Demer 'Habisi' 5 Loyalis Sudikerta
IGP Wijaya cs siap lakukan perlawanan, karena Demer dianggap semena-mena dan bikin kacau balau Golkar Bali
I Gusti Putu Wijaya Juga Diberangus dari Kepengurusan DPD I Golkar Bali
DENPASAR, NusaBali
Golkar di bawah kepemimpinan Plt Ketua DPD I Golkar Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer, kembali gonjang-ganjing. Setelah ribut-ribut menyusul dilengserkannya I Wayan Gunawan dari jabatan Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali, kini sejumlah kader senior loyalis Ketut Sudikerta malah diberangus dari kepengurusan DPD I Golkar Bali.
Bocoran yang diperoleh NusaBali, Selasa (5/2), kader senior loyalis Ketut Sudikerta (mantan Ketua DPD I Golkar Bali 2010-2018) yang dibabat dari kepengurusan, antara lain, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali I Gusti Putu Wijaya. Posisi politisi senior Golkar asal Banjar Kutuh Kelod, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan ini digantikan oleh I Made Dauh Wijana sebagai Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali.
Made Dauh Wijana yang ditunjuk Demer menggantikan IGP Wijaya adalah politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar yang kini menjabat Ketua DPD II Golkar Gianyar. Dauh Wijana pula yang sebulan lalu ditunjuk Demer menjadi Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali, menggantikan Wayan Gunawan (loyalis Ketut Sudikerta asal Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Bangli) sehingga terjadi gonang-ganjing di internal Beringin.
Bukan hanya IGP Wijaya yang diberangus dari kepengurusan DPD I Golkar Bali. Kader elite lainnya, I Wayan Subawa (politisi asal Banjar Yangbatu, Desa Dangin Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Timur yang mantan Calon Walikota Denpasar di Pilkada 2010), juga diberangus dari jabatan Wakil Ketua Bappilu Wilayah Denpasar DPD I Golkar Bali. Wayan Subawa digantikan IB Gede Udiyana, politisi asal Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan yang kini anggota Fraksi Golkar DPRD Bali. Semula, IB Udiyana menjabat Wakil Ketua Bidang Pariwisata Budaya DPD I Golkar Bali.
Kader lainnya yang juga dicopot adalah I Made Dedung Suardana, politisi Golkar asal Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung. Dedung Suardana yang dikenal dekat dengan keluarga besar Puri Carangsari dan sesepuh Beringin I Gusti Ngurah Alit Yudha, diberangus dari jabatan Wakil Ketua Bappilu Wilayah Badung DPD I Golkar Bali. Dedung Suardana digantikan oleh Anak Agung Citra Umbara, politisi Golkar asal Desa Sibang, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Namun, Citra Umbara yang notabene mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Badung harus rela kehilangan jabatan sebagai Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Provinsi Bali. Posisi Ketua AMPG kini dialihkan kepada I Wayan Suyasa, politisi Golkar asal Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Badung kini anggota DPRD Badung.
Bukan hanya itu. Kader senior Beringin asal Puri Kesiman, Denpasar Timur yang kini menjabat Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Ormas DPD I Golkar Bali, AA Ngurah Rai Wiranata, juga ikut dilibas Demer. Dalam kepengurusan terbaru, jabatan Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Ormas DPD I Golkar Bali dilikuidasi. Dengan demikian, ada 5 loyalis Ketut Sudikerta yang ‘diberangus’ Demer, karena sebelumnya Wayan Gunawan sudah lebih dulu dilengserkan dari kursi Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali.
Pencopotan IGP Wijaya, Wayan Subawa, Made Dedung Suardana, dan AA Ngurah Rai Wiranata dari jabatannya ini tertuang dalam SK DPP Golkar Nomor 365/DPP Golkar/I/2019. SK tersebut ditandatangani langsung Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto dan Sekjen DPP Golkar, Lodewijk F Paulus. Berdasarkan SK yang diperolah NusaBali tersebut, tidak ada lagi jabatan Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Ormas di DPD I Golkar Bali. Yang muncul adalah jabatan Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat DPD I Golkar Bali, dijabat oleh I Komang Agu Satuhedi.
Terkait reshufffle DPD I Golkar Bali jelang Pileg/Pilpres 2019 tersebut, IGP Wijaya bersama Wayan Subawa, AAN Rai Wiranata, Made Dedung Suardana, dan IGN Citra Umbara secara khusus menggelar gelar jumpa pers di Warung Nilo, Jalan Drupadi Denpasar, Selasa kemarin. Dalam jumpa pers tersebut, Wijaya tuding Plt Ketua DPD I Golkar Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer sewenang-wenang.
