Sejumlah Jenderal Purnawirawan Datangi Lokasi Bandara Buleleng di Kubutambahan
Rencana pembangunan Bandara Internasional Buleleng di Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng mendapat antensi dari sejumlah jenderal purnawirawan TNI/Polri.
SINGARAJA, NusaBali
Indikasinya, sejumlah empat jenderal purnawirawan datang ke Desa Kubutambahan, Jumat (1/2) siang. Para purnawirawan jenderal yang terjun ke lokasi bandara di Desa Kubutambahan, Jumat siang sekitar pukul 13.30 Wita, masing-masing mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Sutarman, mantan Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Komjen Pol (Purn) Djoko Mukti Haryono, mantan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, dan mantan Kapolda Sulut Irjen Pol (Purn) Jimmy Palmer Sinaga.
Mereka ini merupakan komisaris dari PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti, yang selama ini berkeinginan agar lokasi Bandara Internasional Buleleng di bangun di atas laut. Mereka didampingi oleh Presiden Direktur PT BIBU Panji Sakti, Made Mangku.
Kehadiran para jenderal purnawirawan kemarin disambut oleh Kelian Desa Pakraman Kubutambahan, Jero Pasek Ketut Warkadea, dan sejumlah prajuru dan pamangku, di Pura Penegil Dharma. Sebelum ke Pura Penegil Dharma, rombongan sempat transit makan siang di Vila Santhi milik mantan Kepala Dinas Pariwiata Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Puja Erawan.
Kedatangan rombongan para jenderal purnawirawan ke Desa Kubutambahan ini, selain untuk meninjau situs-situs budaya seperti Pura Penegil Dharma, juga ingin memastikan perkembangan pembangunan bandara di sana. Namun, mereka menepis kehadirannya ini dalam rangka memastikan lokasi bandara.
Jenderal Purn Sutarman menyebutkan, kehadirannya ke Desa Kubutambahan hanya ingin memastikan keberadaan situs budaya seperti Pura Penegil Dharma, yang kabarnya ada keterkaitan dengan leluhurnya. ”Nenek saya cerita, kalau leluhur saya berasal dari Majapahit. Dan, saya diinfo kalau di Kubutambahan ada situs Majapa-hit, yang berarti leluhur saya. Itu yang membuat saya tertarik datang ke sini (Kubutambahan),” tandas Sutarman.
Sutarman mengakui akan ada rencana pembangunan bandara di Kubutambahan. Sutarman tidak memasalahan lokasi bandara, sepanjang mempertahankan kearifan lokal. Bahkan, dia meminta semua pihak mendukung investasi tersebut guna mempercepat pembangunan ekonomi di Bali Utara. ”Saya berharap situs-situs yang ada di Kubutambahan dan sekitarnya tidak terganggu, termasuk situs peninggalan leluhur saya,” katanya.
Paparan senada disampaikan mantan KSAU Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia. Menurut IB Dunia, sebagai mantan parjurit penerbang, dia menilai lokasi bandara yang aman untuk penerbangan berada di dekat pantai. ”Bandara yang dekat pantai itu cepat berubah, cepat bagus, dan obstacle-nya kecil. Dan, sebagai mantan penerbang, saya menyukai itu,” ujar jenderal purnawirasan asal Tabanan yang merupakan putra Bali pertama dipercaya menduduki posisi kepala staf angtakan di TNI ini.
IB Dunia menambahkan, dalam perspektif Hindu, diharuskan mempertahankan tanah-tanah yang produktif menghasilkan bahan makanan. Dan, itu menjadi pertimbangan untuk tidak terlalu banyak mengunakan lahan saat membangun bandara. ”Silakan dipersepsikan (apakah menolak lokasi bandara di darat atau tidak, Red),” ujar IB Dunia.
Sementara itu, Kelian Desa Pakraman Kubutambahan, Jero Pasek Ketut Warkadea, tidak bersedia dikonfirmasi menyangkut masalah bandara. Jero Pasek Warkadea mengaku menerima kunjungan rombongan para jenderal purnawirawan yang disebut-sebut sebagai Komisaris PT BIBU Panji Sakti, karena dirinya sebagai tuan rumah.
