Populasi Sapi di Tabanan Turun
Akibat lahan mencari rumput berkurang, populasi sapi di Kabupaten Tabanan menurun. Penurunan terjadi hampir setiap tahun sejak 2014.
TABANAN, NusaBali
Tak tanggung-tanggung penurunan mencapai 1.000 ekor per tahun. Di satu sisi, Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan sudah melakukan upaya untuk menekan penurunan populasi sapi.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Suamba, menerangkan selain karena lahan untuk mencari rumput berkurang, juga dikarenakan minat masyarakat sudah sedikit untuk memelihara sapi.
Hal ini disebabkan terkait hasil. Dibandingkan dengan memelihara sapi yang hasilnya didapat lama, mereka lebih memilih menjadi buruh bangunan yang hasilnya cepat didapat. “Hal ini sangat berpengaruh, karena memelihara sapi untuk bisa dijual mencapai tahunan lebih,” ungkapnya, Minggu (4/2).
Berdasarkan data di Dinas Pertanian Tabanan, penurunan populasi sapi baik sapi jantan dan betina terlihat sejak 2014. Di 2014 populasi sapi terdata berjumlah 52.916 ekor, kemudian menurun di 2015 berjumlah 51.567 ekor, di tahun 2016 kembali menurun mencapai 50.906 ekor. Lalu di 2017 mengalami penurunan drastis mencapai 45.268 ekor dan di 2018 terdata sebanyak 43.842 ekor. “Rata-rata memang setiap tahun menurun sesuai dengan data pengecekan kami ke lapangan,” tegas Suamba.
Dengan kondisi itu Dinas Pertanian Tabanan diakui sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya mendorong untuk mengikutkan asuransi bagi peternak, mendorong untuk ikut program Simantri sekaligus mendukung pengolahan pupuk organik dengan harapan semasa menunggu sapinya besar, petani bisa mengolah pupuk organik sehingga bisa berdampak.
Bahkan Dinas Pertanian Tabanan mengikutkan peternak untuk ikut Program Siwab (Sapi Indukan Wajib Bunting) untuk percepatan peningkatan populasi ternak. “Dengan program yang didanai dari pusat ini, sapi atau kerbau betina produktif saatnya kawin harus dikawinkan, utamanya melalui sistem perwakinan inseminasi buatan (IB),” tandasnya. *de
Tak tanggung-tanggung penurunan mencapai 1.000 ekor per tahun. Di satu sisi, Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan sudah melakukan upaya untuk menekan penurunan populasi sapi.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Suamba, menerangkan selain karena lahan untuk mencari rumput berkurang, juga dikarenakan minat masyarakat sudah sedikit untuk memelihara sapi.
Hal ini disebabkan terkait hasil. Dibandingkan dengan memelihara sapi yang hasilnya didapat lama, mereka lebih memilih menjadi buruh bangunan yang hasilnya cepat didapat. “Hal ini sangat berpengaruh, karena memelihara sapi untuk bisa dijual mencapai tahunan lebih,” ungkapnya, Minggu (4/2).
Berdasarkan data di Dinas Pertanian Tabanan, penurunan populasi sapi baik sapi jantan dan betina terlihat sejak 2014. Di 2014 populasi sapi terdata berjumlah 52.916 ekor, kemudian menurun di 2015 berjumlah 51.567 ekor, di tahun 2016 kembali menurun mencapai 50.906 ekor. Lalu di 2017 mengalami penurunan drastis mencapai 45.268 ekor dan di 2018 terdata sebanyak 43.842 ekor. “Rata-rata memang setiap tahun menurun sesuai dengan data pengecekan kami ke lapangan,” tegas Suamba.
Dengan kondisi itu Dinas Pertanian Tabanan diakui sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya mendorong untuk mengikutkan asuransi bagi peternak, mendorong untuk ikut program Simantri sekaligus mendukung pengolahan pupuk organik dengan harapan semasa menunggu sapinya besar, petani bisa mengolah pupuk organik sehingga bisa berdampak.
Bahkan Dinas Pertanian Tabanan mengikutkan peternak untuk ikut Program Siwab (Sapi Indukan Wajib Bunting) untuk percepatan peningkatan populasi ternak. “Dengan program yang didanai dari pusat ini, sapi atau kerbau betina produktif saatnya kawin harus dikawinkan, utamanya melalui sistem perwakinan inseminasi buatan (IB),” tandasnya. *de
1
Komentar