Menurut Wijaya, pergantian dirinya bersama kader senior lainnya di tengan jalan, telah melanggar peraturan organisasi. “Dalam Peraturan Organisasi, yakni Juklak 04 dan 08 DPP Golkar Tahun 2010, itu jelas reshuffle harus melalui rapat pleno khusus. Ini tidak, tiba-tiba saja ada pergantian,” protes Wijaya.
Wijaya pun menuding Demer sudah membuat goncangan besar di internal Golkar, tanpa mempertimbangkan siapa yang di-reshuffle. “Saya sudah di Golkar sejak tahun 1973. Bukannya saya merengek minta jadi pengurus, tapi dibandingkan dengan Demer, semua kader Beringin tahu sejak kapan saya mengabdi di Golkar,” sindir Wijaya.
“Beda dengan Demer, yang loncat dari Partai Indonesia Baru (PIB) tahun 2004, lalu direkrut Ketua DPD I Golkar Bali saat itu I Gusti Ngurah Alit Yudha. Saat itu, Demer langsung mendapatkan ranking 1 sebagai caleg DPR RI dari Golkar Dapil Bali. Saya tahu kok proses itu, padahal kader lainnya jauh lebih berkeringat dari Demer,” lanjut mantan anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali di era Orde Baru ini.
Wijaya menegaskan, seorang Demer dulunya loncat dari PIB masuk ke Golkar, dibawa oleh Alit Yudha, hingga bisa menjadi anggota Fraksi Golkar DPR RI selama 3 periode. Kehadiran Demer di DPD I Golkar Bali bisa dihitung dengan jari. “Apakah ini panutan partai? Dengan kondisi ini, saya akan melakukan upaya-upaya mencegah terjadinya kehancuran Partai Golkar di Bali. Kami nggak rela orang-orang seperti ini membuat kacau balau partai di Bali,” katanya pedas.
Menurut Wijaya, pihaknya akan melakukan perlawanan terhadap perlakuan Demer yang dianggap semena-mena. Pasalnya, Demer sudah membuat kacau balau Partai Golkar di Bali, tidak perlu lagi ada yang ditutup-tutupi. “Ini tidak hanya membuat goncangan, tapi kacau balau Partai Golkar dari atas sampai ke bawah. Harusnya, dia (Demer) melakukan konsolidasi menghadapi Pileg 2019, bukan membuat kisruh,” sesal Wijaya.
“Bayangkan, pentolan-pentolan partai yang sudah mengabdi bertahun-tahun dan membesarkan Golkar, tiba-tiba direshuffle tanpa mekanisme organisasi. Saya sendiri nggak akan mau, kalaupun diajak lagi oleh Demer, jika cara-caranya berorganisasi bikin kacau begini. Kalau begini caranya, 3 kursi DPR RI Dapil Bali yang ditarget partai dalam Pileg 2019 tidak akan terwujud,” lanjut mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan ini.
Sedangkan Wayan Subawa mengakui dirinya tidak bersedia dipimpin seorang Demer. Rupanya, kata dia, Demer mengerti pikiran Subawa. ”Saya berterima kasih dengan DPD I Golkar pimpinan Demer. Plt Saudara Demer sudah memahami pikiran saya, bahwa saya tidak bersedia dipimpin seorang Demer. Namun, cara-caranya melakukan reshuffle telah melanggar peraturan organisasi,” ujar Wayan Subawa yang kemarin juga didampingi kuasa hukum Ketut Sudikerta, Togar Situmorang.
Subawa mengaku tidak pernah merengek-rengek jadi pengurus Golkar. Namun, dirinya diminta jadi pengurus oleh Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta yang kembali terpilih melalui Musda Golkar Bali, Desember 2015. “Saya bersedia jadi pengurus karena memang saya ingin membalas jasa Partai Golkar yang telah memberikan tempat buat orangtua saya ketika menjadi anggota DPRD Badung. Kalau pengabdian saya di Golkar sudah lama, sejak 1982 dengan menjadi Ketua Gema MKGR. Tahun 1990, saya jadi Wakil Ketua DPD II Golkar Badung. Sekarang saya masih Ketua MKGR Provinsi Bali. Jadi, saya tidak kejar jabatan di partai, saya tetap tersenyum,” tegas mantan Sekda Badung ini.
