Suspensa-Suswira Unjuk Seni Mebarung
Ratusan pelajar SMPN 1 Sukawati (Suspensa) dan SMP Widyasuara Sukawati (Suswira) unjuk kebolehan dalam pentas mabarung (bersama) serangkaian Karya Padudusan Agung Karya Padudusan Agung, Segara Kertih, Tawur Balik Sumpah Agung lan Mupuk Pedagingan di Pura Er Jeruk, Desa Pakraman Sukawati, Gianyar, Senin (28/1) malam.
GIANYAR, NusaBali
Mabarung ini menjadi pentas perdana serangkaian karya setempat. Masing-masing sekolah menampilkan tabuh kreasi, tabuh kebesaran, dan fragmen tari. Dari SMPN 1 Sukawati mempersembahkan Tabuh Kreasi Satyaning Pratidnya, Tari Kebesaran Sanga Dala yang menggambarkan penjagaan dunia oleh 9 dewa yang berstana di 9 arah mata angin. Dilanjutkan dengan pementasan Tari Tenun dan dipungkasi dengan Dolanan berjudul ‘Maling Sadhu’. Menurut Penata Tari dan Tabuh, I Wayan Wiryawan, fragmen ini diangkat dari cerita Babad Sukawati. Menceritakan sekelumit kisah tentang keberadaan Raja Sukawati Sri Aji Anom Wijaya Tanu yang berpura-pura menjadi pencuri untuk menangkap pencuri yang sebenarnya. Alkisah, I Jedar dan I Keleseh sedang berlayar ditengah laut Tanah Lot tanpa disadari ombak semakin besar dan mereka tidak bisa menepi akhirnya memilih untuk bermalam dipenataran pura Tanah Lot. Saat mereka terlelap, tiba-tiba munculah kakek dan menyuruh mereka mengantarkan dua buah benda pusaka kepada Raja Sukawati. Titipan itu berupa dua buah pusaka, yaitu Sesirep Bhuana dan Bajra Narasinga. Namun o
leh kedua orang ini, titipan dua pusaka ini disalahgunakan. “Jedar dan Keleseh menggunakan pusaka ini untuk mencuri. Mereka leluasa mengambil barang berharga masyarakat,” jelas Wiryawan yang guru Seni dan Budaya SMPN 1 Sukawati ini.
Hampir setiap hari, rakyat kehilangan harta benda tapi pencurinya tidak ada yang mengetahui apalagi menangkapnya. Berita tersebut didengar Raja Sukawati I Dewagung WijayaTanu, hingga bersiasat menjebak I Jedar dan I Keleseh. “Kepada Jedar dan Keleseh, Raja yang berpura-pura sebagai pencuri berniat meminjam pusaka tersebut. Agar bisa leluasa mencuri di wilayah Bangli. Oleh keduanya, pusaka itu diberikan dengan catatan harus segera dikembalikan,” jelasnya.
Singkat cerita, Raja Sukawati I Dewagung WijayaTanu memergoki keduanya saat mencuri, sehingga malu dan meminta maaf kepada seluruh warga terutama kepada Raja. “Atas permohanan maaf itu, Raja memberikan hadiah untuk tinggal di utara kerajaan Sukawati, yakni Desa Mas,” imbuhnya didampingi Wakasek Kehumasan SMPN 1 Sukawati, Drs I Nyoman Arjana Putra.
Sedangkan SMP Widyasuara menampilkan tabuh kreasi Cahyaning Widya (Sinar Ilmu Pengetahuan). Disusul dengan Tari Maskot SMP Widyasuara ‘Jana Jnana Kriya’ yang menceritakan sikap anak-anak yang suka bekerja keras dan pantang menyerah dalam meraih cita-cita. Selain itu, Tari Satya Brasta oleh para siswi. Tarian ini lazimnya dibawakan laki-laki, mengisahkan gugurnya Gatot Kaca oleh senjata Konta Wijaya Kusuma. Meskipun tergolong baru beranjak dewasa, penampilan pelajar SMP ini mendapat apresiasi dari para penonton yang memenuhi areal Wantilan Pura Er Jeruk. *nvi
leh kedua orang ini, titipan dua pusaka ini disalahgunakan. “Jedar dan Keleseh menggunakan pusaka ini untuk mencuri. Mereka leluasa mengambil barang berharga masyarakat,” jelas Wiryawan yang guru Seni dan Budaya SMPN 1 Sukawati ini.
Hampir setiap hari, rakyat kehilangan harta benda tapi pencurinya tidak ada yang mengetahui apalagi menangkapnya. Berita tersebut didengar Raja Sukawati I Dewagung WijayaTanu, hingga bersiasat menjebak I Jedar dan I Keleseh. “Kepada Jedar dan Keleseh, Raja yang berpura-pura sebagai pencuri berniat meminjam pusaka tersebut. Agar bisa leluasa mencuri di wilayah Bangli. Oleh keduanya, pusaka itu diberikan dengan catatan harus segera dikembalikan,” jelasnya.
Singkat cerita, Raja Sukawati I Dewagung WijayaTanu memergoki keduanya saat mencuri, sehingga malu dan meminta maaf kepada seluruh warga terutama kepada Raja. “Atas permohanan maaf itu, Raja memberikan hadiah untuk tinggal di utara kerajaan Sukawati, yakni Desa Mas,” imbuhnya didampingi Wakasek Kehumasan SMPN 1 Sukawati, Drs I Nyoman Arjana Putra.
Sedangkan SMP Widyasuara menampilkan tabuh kreasi Cahyaning Widya (Sinar Ilmu Pengetahuan). Disusul dengan Tari Maskot SMP Widyasuara ‘Jana Jnana Kriya’ yang menceritakan sikap anak-anak yang suka bekerja keras dan pantang menyerah dalam meraih cita-cita. Selain itu, Tari Satya Brasta oleh para siswi. Tarian ini lazimnya dibawakan laki-laki, mengisahkan gugurnya Gatot Kaca oleh senjata Konta Wijaya Kusuma. Meskipun tergolong baru beranjak dewasa, penampilan pelajar SMP ini mendapat apresiasi dari para penonton yang memenuhi areal Wantilan Pura Er Jeruk. *nvi
1
Komentar