“Saya sebagai tuan rumah, siapa pun yang datang, apalagi ini para jenderal, saya harus menerimanya. Kunjungan mereka kan hanya melihat situs Pura Penegil Dharma. Kalau masalah bandara, saya no comment,” tegas Jero Pasek warkadea.
Sedangkan Presdir PT BIBU Panji Sakti, Made Mangku, mengaku pihaknya tetap berjuang bagaimana agar lokasi bandara di Kubutambahan berada di tengah laut, sesuai kajian yang telah dibuatnya. “Kami tidak berhenti, karena semua administrasi sudah kami penuhi. Komisaris BIBU di Jakarta ya bapak-bapak ini (para jenderal purnawirawan yang diajak ke Kubutambahan, Red),” katanya.
Pemerintah pusat rencananya membangun Bandara Internasional Buleleng di daratan wilayah Desa Kubutambahan. Bandara yang sebagfian besar lahannya menggunakan tanah adat ini rencananya aka dibangun mulai tahun 2020 dan ditarget sudah selesai pada 2024 mendatang. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Semadi pun sudah tinjau rencana lokasi bandara di Desa Kubutambahan, 30 Desember 2018 lalu.
Menurut Budi Karya, setelah meninjau lahan lokasi bandara, pihaknya akan secepatnya menyusun fiasibility study (FS) mulai Januari 2019, dengan meminta masukan dari Pemprov Bali dan Pemkab Buleleng terkait masalah lahan. FS bandara diperkirakan rampung dalam 3-4 bulan ke depan atau sekitar April 2019.
Setelah FS rampung, Kemenhub akan menerbitkan izin penetapan lokasi (Penlok) rencana pembangunan bandara. Setelah ada Penlok, akan dilakukan bidding contest atau proses tender dengan pihak swasta. Budi Karya menyebutkan, proses pembangunan Bandara Internasional Buleleng nantinya akan didanai melalui skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
Budi Karya menegaskan, nantinya setelah ada FS, barulah akan diketahui kebutuhan lahan, termasuk kebutuhan anggaran pembangunan Bandara Inyernasional Bali Utara. “Tapi, saya rasa dengan luas lahan 300 hektare sampai 400 hektare, bandara di Buleleng nantinya lebih besar dibanding Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban (Kecamatan Kuta, Badung),” katanya sembari menyebut run way Bandara Inter-nasional Buleleng rencananya dibangun sepanjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter. *k19
Mereka ini merupakan komisaris dari PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti, yang selama ini berkeinginan agar lokasi Bandara Internasional Buleleng di bangun di atas laut. Mereka didampingi oleh Presiden Direktur PT BIBU Panji Sakti, Made Mangku.
Kehadiran para jenderal purnawirawan kemarin disambut oleh Kelian Desa Pakraman Kubutambahan, Jero Pasek Ketut Warkadea, dan sejumlah prajuru dan pamangku, di Pura Penegil Dharma. Sebelum ke Pura Penegil Dharma, rombongan sempat transit makan siang di Vila Santhi milik mantan Kepala Dinas Pariwiata Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Puja Erawan.
Kedatangan rombongan para jenderal purnawirawan ke Desa Kubutambahan ini, selain untuk meninjau situs-situs budaya seperti Pura Penegil Dharma, juga ingin memastikan perkembangan pembangunan bandara di sana. Namun, mereka menepis kehadirannya ini dalam rangka memastikan lokasi bandara.
Jenderal Purn Sutarman menyebutkan, kehadirannya ke Desa Kubutambahan hanya ingin memastikan keberadaan situs budaya seperti Pura Penegil Dharma, yang kabarnya ada keterkaitan dengan leluhurnya. ”Nenek saya cerita, kalau leluhur saya berasal dari Majapahit. Dan, saya diinfo kalau di Kubutambahan ada situs Majapa-hit, yang berarti leluhur saya. Itu yang membuat saya tertarik datang ke sini (Kubutambahan),” tandas Sutarman.