Menurut Subawa, dirinya berterima kasih kepada Demer yang melakukan reshuffe kepengurusan DPD I Golkar Bali. “Apa yang dilakukan Demer, itulah keinginan Subawa. Saya sendiri sepakat dan mendukung apa pun langkah teman-teman yang di-reshuffle tanpa proses pleno sesuai dengan Peraturan Organisasi. Demer itu ujug-ujug jadi anggota DPR RI tahun 2004, padahal tidak pernah sebagai kader Golkar. Mudah-mudahan, Demer setia di Golkar, tidak meninggalkan partai apabila tidak menjadi pejabat di Golkar dan anggota DPR RI,” pesan Subawa.
Sementara, kader senior AA Rai Wiranata mengatakan tak masalah dengan keputusan Demer melakukan reshuffle. “Tapi, saya akan masalahkan ini, karena tindakan Demer tidak sesuai dengan AD/ART partai. Ada Juklak, ada peraturan organisasi. Pesan saya sekarang kepada Demer, jangan terlalu banyak bermanuver. Mestinya Demer konsentrasi urusan Pileg,” pinta Rai Wiranata.
Rai Wiranata menyebutkan, Demer akan dihukum konstituen Golkar di Bali, karena manuver-manuvernya yang membuat partai kacau balau. “Karena Demer tidak membuat solid partai, tapi bikin kacau,” katanya.
Menurut Rai Wiranata, secara pribadi dirinya tidak ada kepentingan untuk jadi pengurus Golkar. Kariernya di Golkar sudah cukup panjang, dimulai dengan menjadi Komisaris Desa tahun 1973, lalu jadi Korcam tahun 1983, sampai jadi Ketua AMPI Badung---saat itu belum ada Kota Denpasar.
“Saya sudah jadi anggota DPRD Badung tahun 1987. Pada 2004, saya duduk di DPRD Bali. Demer waktu itu tidak pernah saya lihat. Yang saya tahu itu Demer adalah pengurus PIB Provinsi Bali. Golkar Bali waktu itu dipimpin Alit Yudha, putra Pahlawan kita I Gusti Ngurah Rai. Saya ikut diajak bicara waktu menjadikan Demer caleg Golkar 2004. Saya tidak pernah pindah-pindah dari Golkar seperti Demer,” sindir Rai Wiranata.
Sementara itu, Demer mengatakan reshuffle di tubuh organisasi adalah hal biasa. Ketika menjadi Wasekjen DPP Golkar/Korwil Bali di era kepemimpinan Aburizal Bakrie, dirinya juga pernah kena reshuffle. “Saya juga pernah kena reshuffle, kenapa baru sekarang memasalahkannya?” tanya Demer saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Selasa kemarin.
Demer menyebutkan, reshuffle terhadap IGP Wijaya, Wayan Subawa, AA Rai Wiranata cs bukannya tanpa sebab. “Pak Wijaya diajak rapat nggak datang. Pak Subawa diajak rapat nggak datang. Ya, partai nggak solid. Makanya, dilakukan penyegaran supaya soliditas partai terjaga,” dalih politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini.
Demer menambahkan, kepemimpinan dan rezim itu ada waktunya. Kalaupun Wijaya cs akan melawan atas keputusan DPP Golkar, Demer pun menyatakan itu hak mereka. “Kalau mau ada perlawanan, ya silakan. Yang jelas, ini keputusan DPP Golkar yang didiskusikan dengan ketua umum, Korwil Bali, dan Ketua Bidang Kepartaian,” katanya.
Demer sendiri baru dua bulan ditunjuk DPP Golkar menjadi Plt Ketua DPD I Golkar Bali, untuk menggantikan Ketut Sudikerta yang terseret sebagai tersangka kasus dugaan penipuan jual beli tanah senilai Rp 150 miliar. Naiknya Demer kemudian sempat memicu wacana Musdalub untuk memilih Ketua DPD I Golkar Bali definitif.
