nusabali

Abrasi Meluas, Nelayan Kembali Mengungsi

  • www.nusabali.com-abrasi-meluas-nelayan-kembali-mengungsi

Abrasi di Pantai Pengambengan, Banjar Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana semakin meluas.

Ada 10 kepala keluarga yang masih bertahan di tepi Pantai Pengambengan.

NEGARA, NusaBali
Sejumlah nelayan yang telah berpindah tempat tinggal, kembali mencari lokasi baru. Pasalnya tempat tinggal mereka kembali terancam abrasi.

Salah seorang nelayan, Ahmad Dewasa, 63, yang tempat tinggalnya terancam abrasi pilih bongkar rumah, Rabu (11/5). Ahmad dan keluarga, begitu pula nelayan lainnya sudah dua kali menjadi korban abrasi. Pada tahun 2013, rumah Ahmad amblas diterjang abrasi. Ia kemudian pindah tempat sekitar 500 meter ke utara dari bibir pantai dengan menyewa tanah milik mercusuar. “Pindah tak terlalu jauh, biar dekat laut karena pekerjaan saya sebagai nelayan,” ungkap Ahmad.

Namun perkiraan Ahmad meleset, sebab dalam kurun tiga tahun setelah pindah tempat, rumah barunya kembali terancam abrasi. Sehingga ia pun bergegas pindah dari lahan milik mercusuar. “Jika tak segera pindah, berbahaya,” ungkapnya. Ahmad memprediksi diterjang arus pasang rumahnya bisa hancur. Apalagi pohon kelapa di dekat pantai juga bertumbangan akibat tanahnya tergerus abrasi.

Ahmad dan keluarga yang terdiri seorang istri dan tiga anak akan pindah dengan memanfaatkan lahan relokasi yang diberikan Pemkab Jembrana pada tahun 2013. Dulu, Ahmad enggan menempati lahan relokasi itu karena jauh dari pantai. Buat sementara, Ahmad memboyong keluarganya mengungsi di rumah tetangga yang masih aman dari ancaman abrasi. Ahmad mendirikan emper untuk keluarganya beristirat sambil mengumpulkan biaya untuk membangun rumah di lahan relokasi.

Selain Ahmad, Saena, 68, juga berencana pindah tempat. Janda lingsir yang tinggal bersama anak-anaknya ini ingin pindah ke rumah besannya. “Saya tidak punya tanah lagi, syukur besan memberikan tempat,” ungkapnya. Sebelumnya, ada 10 rumah milik warga di kawasan pesisir wilayah Banjar Ketapang yang masih bertahan. Sejumlah rumah itu dibangun di atas Tanah Negara (TN) dengan sistem sewa dengan kisaran Rp 150.000 per tahun. 7 ode

Komentar