Harga Ekspor Tuna Bali Melonjak
Penurunan produksi dan pasokan tuna diperkirakan terjadi secara global. Artinya stok tuna di pasar internasional terbatas. Keadaan itu mendorong nilai atau harga tuna meningkat drastis.
DENPASAR, NusaBali
Meskipun volume, namun nilai ekspor tuna Bali melonjak lebih dari 50 persen. Penurunannya 1,63 persen, dari volume ekspor pada 2017 dan 2018. Ya, pada 2017 volume ekspor tuna Bali mencapai 13.851 ton dengan nilai 141 juta dollar AS. Sedangkan pada 2018 turun 13.676 ton, dengan nilainya 212,7 juta dollar AS.
Kepala Dinas Perikanan Provinsi Bali I Made Gunaje menyatakan, penurunan volume ekspor tersebut salah satunya karena faktor cuaca. “Kondisi cuaca buruk dan faktor-faktor teknis dan non teknis di lapangan menyebabkan produksi menurun. Otomatis hal itu berimbas pada volume ekspor. “Kira-kira seperti itu,” kata Gunaje, Selasa (5/2).
Bukan hanya di Bali dan regional, penurunan produksi dan pasokan tuna diperkirakan terjadi secara global. Artinya stok tuna di pasar internasional terbatas. Keadaan itu tentu mendorong harga tuna meningkat.
“Positifnya, harga tuna jadi naik. Inilah yang berimbas pada peningkatan nilai ekspor, walaupun volume justru merosot. Tentu akan bagus, jika kedua-duanya naik. Produksi meningkat, harga juga bagus,” kata Gunaje.
Pada tahun 2017 volume ekspor tuna Bali mencapai 13.851 ton dengan nilai 141 juta dollar AS. Lalu pada 2018 sebanyak 13.676 ton, namun nilainya naik menjadi 212,7 juta dollar AS. Sedangkan data ekspor Januari 2019, kata pejabat asal Buleleng ini, masih belum masuk.
Dari jumlah tersebut, kata Gunaje, sebagian besar yang diekspor tuna beku. Tahun 2017 ekspor tuna beku 5.822 ton dengan nilai 85,5 juta dollar AS. Pada 2018, volume ekspor tuna beku meningkat jadi 6.288 ton (naik 7,01 persen) dengan nilai 155,8 juta dollar AS atau naik 82,17 persen.
Apapun itu, menurut Gunaje, ekspor-impor tuna di Bali tidak terlepas dari kondisi perdagangan tuna internasional. Hal itu karena pasar tuna memang sebagian besar pasar internasional (ekspor).
Menurut Gunaje, meski fluktuatif dari volume dan nilai, ikan tuna tetap menjadi primodona ekspor Bali di sektor perikanan. Kontribusinya hampir selalu berada di urutan atas dari komoditas/produk ekspor perikanan Bali. Setelah itu baru komoditas lain seperti cumi-cumi.
Untuk yang terakhir ini yakni cumi-cumi volume dan nilai meningkat dalam satu tahun (2017-2018). Tahun 2017 volume ekspor cumi-cumi 12.498 ton dengan nilai 40,5 juta dollar AS dan 13.507 ton dengan nilai 47,7 juta dollar AS pada 2018.
Menurut Gunaje, tuna sebagian besar dieskpor ke Amerika Serikat (AS), Jepang dan Australia. Sedangkan cumi-cumi sebagian besar diekspor ke China dan Taiwan.
“Itu perbandingan dalam satu tahun, sedang untuk Januari tahun ini belum masuk datanya,” tandas Gunaje. *k17.
Meskipun volume, namun nilai ekspor tuna Bali melonjak lebih dari 50 persen. Penurunannya 1,63 persen, dari volume ekspor pada 2017 dan 2018. Ya, pada 2017 volume ekspor tuna Bali mencapai 13.851 ton dengan nilai 141 juta dollar AS. Sedangkan pada 2018 turun 13.676 ton, dengan nilainya 212,7 juta dollar AS.
Kepala Dinas Perikanan Provinsi Bali I Made Gunaje menyatakan, penurunan volume ekspor tersebut salah satunya karena faktor cuaca. “Kondisi cuaca buruk dan faktor-faktor teknis dan non teknis di lapangan menyebabkan produksi menurun. Otomatis hal itu berimbas pada volume ekspor. “Kira-kira seperti itu,” kata Gunaje, Selasa (5/2).
Bukan hanya di Bali dan regional, penurunan produksi dan pasokan tuna diperkirakan terjadi secara global. Artinya stok tuna di pasar internasional terbatas. Keadaan itu tentu mendorong harga tuna meningkat.
“Positifnya, harga tuna jadi naik. Inilah yang berimbas pada peningkatan nilai ekspor, walaupun volume justru merosot. Tentu akan bagus, jika kedua-duanya naik. Produksi meningkat, harga juga bagus,” kata Gunaje.
Pada tahun 2017 volume ekspor tuna Bali mencapai 13.851 ton dengan nilai 141 juta dollar AS. Lalu pada 2018 sebanyak 13.676 ton, namun nilainya naik menjadi 212,7 juta dollar AS. Sedangkan data ekspor Januari 2019, kata pejabat asal Buleleng ini, masih belum masuk.
Dari jumlah tersebut, kata Gunaje, sebagian besar yang diekspor tuna beku. Tahun 2017 ekspor tuna beku 5.822 ton dengan nilai 85,5 juta dollar AS. Pada 2018, volume ekspor tuna beku meningkat jadi 6.288 ton (naik 7,01 persen) dengan nilai 155,8 juta dollar AS atau naik 82,17 persen.
Apapun itu, menurut Gunaje, ekspor-impor tuna di Bali tidak terlepas dari kondisi perdagangan tuna internasional. Hal itu karena pasar tuna memang sebagian besar pasar internasional (ekspor).
Menurut Gunaje, meski fluktuatif dari volume dan nilai, ikan tuna tetap menjadi primodona ekspor Bali di sektor perikanan. Kontribusinya hampir selalu berada di urutan atas dari komoditas/produk ekspor perikanan Bali. Setelah itu baru komoditas lain seperti cumi-cumi.
Untuk yang terakhir ini yakni cumi-cumi volume dan nilai meningkat dalam satu tahun (2017-2018). Tahun 2017 volume ekspor cumi-cumi 12.498 ton dengan nilai 40,5 juta dollar AS dan 13.507 ton dengan nilai 47,7 juta dollar AS pada 2018.
Menurut Gunaje, tuna sebagian besar dieskpor ke Amerika Serikat (AS), Jepang dan Australia. Sedangkan cumi-cumi sebagian besar diekspor ke China dan Taiwan.
“Itu perbandingan dalam satu tahun, sedang untuk Januari tahun ini belum masuk datanya,” tandas Gunaje. *k17.
1
Komentar