Buntut kisruh wacana Muisdalub Golkar Bali, Wayan Gunawan selaku Ketua DPD II Golkar Bali sempat aksi banting meja saat rapat di DPD I Golkar Bali. Gunawan adalah kader Beringin yang getol suarakan Musdalub. Tak lama berselang, Gunawan diberangus dari jabatan Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali, sebulan lalu, digantikan oleh Dauh Wijana. Padahal, jabatan itu sudah dipegang Gunawan selama 3 periode sejak 2004. *nat
DENPASAR, NusaBali
Golkar di bawah kepemimpinan Plt Ketua DPD I Golkar Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer, kembali gonjang-ganjing. Setelah ribut-ribut menyusul dilengserkannya I Wayan Gunawan dari jabatan Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali, kini sejumlah kader senior loyalis Ketut Sudikerta malah diberangus dari kepengurusan DPD I Golkar Bali.
Bocoran yang diperoleh NusaBali, Selasa (5/2), kader senior loyalis Ketut Sudikerta (mantan Ketua DPD I Golkar Bali 2010-2018) yang dibabat dari kepengurusan, antara lain, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali I Gusti Putu Wijaya. Posisi politisi senior Golkar asal Banjar Kutuh Kelod, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan ini digantikan oleh I Made Dauh Wijana sebagai Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali.
Made Dauh Wijana yang ditunjuk Demer menggantikan IGP Wijaya adalah politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar yang kini menjabat Ketua DPD II Golkar Gianyar. Dauh Wijana pula yang sebulan lalu ditunjuk Demer menjadi Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali, menggantikan Wayan Gunawan (loyalis Ketut Sudikerta asal Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Bangli) sehingga terjadi gonang-ganjing di internal Beringin.
Bukan hanya IGP Wijaya yang diberangus dari kepengurusan DPD I Golkar Bali. Kader elite lainnya, I Wayan Subawa (politisi asal Banjar Yangbatu, Desa Dangin Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Timur yang mantan Calon Walikota Denpasar di Pilkada 2010), juga diberangus dari jabatan Wakil Ketua Bappilu Wilayah Denpasar DPD I Golkar Bali. Wayan Subawa digantikan IB Gede Udiyana, politisi asal Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan yang kini anggota Fraksi Golkar DPRD Bali. Semula, IB Udiyana menjabat Wakil Ketua Bidang Pariwisata Budaya DPD I Golkar Bali.
Kader lainnya yang juga dicopot adalah I Made Dedung Suardana, politisi Golkar asal Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung. Dedung Suardana yang dikenal dekat dengan keluarga besar Puri Carangsari dan sesepuh Beringin I Gusti Ngurah Alit Yudha, diberangus dari jabatan Wakil Ketua Bappilu Wilayah Badung DPD I Golkar Bali. Dedung Suardana digantikan oleh Anak Agung Citra Umbara, politisi Golkar asal Desa Sibang, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Namun, Citra Umbara yang notabene mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Badung harus rela kehilangan jabatan sebagai Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Provinsi Bali. Posisi Ketua AMPG kini dialihkan kepada I Wayan Suyasa, politisi Golkar asal Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Badung kini anggota DPRD Badung.
Bukan hanya itu. Kader senior Beringin asal Puri Kesiman, Denpasar Timur yang kini menjabat Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Ormas DPD I Golkar Bali, AA Ngurah Rai Wiranata, juga ikut dilibas Demer. Dalam kepengurusan terbaru, jabatan Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Ormas DPD I Golkar Bali dilikuidasi. Dengan demikian, ada 5 loyalis Ketut Sudikerta yang ‘diberangus’ Demer, karena sebelumnya Wayan Gunawan sudah lebih dulu dilengserkan dari kursi Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali.
Pencopotan IGP Wijaya, Wayan Subawa, Made Dedung Suardana, dan AA Ngurah Rai Wiranata dari jabatannya ini tertuang dalam SK DPP Golkar Nomor 365/DPP Golkar/I/2019. SK tersebut ditandatangani langsung Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto dan Sekjen DPP Golkar, Lodewijk F Paulus. Berdasarkan SK yang diperolah NusaBali tersebut, tidak ada lagi jabatan Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Ormas di DPD I Golkar Bali. Yang muncul adalah jabatan Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat DPD I Golkar Bali, dijabat oleh I Komang Agu Satuhedi.
Terkait reshufffle DPD I Golkar Bali jelang Pileg/Pilpres 2019 tersebut, IGP Wijaya bersama Wayan Subawa, AAN Rai Wiranata, Made Dedung Suardana, dan IGN Citra Umbara secara khusus menggelar gelar jumpa pers di Warung Nilo, Jalan Drupadi Denpasar, Selasa kemarin. Dalam jumpa pers tersebut, Wijaya tuding Plt Ketua DPD I Golkar Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer sewenang-wenang.
