat mendapatkan rastra (beras sejahtera), hanya saja ketika muncul Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) namanya tidak tercantum karena gagal buka rekening kolektif (Burekol) yang istilahnya salah nama. “Tetapi sekarang sudah kami ajukan dan sedang menunggu,” tuturnya.
Sementara terkait kondisi putrinya yang lumpuh akan dikoordinasikan dengan petugas PKH, apakah orang yang bersangkutan termasuk penerima bantuan PKH. “Karena yang mendapatkan bantuan tersebut ada klasifikasinya, akan saya koordinasikan,” tandas Gunawan. *de
Dia tidak bisa sekolah karena menderita lumpuh sejak lahir. Meski sudah diobati secara sekala dan niskala kakinya tak kunjung sembuh. Orangtuanya menyebut Kartika Yanti menderita polio. Ditemui di rumahnya di Banjar Delod Puri Desa/Kecamatan Kediri, Tabanan, Selasa (29/1), putri kedua pasangan I Gede Ketut Astawa, 48, dan Ni Luh Made Merta Asih, 48, itu sedang menonton televisi. Terlihat kedua kakinya tumbuh mengecil yang menyebabkannya tidak bisa berjalan. Untuk beraktivitas, dia melakukannya dengan cara merangkak. “Dari kecil tidak bisa berjalan,” kata bapaknya, I Gede Ketut Astawa.
Dituturkan Astawa, putrinya ini lahir secara prematur. Saat usia kandungan memasuki 7 bulan, istrinya Luh Made Merta Asih sudah pecah ketuban. Merta Asih harus dilarikan ke rumah sakit untuk proses persalinan. “Ternyata dalam perkembanganya anak saya tidak bisa berjalan, dokter mengatakan bahwa anak saya menderita penyakit polio,” imbuhnya.
Mendapati kondisi putri seperti itu, dia dan istrinya rutin memeriksakan ke dokter maupun ke orang pintar. Bahkan sempat pula didatangkan bantuan dokter dari Jerman mencoba menyembuhkan penyakit polio sang anak. Namun apa daya kondisi Kartika Yanti tidak ada perubahan sampai sekarang. “Dulu sering dipijat dan berobat, tetapi tidak juga ada perubahan,” katanya.
Beruntung Kartika Yanti meskipun tidak bisa belajar di sekolah formal, ada yayasan di Denpasar yang bersedia membantu. Sejak empat tahun lalu Kartika Yanti dijemput ke rumahnya untuk belajar di yayasan seminggu empat kali. Akan tetapi belakangan ini pihak yayasan memutuskan hanya menjemput setiap Senin. “Alasannya saya kurang tahu, katanya sekarang hanya sekali seminggu,” kata Astawa yang kesehariannya menjadi buruh bangunan.
Diakui Astawa putrinya ini meskipun tidak bisa berjalan, tetapi mandiri. Makan, mandi bahkan bermain ke rumah teman di dekat rumah. “Teman-temannya mau ngajak, kadang temannya yang ke rumah,” imbuh Astawa.
Astawa mengaku putrinya telah mendapat bantuan dari pemerintah. Dia juga sempat dikunjungi Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti saat menjabat periode pertama. Bupati menyerahkan bantuan berupa uang, kursi roda bahkan sudah sempat mendapatkan bantuan bedah rumah.
Namun Astawa sangat menyayangkan, dirinya yang tercatat sebagai warga kurang mampu, bantuan raskin (beras miskin) terputus sejak delapan bulan lalu meskipun sudah mendapatkan kartu KIS. “Dulu juga sempat terputus namun dapat lagi. Sekarang kembali saya tidak dapat raskin sejak delapan bulan lalu. Kata petugas desa, nama saya dari pusat sudah tidak ada,” akunya.
Sekretaris Desa Kediri I Nyoman Alit Suastana mengenai terputusnya raskin tersebut sebelumnya ada kesalahan teknis. Dimana nama yang bersangkutan tertukar dengan nama lain. Sehingga pada Oktober 2018 lalu sudah diperbaiki dan disetor ke Dinas Sosial Tabanan. “Sudah kami perbaiki dan setor ke dinas sosial,” ungkapnya.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Sosial Tabanan I Nyoman Gede Gunawan menjelaskan keluarga tersebut dulunya sempat mendapatkan rastra (beras sejahtera), hanya saja ketika muncul Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) namanya tidak tercantum karena gagal buka rekening kolektif (Burekol) yang istilahnya salah nama. “Tetapi sekarang sudah kami ajukan dan sedang menunggu,” tuturnya.
Sementara terkait kondisi putrinya yang lumpuh akan dikoordinasikan dengan petugas PKH, apakah orang yang bersangkutan termasuk penerima bantuan PKH. “Karena yang mendapatkan bantuan tersebut ada klasifikasinya, akan saya koordinasikan,” tandas Gunawan. *de
Komentar