Jembatan di Subagan Ambruk, Tak Ganggu Akses Warga
Jembatan di atas Tukad Petih yang menghubungan Kelurahan Subagan dengan Banjar Asak, Desa Pertima, Kecamatan Karangasem, ambruk pada Sabtu (9/2) sekitar pukul 06.00 Wita.
AMLAPURA, NusaBali
Meski jembatan dengan panjang 10 meter dan lebar 7 meter, itu ambruk, masyarakat tidak terganggu aktivitasnya, sebab masih ada beberapa jalan alternatif. Akses jalan Kelurahan Subagan dengan Desa Pertima yang melintasi jembatan Tukad Petih tersebut merupakan jalan sepi. Sedangkan jalan alternatif dari Kelurahan Subagan menuju Desa Pertima dan sekitarnya, bisa lewat Desa Bungaya (Kecamatan Bebandem), atau melalui Jalan Ahmad Yani Lingkungan Galiran, tembus Lingkungan Jasri, begitu sebaliknya.
Sehari sebelum jembatan ambruk, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Karangasem I Ketut Sedana Mertha telah mengantisipasi dengan memasang tanda larangan melintas. Sebab, bagian pondasi dan dinding jembatan telah keropos akibat diterjang banjir di Tukad Petih.
Ternyata kekhawatiran Dinas PUPR menjadi kenyataan, jembatan itu ambruk pada Sabtu kemarin sekitar pukul 06.00 Wita. Jembatan tersebut sebenarnya dibangun tahun 1979, atau disebut jembatan bough duiker, yakni jembatan yang menggunakan plat duiker.
Lantaran jembatan itu lokasinya di tikungan dan di jalan menurun, di lokasi tersebut sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Karenanya pada tahun 2015, jalan di atas jembatan itu diperbaiki dengan cara ditinggikan. Sedangkan bagian pondasi jembatan tidak diperbaiki.
Kadis PUPR Karangasem I Ketut Sedana Mertha mengatakan, jembatan tersebut bukanlah di jalur vital, tetapi di jalur sepi, sehingga masyarakat tidak merasa terhambat aksesnya meskipun terjadi musibah tersebut. “Untuk perbaikan jembatan itu belum masuk skala prioritas. Kami catat dan kami laporkan kerusakannya masuk dalam kelompok bencana. Nanti kami usulkan perbaikannya di tahun 2020,” kata Sedana Mertha.
Sementara itu, Sabtu sekitar pukul 01.30 Wita terjadi longsor di jalur Pura Besakih bagian timur, di Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang. Material longsor sempat memacetkan arus lalu lintas. Longsor dari tebing bagian utara tanah sawah jatuh ke selatan, di dekat tikungan di jalan menurun, menutup jalan provinsi.
Untuk penanganannya, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa berkoordinasi dengan petugas Dinas PUPR Provinsi Bali. Dinas PUPR Bali mengirimkan ekskavator sekitar pukul 09.00 Wita, dan pukul 12.00 Wita akses jalan kembali normal.
Tampak di lapangan turut membantu aparat pemerintah, dari Satgas TRC-IKB Rapida 14 Bali dipimpin Ketua Jro Wayan Astika, relawan Pasebaya Agung Karangasem dipimpin I Gede Pawana, ORARI Lokal Bali, RAPI Karangasem, juru karya jalan, dan masyarakat.
“Material longsor telah disingkirkan, kami kemudian melakukan pembersihan agar jalur tidak licin,” jelas Ida Bagus Ketut Arimbawa. Hal itu dilakukan karena dalam waktu dekat digelar Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih, jalan itu merupakan akses kendaraan untuk keluar dari Pura Besakih. *k16
Meski jembatan dengan panjang 10 meter dan lebar 7 meter, itu ambruk, masyarakat tidak terganggu aktivitasnya, sebab masih ada beberapa jalan alternatif. Akses jalan Kelurahan Subagan dengan Desa Pertima yang melintasi jembatan Tukad Petih tersebut merupakan jalan sepi. Sedangkan jalan alternatif dari Kelurahan Subagan menuju Desa Pertima dan sekitarnya, bisa lewat Desa Bungaya (Kecamatan Bebandem), atau melalui Jalan Ahmad Yani Lingkungan Galiran, tembus Lingkungan Jasri, begitu sebaliknya.
Sehari sebelum jembatan ambruk, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Karangasem I Ketut Sedana Mertha telah mengantisipasi dengan memasang tanda larangan melintas. Sebab, bagian pondasi dan dinding jembatan telah keropos akibat diterjang banjir di Tukad Petih.
Ternyata kekhawatiran Dinas PUPR menjadi kenyataan, jembatan itu ambruk pada Sabtu kemarin sekitar pukul 06.00 Wita. Jembatan tersebut sebenarnya dibangun tahun 1979, atau disebut jembatan bough duiker, yakni jembatan yang menggunakan plat duiker.
Lantaran jembatan itu lokasinya di tikungan dan di jalan menurun, di lokasi tersebut sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Karenanya pada tahun 2015, jalan di atas jembatan itu diperbaiki dengan cara ditinggikan. Sedangkan bagian pondasi jembatan tidak diperbaiki.
Kadis PUPR Karangasem I Ketut Sedana Mertha mengatakan, jembatan tersebut bukanlah di jalur vital, tetapi di jalur sepi, sehingga masyarakat tidak merasa terhambat aksesnya meskipun terjadi musibah tersebut. “Untuk perbaikan jembatan itu belum masuk skala prioritas. Kami catat dan kami laporkan kerusakannya masuk dalam kelompok bencana. Nanti kami usulkan perbaikannya di tahun 2020,” kata Sedana Mertha.
Sementara itu, Sabtu sekitar pukul 01.30 Wita terjadi longsor di jalur Pura Besakih bagian timur, di Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang. Material longsor sempat memacetkan arus lalu lintas. Longsor dari tebing bagian utara tanah sawah jatuh ke selatan, di dekat tikungan di jalan menurun, menutup jalan provinsi.
Untuk penanganannya, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa berkoordinasi dengan petugas Dinas PUPR Provinsi Bali. Dinas PUPR Bali mengirimkan ekskavator sekitar pukul 09.00 Wita, dan pukul 12.00 Wita akses jalan kembali normal.
Tampak di lapangan turut membantu aparat pemerintah, dari Satgas TRC-IKB Rapida 14 Bali dipimpin Ketua Jro Wayan Astika, relawan Pasebaya Agung Karangasem dipimpin I Gede Pawana, ORARI Lokal Bali, RAPI Karangasem, juru karya jalan, dan masyarakat.
“Material longsor telah disingkirkan, kami kemudian melakukan pembersihan agar jalur tidak licin,” jelas Ida Bagus Ketut Arimbawa. Hal itu dilakukan karena dalam waktu dekat digelar Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih, jalan itu merupakan akses kendaraan untuk keluar dari Pura Besakih. *k16
Komentar