42 Siswa SMP Gagal Ikut UN
15 orang tak ikut UN karena menikah, tentu angka sangat memprihatinkan.
15 Orang karena Menikah, 17 Orang Bekerja
SINGARAJA, NusaBali
Pelaksanaan ujian nasional (UN) hari pertama untuk tingkat SMP di Buleleng, Senin (9/5), berjalan lancar.
Namun 42 siswa SMP gagal ikut UN. Dari 42 orang itu, 15 orang karena berhenti sekolah dengan alasan menikah, 17 orang berhenti dengan alasan bekerja, dan 10 orang mengundurkan diri tanpa alasan.
Kondisi tersebut mengundang keprihatinan semua pihak, termasuk Dinas Pendidikan Buleleng. Apalagi, jumlah 15 orang tersebut merupakan angka yang sangat memprihatinkan. Secara tidak langsung, angka menikah di bawah umur juga meningkat.
“Ini (anak putus sekolah ini,Red) tentu perlu perhatian khusus,’’ ujar Kepala Dinas Pendidikan Buleleng Gede Suyasa, di kantornya, Senin (9/5). Ia mengatakan, setelah UN selesai, pihaknya akan mengevaluasi ulang dan mencari tahu kenapa hal tersebut bisa terjadi.
Peserta UN SMP di Buleleng 11.272 orang. Ada tiga orang mengikuti UN di rumah sakit dan Puskesmas Pembantu. Sehingga total peserta UN yang hadir di hari pertama 11.228 orang dari 83 SMP negeri dan swasta. Ketiganya yakni Kadek Sudarma dari SMP PGRI 1 Seririt, dirawat di RSUD Buleleng karena sakit demam derdarah, Gede Joni Pratamayasa dari SMP1 Atap 2 Kubutambahan dirawat di RSUD Buleleng karena tangannya terkena sabit, dan I Gede Darma Saputra dari SMP 2 Kubutambahan mengikuti UN di Puskesmas Pembantu Kubutambahan di Desa Tamblang. Ia saat akan memulai ujian di sekolah mengalami mual-mual dan muntah-muntah.
Dari pendidikan nonformal atau kejar paker B terdaftar 192 orang mengikuti UN dari tujuh PKBM, dua pesantren dan satu SKB di Buleleng. Pada pelaksanaan UN hari pertama, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, tampak memantau situasi di sejumlah sekolah SMP.
Pantauan juga dari petugas Pusat dan Ombudsman RI. Kata Suyasa, kepala sekolah dan juga penyelenggara UN sudah sangat siap serta koordinasi juga sudah terjalin dengan baik. “Dengan kesiapandan juga koordinasi yang baik, saya rasa UN tingkat SMP ini akan berjalan dengan baik,” imbuhnya.
Pihaknya berharap dengan adanya pengawasan dari internal maupun ekternal seperti Ombudsman RI dan juga pihak dari Kemendikbud, UN tingkat SMP ini berjalan dengan lancar dan semua siswa bertindak secara jujur dalam menjawab soal UN. Pengawasan ini juga diharapkan dapat menghasilkan siswa dan sekolah berintegritas. “Tujuan dari pendidikan kita sekarang ini adalah pendidikan yang berintegritas. Jangan sampai menghalalkan segala cara untuk meraih angka-angka. Lebih baik mulai belajar tentang kejujuran,” imbuhnya.
Sementara itu, pada pemantauan di SMPN 2 Singaraja juga hadir tim pemantau dari Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Tim ini diketuai oleh R Saptoadji Purwantoro SH M Si. Tim ini memantau di Buleleng dengan beberapa sample sekolah.
Saptoadji mengakui soal UN tingkat SMP ini menggunakan sistem paket. Walaupun UN tidak menjadi satu-satunya kriteria kelulusan, namun UN masih sangat diperlukan untuk pemetaan pendidikan. 7 k23
Komentar