Menurut Wijaya, pergantian dirinya bersama kader senior lainnya di tengan jalan, telah melanggar peraturan organisasi. “Dalam Peraturan Organisasi, yakni Juklak 04 dan 08 DPP Golkar Tahun 2010, itu jelas reshuffle harus melalui rapat pleno khusus. Ini tidak, tiba-tiba saja ada pergantian,” protes Wijaya.
Wijaya pun menuding Demer sudah membuat goncangan besar di internal Golkar, tanpa mempertimbangkan siapa yang di-reshuffle. “Saya sudah di Golkar sejak tahun 1973. Bukannya saya merengek minta jadi pengurus, tapi dibandingkan dengan Demer, semua kader Beringin tahu sejak kapan saya mengabdi di Golkar,” sindir Wijaya.
“Beda dengan Demer, yang loncat dari Partai Indonesia Baru (PIB) tahun 2004, lalu direkrut Ketua DPD I Golkar Bali saat itu I Gusti Ngurah Alit Yudha. Saat itu, Demer langsung mendapatkan ranking 1 sebagai caleg DPR RI dari Golkar Dapil Bali. Saya tahu kok proses itu, padahal kader lainnya jauh lebih berkeringat dari Demer,” lanjut mantan anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali di era Orde Baru ini.
Wijaya menegaskan, seorang Demer dulunya loncat dari PIB masuk ke Golkar, dibawa oleh Alit Yudha, hingga bisa menjadi anggota Fraksi Golkar DPR RI selama 3 periode. Kehadiran Demer di DPD I Golkar Bali bisa dihitung dengan jari. “Apakah ini panutan partai? Dengan kondisi ini, saya akan melakukan upaya-upaya mencegah terjadinya kehancuran Partai Golkar di Bali. Kami nggak rela orang-orang seperti ini membuat kacau balau partai di Bali,” katanya pedas.
Menurut Wijaya, pihaknya akan melakukan perlawanan terhadap perlakuan Demer yang dianggap semena-mena. Pasalnya, Demer sudah membuat kacau balau Partai Golkar di Bali, tidak perlu lagi ada yang ditutup-tutupi. “Ini tidak hanya membuat goncangan, tapi kacau balau Partai Golkar dari atas sampai ke bawah. Harusnya, dia (Demer) melakukan konsolidasi menghadapi Pileg 2019, bukan membuat kisruh,” sesal Wijaya.
“Bayangkan, pentolan-pentolan partai yang sudah mengabdi bertahun-tahun dan membesarkan Golkar, tiba-tiba direshuffle tanpa mekanisme organisasi. Saya sendiri nggak akan mau, kalaupun diajak lagi oleh Demer, jika cara-caranya berorganisasi bikin kacau begini. Kalau begini caranya, 3 kursi DPR RI Dapil Bali yang ditarget partai dalam Pileg 2019 tidak akan terwujud,” lanjut mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan ini.
Sedangkan Wayan Subawa mengakui dirinya tidak bersedia dipimpin seorang Demer. Rupanya, kata dia, Demer mengerti pikiran Subawa. ”Saya berterima kasih dengan DPD I Golkar pimpinan Demer. Plt Saudara Demer sudah memahami pikiran saya, bahwa saya tidak bersedia dipimpin seorang Demer. Namun, cara-caranya melakukan reshuffle telah melanggar peraturan organisasi,” ujar Wayan Subawa yang kemarin juga didampingi kuasa hukum Ketut Sudikerta, Togar Situmorang.
Subawa mengaku tidak pernah merengek-rengek jadi pengurus Golkar. Namun, dirinya diminta jadi pengurus oleh Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta yang kembali terpilih melalui Musda Golkar Bali, Desember 2015. “Saya bersedia jadi pengurus karena memang saya ingin membalas jasa Partai Golkar yang telah memberikan tempat buat orangtua saya ketika menjadi anggota DPRD Badung. Kalau pengabdian saya di Golkar sudah lama, sejak 1982 dengan menjadi Ketua Gema MKGR. Tahun 1990, saya jadi Wakil Ketua DPD II Golkar Badung. Sekarang saya masih Ketua MKGR Provinsi Bali. Jadi, saya tidak kejar jabatan di partai, saya tetap tersenyum,” tegas mantan Sekda Badung ini.
