Gubernur Ikut Nyurat Lontar Bersama 1.000 Siswa
Buat pertama kalinya Pemerintah Provinsi Bali menggelar ‘Bulan Bahasa Bali’, yang nantinya akan dilaksanakan rutin setiap Februari.
Bulan Bahasa Bali Dibuka, Ditandai dengan Festival Nyurat Lontar
DENPASAR, NusaBali
Kegiatan Bulan Bahasa Bali 2019 dibuka resmi Gubernur Bali Wayan Koster, Jumat (1/2) pagi, ditandai dengan festival nyurat lontar di Lantai I Gedung Ksirarnawa Taman Budaya-Art Center Denpasar. Bahkan, Gubernur Koster sempat ikut nyurat lontar massal yang diikuti 1.000 pelajar dan mahasiswa se-Bali tersebut.
Ritual nyurat lontar massal, Jumat kemarin, digelar seusai acara pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019 di Lantai II Gedung Ksirarnawa. Usai membuka resmi Bulan Bahasa 2019, Gubernur Koster langsung turun ke Lantai I Gedung Ksriarnawa untuk ikut nyurat lontar. Gubernur Koster duduk nyurat lontar dengan didampingi sang istri Ny Putri Suastini Koster di sisi kanan dan Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta di sisi kiri. Mereka juga menyemangati dan terkesan dengan kepiawaian para peserta nyurat lontar.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Putu Astawa, memaparkan 1.000 peserta nyurat lontar tersebut terdiri dari siswa SMP dan SMA/SMK, hingga mahasiswa perguruan tinggi se-Bali, selain juga para Penyuluh Bahasa Bali. Menurut Putu Astawa, kegiatan ini dipilih untuk mendorong kembali kecintaan generasi muda terhadap budaya Bali. Sebab, lontar adalah sumber aksara, bahasa, dan sastra yang dimiliki Bali.
Seluruh lontar yang telah bertuliskan Aksara Bali haris nyurat lontar 1.000 peserta ini, kata Astawa, nantinya akan dipamerkan di Taman Budaya Denpasat, 26-28 Februari 2019 mendatang. “Keaslian Sastra Bali itu sebenarnya dulu kan berasal dari lontar-lontar. Nah, kita kembali merevitalisasi keberadaan lontar, karena banyak sekali kearifan lokal yang bisa diperoleh dari lontar-lontar. Jangan sampai punah, generasi muda juga harus tahu tentang lontar,” ujar Putu Astawa yang juga Kadis Perindag Provinsiu Bali.
Melalui melalui kegiatan Bulan Bahasa Bali dengan tema ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali Melarapan Antuk Ngerajegang Bahasa, Aksara, Miwah Sastra Bali’ ini, kata Astawa, nyurat aksara tidak putus dengan hanya saat festival saja, melainkan memahami juga. Sebab, ada banyak kearifan lokal yang bisa digali oleh generasi muda ketika bisa memahami lontar. “Dalam festival nyurat lontar ini, kita yang menyiapkan bahannya, kemudian para siswa yang menyurat seperti materi yang diberikan. Materinya, tidak jauh tentang kearifan lokal Bali,” katanya.
Sementara itu, Bulan Bahasa Bali 2019 dibuka secara resmi oleh Gubernur Koster, ditandai pemukulan kulkul (kentongan). Acara pembukaan Bulan Bahasa bali 2019 dihadiri pula Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) bersama istri Ny Tjokorda Putri Hariyani Ardhana Sukawati, Ketua Dharma Wanita Provinsi Bali Ny Widyasmini Indra, pimpinan OPD Pemprov Bali, Bupati/Walikota se-Bali, Forkompimda Provinsi Bali, dan kalangan tokoh masyarakat.
Gubernur Koster menyatakan, penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali ini merupakan komitmennya terhadap pembangunan di bidang budaya. Komitmen memajukan Bali di bidang budaya ditunjukkan dengan menerbitkan Pergub Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali dan Pergub Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
Koster mengajak generasi muda dan masyarakat Bali untuk tidak malu menunjukkan identitas Bali di tengah arus globalisasi. “Jangan malu berbahasa Bali dan berbusana Bali, justru harus bangga, karena itu identitas kita. Busana adat dan bahasa merupakan unsur budaya yang menjadi identitas manusia Bali. Bahasa, sastra, dan aksara adalah intinya Budaya Bali dan menjadi dasar dalam pembangunan di berbagai bidang,” ujar Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Menurut Koster, pembangunan di bidang budaya merupakan satu dari tiga fokus utamanya membangun Bali ke depan. Melalui visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ yang bermakna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia sekala niskala, Koster membuat konsep pembangunan sesuai dengan ajaran Tri Sakti Bung Karno, yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Yang menjadi fokus saya untuk pembangunan Bali adalah alamnya, manusianya, dan budayanya. Pembangunan akan dilaksanakan secara terpola, menyeluruh dan terencana, terarah dan terintegrasi dalam bingkai NKRI berdasarkan nilai-nilai Pancasila,” tegas mantan anggota Komisi X DPR RI tiga kali periode ini.