Sutarman mengakui akan ada rencana pembangunan bandara di Kubutambahan. Sutarman tidak memasalahan lokasi bandara, sepanjang mempertahankan kearifan lokal. Bahkan, dia meminta semua pihak mendukung investasi tersebut guna mempercepat pembangunan ekonomi di Bali Utara. ”Saya berharap situs-situs yang ada di Kubutambahan dan sekitarnya tidak terganggu, termasuk situs peninggalan leluhur saya,” katanya.
Paparan senada disampaikan mantan KSAU Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia. Menurut IB Dunia, sebagai mantan parjurit penerbang, dia menilai lokasi bandara yang aman untuk penerbangan berada di dekat pantai. ”Bandara yang dekat pantai itu cepat berubah, cepat bagus, dan obstacle-nya kecil. Dan, sebagai mantan penerbang, saya menyukai itu,” ujar jenderal purnawirasan asal Tabanan yang merupakan putra Bali pertama dipercaya menduduki posisi kepala staf angtakan di TNI ini.
IB Dunia menambahkan, dalam perspektif Hindu, diharuskan mempertahankan tanah-tanah yang produktif menghasilkan bahan makanan. Dan, itu menjadi pertimbangan untuk tidak terlalu banyak mengunakan lahan saat membangun bandara. ”Silakan dipersepsikan (apakah menolak lokasi bandara di darat atau tidak, Red),” ujar IB Dunia.
Sementara itu, Kelian Desa Pakraman Kubutambahan, Jero Pasek Ketut Warkadea, tidak bersedia dikonfirmasi menyangkut masalah bandara. Jero Pasek Warkadea mengaku menerima kunjungan rombongan para jenderal purnawirawan yang disebut-sebut sebagai Komisaris PT BIBU Panji Sakti, karena dirinya sebagai tuan rumah.
“Saya sebagai tuan rumah, siapa pun yang datang, apalagi ini para jenderal, saya harus menerimanya. Kunjungan mereka kan hanya melihat situs Pura Penegil Dharma. Kalau masalah bandara, saya no comment,” tegas Jero Pasek warkadea.
Sedangkan Presdir PT BIBU Panji Sakti, Made Mangku, mengaku pihaknya tetap berjuang bagaimana agar lokasi bandara di Kubutambahan berada di tengah laut, sesuai kajian yang telah dibuatnya. “Kami tidak berhenti, karena semua administrasi sudah kami penuhi. Komisaris BIBU di Jakarta ya bapak-bapak ini (para jenderal purnawirawan yang diajak ke Kubutambahan, Red),” katanya.
Pemerintah pusat rencananya membangun Bandara Internasional Buleleng di daratan wilayah Desa Kubutambahan. Bandara yang sebagfian besar lahannya menggunakan tanah adat ini rencananya aka dibangun mulai tahun 2020 dan ditarget sudah selesai pada 2024 mendatang. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Semadi pun sudah tinjau rencana lokasi bandara di Desa Kubutambahan, 30 Desember 2018 lalu.
Menurut Budi Karya, setelah meninjau lahan lokasi bandara, pihaknya akan secepatnya menyusun fiasibility study (FS) mulai Januari 2019, dengan meminta masukan dari Pemprov Bali dan Pemkab Buleleng terkait masalah lahan. FS bandara diperkirakan rampung dalam 3-4 bulan ke depan atau sekitar April 2019.
Setelah FS rampung, Kemenhub akan menerbitkan izin penetapan lokasi (Penlok) rencana pembangunan bandara. Setelah ada Penlok, akan dilakukan bidding contest atau proses tender dengan pihak swasta. Budi Karya menyebutkan, proses pembangunan Bandara Internasional Buleleng nantinya akan didanai melalui skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
Budi Karya menegaskan, nantinya setelah ada FS, barulah akan diketahui kebutuhan lahan, termasuk kebutuhan anggaran pembangunan Bandara Inyernasional Bali Utara. “Tapi, saya rasa dengan luas lahan 300 hektare sampai 400 hektare, bandara di Buleleng nantinya lebih besar dibanding Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban (Kecamatan Kuta, Badung),” katanya sembari menyebut run way Bandara Inter-nasional Buleleng rencananya dibangun sepanjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter. *k19
Komentar