Menurut Subawa, dirinya berterima kasih kepada Demer yang melakukan reshuffe kepengurusan DPD I Golkar Bali. “Apa yang dilakukan Demer, itulah keinginan Subawa. Saya sendiri sepakat dan mendukung apa pun langkah teman-teman yang di-reshuffle tanpa proses pleno sesuai dengan Peraturan Organisasi. Demer itu ujug-ujug jadi anggota DPR RI tahun 2004, padahal tidak pernah sebagai kader Golkar. Mudah-mudahan, Demer setia di Golkar, tidak meninggalkan partai apabila tidak menjadi pejabat di Golkar dan anggota DPR RI,” pesan Subawa.
Sementara, kader senior AA Rai Wiranata mengatakan tak masalah dengan keputusan Demer melakukan reshuffle. “Tapi, saya akan masalahkan ini, karena tindakan Demer tidak sesuai dengan AD/ART partai. Ada Juklak, ada peraturan organisasi. Pesan saya sekarang kepada Demer, jangan terlalu banyak bermanuver. Mestinya Demer konsentrasi urusan Pileg,” pinta Rai Wiranata.
Rai Wiranata menyebutkan, Demer akan dihukum konstituen Golkar di Bali, karena manuver-manuvernya yang membuat partai kacau balau. “Karena Demer tidak membuat solid partai, tapi bikin kacau,” katanya.
Menurut Rai Wiranata, secara pribadi dirinya tidak ada kepentingan untuk jadi pengurus Golkar. Kariernya di Golkar sudah cukup panjang, dimulai dengan menjadi Komisaris Desa tahun 1973, lalu jadi Korcam tahun 1983, sampai jadi Ketua AMPI Badung---saat itu belum ada Kota Denpasar.
“Saya sudah jadi anggota DPRD Badung tahun 1987. Pada 2004, saya duduk di DPRD Bali. Demer waktu itu tidak pernah saya lihat. Yang saya tahu itu Demer adalah pengurus PIB Provinsi Bali. Golkar Bali waktu itu dipimpin Alit Yudha, putra Pahlawan kita I Gusti Ngurah Rai. Saya ikut diajak bicara waktu menjadikan Demer caleg Golkar 2004. Saya tidak pernah pindah-pindah dari Golkar seperti Demer,” sindir Rai Wiranata.
Sementara itu, Demer mengatakan reshuffle di tubuh organisasi adalah hal biasa. Ketika menjadi Wasekjen DPP Golkar/Korwil Bali di era kepemimpinan Aburizal Bakrie, dirinya juga pernah kena reshuffle. “Saya juga pernah kena reshuffle, kenapa baru sekarang memasalahkannya?” tanya Demer saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Selasa kemarin.
Demer menyebutkan, reshuffle terhadap IGP Wijaya, Wayan Subawa, AA Rai Wiranata cs bukannya tanpa sebab. “Pak Wijaya diajak rapat nggak datang. Pak Subawa diajak rapat nggak datang. Ya, partai nggak solid. Makanya, dilakukan penyegaran supaya soliditas partai terjaga,” dalih politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini.
Demer menambahkan, kepemimpinan dan rezim itu ada waktunya. Kalaupun Wijaya cs akan melawan atas keputusan DPP Golkar, Demer pun menyatakan itu hak mereka. “Kalau mau ada perlawanan, ya silakan. Yang jelas, ini keputusan DPP Golkar yang didiskusikan dengan ketua umum, Korwil Bali, dan Ketua Bidang Kepartaian,” katanya.
Demer sendiri baru dua bulan ditunjuk DPP Golkar menjadi Plt Ketua DPD I Golkar Bali, untuk menggantikan Ketut Sudikerta yang terseret sebagai tersangka kasus dugaan penipuan jual beli tanah senilai Rp 150 miliar. Naiknya Demer kemudian sempat memicu wacana Musdalub untuk memilih Ketua DPD I Golkar Bali definitif.
Buntut kisruh wacana Muisdalub Golkar Bali, Wayan Gunawan selaku Ketua DPD II Golkar Bali sempat aksi banting meja saat rapat di DPD I Golkar Bali. Gunawan adalah kader Beringin yang getol suarakan Musdalub. Tak lama berselang, Gunawan diberangus dari jabatan Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali, sebulan lalu, digantikan oleh Dauh Wijana. Padahal, jabatan itu sudah dipegang Gunawan selama 3 periode sejak 2004. *nat
Komentar