Dalam tahun 2019, Gubernur Koster pilih fokus merancang regulasi untuk menata seluruh aspek yang berkaitan dengan alam, manusia, dan budaya Bali. Bersama legislatif, akan dirancang sebanyak 22 Perda di tahun 2019, dilengkapi dengan Pergub yang lengkap. “Tahun 2019 kami menyusun sebanyak 22 peraturan daerah (Perda) dengan Peraturan Gubernur (Pergub) yang lengkap. Ini yang akan digunakan untuk menata fundamental pembangunan Bali. Ini harus kita tangani secara serius, karena menyangkut jiwa dan rohnya Bali,” katanya. “Karena itu, biarkan saya bekerja dulu membuat regulasi. Tahun 2020 baru saya turun ke lapangan bertemu masyarakat,” imbuh politisi-akademisi penyandang gelar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB Bandung ini.
Sementara, pelaksanaan Bulan Bahasa Bali 2019 mendapat apresiasi dari Ketua Komisi IV DPRD Bali (membidangi adat dan budaya), Nyoman Parta. Menurut Parta, sudah ada Perda untuk kegiatan Bulan Bahasa Bali yang mengharuskan dilaksanakan setiap tahun di bulan Februari. “Ini adalah tahun pertama pelaksanaan Perda yang sudah didukung dengan Pergub. Pelaksanaan tahun depan akan lebih baik lagi,” jelas politisi PDIP asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini.
Parta juga mengapresiasi upaya Penyuluh Bahasa Bali yang menemukan ribuan lontar di masing-masing desa tempatnya bertugas. Selain itu, ada juga lontar yang ditemukan dalam keadaaan sudah rapuh dan hampir rusak. “Kami apresiasi setinggi-tingginya atas terselenggaranya kegiatan Bulan Bahasa Bali ini. Juga kepada Penyuluh Bahasa Bali giat masuk pura, puri, dan griya, serta merawat lontar yang ada di seluruh Bali. Saya membayangkan betapa susahnya orangtua kita menulis di lontar. Kita sebagai generasi penerus, masa untuk menjaganya saja tidak bisa?” ujar Parta.
Parta berharp setelah banyak anak-anak yang mengetahui tentang menulis lontar, kegiatan tidak hanya berhenti di situ, Tapi, bagaimana selanjutnya upaya pemerintah untuk mengembangkannya menjadi industri kreatif. “Setelah itu, bukan hanya sekadar bisa dan tahu, tapi dari kegiatan ini bagaimana bisa menghasilkan industri kreatif yang dalam jangka panjang menghasilkan kesejahteraan,” kata politisi yang maju tarung sbagai caleg DPR RI dari PDIP Dapil Bali dalam Pileg 2019 ini. *ind
DENPASAR, NusaBali
Kegiatan Bulan Bahasa Bali 2019 dibuka resmi Gubernur Bali Wayan Koster, Jumat (1/2) pagi, ditandai dengan festival nyurat lontar di Lantai I Gedung Ksirarnawa Taman Budaya-Art Center Denpasar. Bahkan, Gubernur Koster sempat ikut nyurat lontar massal yang diikuti 1.000 pelajar dan mahasiswa se-Bali tersebut.
Ritual nyurat lontar massal, Jumat kemarin, digelar seusai acara pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019 di Lantai II Gedung Ksirarnawa. Usai membuka resmi Bulan Bahasa 2019, Gubernur Koster langsung turun ke Lantai I Gedung Ksriarnawa untuk ikut nyurat lontar. Gubernur Koster duduk nyurat lontar dengan didampingi sang istri Ny Putri Suastini Koster di sisi kanan dan Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta di sisi kiri. Mereka juga menyemangati dan terkesan dengan kepiawaian para peserta nyurat lontar.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Putu Astawa, memaparkan 1.000 peserta nyurat lontar tersebut terdiri dari siswa SMP dan SMA/SMK, hingga mahasiswa perguruan tinggi se-Bali, selain juga para Penyuluh Bahasa Bali. Menurut Putu Astawa, kegiatan ini dipilih untuk mendorong kembali kecintaan generasi muda terhadap budaya Bali. Sebab, lontar adalah sumber aksara, bahasa, dan sastra yang dimiliki Bali.
Seluruh lontar yang telah bertuliskan Aksara Bali haris nyurat lontar 1.000 peserta ini, kata Astawa, nantinya akan dipamerkan di Taman Budaya Denpasat, 26-28 Februari 2019 mendatang. “Keaslian Sastra Bali itu sebenarnya dulu kan berasal dari lontar-lontar. Nah, kita kembali merevitalisasi keberadaan lontar, karena banyak sekali kearifan lokal yang bisa diperoleh dari lontar-lontar. Jangan sampai punah, generasi muda juga harus tahu tentang lontar,” ujar Putu Astawa yang juga Kadis Perindag Provinsiu Bali.
Melalui melalui kegiatan Bulan Bahasa Bali dengan tema ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali Melarapan Antuk Ngerajegang Bahasa, Aksara, Miwah Sastra Bali’ ini, kata Astawa, nyurat aksara tidak putus dengan hanya saat festival saja, melainkan memahami juga. Sebab, ada banyak kearifan lokal yang bisa digali oleh generasi muda ketika bisa memahami lontar. “Dalam festival nyurat lontar ini, kita yang menyiapkan bahannya, kemudian para siswa yang menyurat seperti materi yang diberikan. Materinya, tidak jauh tentang kearifan lokal Bali,” katanya.
Sementara itu, Bulan Bahasa Bali 2019 dibuka secara resmi oleh Gubernur Koster, ditandai pemukulan kulkul (kentongan). Acara pembukaan Bulan Bahasa bali 2019 dihadiri pula Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) bersama istri Ny Tjokorda Putri Hariyani Ardhana Sukawati, Ketua Dharma Wanita Provinsi Bali Ny Widyasmini Indra, pimpinan OPD Pemprov Bali, Bupati/Walikota se-Bali, Forkompimda Provinsi Bali, dan kalangan tokoh masyarakat.
Gubernur Koster menyatakan, penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali ini merupakan komitmennya terhadap pembangunan di bidang budaya. Komitmen memajukan Bali di bidang budaya ditunjukkan dengan menerbitkan Pergub Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali dan Pergub Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
Koster mengajak generasi muda dan masyarakat Bali untuk tidak malu menunjukkan identitas Bali di tengah arus globalisasi. “Jangan malu berbahasa Bali dan berbusana Bali, justru harus bangga, karena itu identitas kita. Busana adat dan bahasa merupakan unsur budaya yang menjadi identitas manusia Bali. Bahasa, sastra, dan aksara adalah intinya Budaya Bali dan menjadi dasar dalam pembangunan di berbagai bidang,” ujar Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Menurut Koster, pembangunan di bidang budaya merupakan satu dari tiga fokus utamanya membangun Bali ke depan. Melalui visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ yang bermakna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia sekala niskala, Koster membuat konsep pembangunan sesuai dengan ajaran Tri Sakti Bung Karno, yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Yang menjadi fokus saya untuk pembangunan Bali adalah alamnya, manusianya, dan budayanya. Pembangunan akan dilaksanakan secara terpola, menyeluruh dan terencana, terarah dan terintegrasi dalam bingkai NKRI berdasarkan nilai-nilai Pancasila,” tegas mantan anggota Komisi X DPR RI tiga kali periode ini.
Dalam tahun 2019, Gubernur Koster pilih fokus merancang regulasi untuk menata seluruh aspek yang berkaitan dengan alam, manusia, dan budaya Bali. Bersama legislatif, akan dirancang sebanyak 22 Perda di tahun 2019, dilengkapi dengan Pergub yang lengkap. “Tahun 2019 kami menyusun sebanyak 22 peraturan daerah (Perda) dengan Peraturan Gubernur (Pergub) yang lengkap. Ini yang akan digunakan untuk menata fundamental pembangunan Bali. Ini harus kita tangani secara serius, karena menyangkut jiwa dan rohnya Bali,” katanya. “Karena itu, biarkan saya bekerja dulu membuat regulasi. Tahun 2020 baru saya turun ke lapangan bertemu masyarakat,” imbuh politisi-akademisi penyandang gelar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB Bandung ini.
Sementara, pelaksanaan Bulan Bahasa Bali 2019 mendapat apresiasi dari Ketua Komisi IV DPRD Bali (membidangi adat dan budaya), Nyoman Parta. Menurut Parta, sudah ada Perda untuk kegiatan Bulan Bahasa Bali yang mengharuskan dilaksanakan setiap tahun di bulan Februari. “Ini adalah tahun pertama pelaksanaan Perda yang sudah didukung dengan Pergub. Pelaksanaan tahun depan akan lebih baik lagi,” jelas politisi PDIP asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini.
Parta juga mengapresiasi upaya Penyuluh Bahasa Bali yang menemukan ribuan lontar di masing-masing desa tempatnya bertugas. Selain itu, ada juga lontar yang ditemukan dalam keadaaan sudah rapuh dan hampir rusak. “Kami apresiasi setinggi-tingginya atas terselenggaranya kegiatan Bulan Bahasa Bali ini. Juga kepada Penyuluh Bahasa Bali giat masuk pura, puri, dan griya, serta merawat lontar yang ada di seluruh Bali. Saya membayangkan betapa susahnya orangtua kita menulis di lontar. Kita sebagai generasi penerus, masa untuk menjaganya saja tidak bisa?” ujar Parta.
Parta berharp setelah banyak anak-anak yang mengetahui tentang menulis lontar, kegiatan tidak hanya berhenti di situ, Tapi, bagaimana selanjutnya upaya pemerintah untuk mengembangkannya menjadi industri kreatif. “Setelah itu, bukan hanya sekadar bisa dan tahu, tapi dari kegiatan ini bagaimana bisa menghasilkan industri kreatif yang dalam jangka panjang menghasilkan kesejahteraan,” kata politisi yang maju tarung sbagai caleg DPR RI dari PDIP Dapil Bali dalam Pileg 2019 ini. *ind
1
Komentar