Gung Wikan, Juara Masatua Bali HUT ke-231 Kota Denpasar
Kadis pun Request Cerita soal Pengurangan Sampah Plastik
DENPASAR, NusaBali
Salah satu siswa di SDN 3 Pemecutan berhasil meraih peringkat pertama Masatua Bali serangkaian HUT ke-231 Kota Denpasar yang diselenggarakan pada Rabu (6/2) lalu di Museum Bali, Jalan Mayor Wisnu, No.1, Dangin Puri, Denpasar Timur. I Gusti Putu Oka Wikananda yang akrab disapa Gung Wikan berhasil keluar sebagai juara pertama mengungguli 11 peserta lainnya yang juga berlaga.
Ditemui NusaBali, Senin (11/2) di ruang guru SDN 3 Pemecutan, Ni Made Meni, selaku Kepala Sekolah mengungkapkan rasa bangganya terhadap prestasi yang ditorehkan anak didiknya.
“Luar biasa ini selaku kepala sekolah, saya bangga. Sampai Pak Kadis request cerita yang dibawakan anak ini untuk divideokan karena cerita yang dibawakan masuk dengan tema yang diberikan, yaitu tentang pengurangan sampah plastik berdasarkan Perwali nomor 36 tahun 2018,” kenang perempuan yang baru 2 tahun menjabat sebagai Kepala Sekolah di SDN 3 Pemecutan.
Menurutnya, ini adalah yang pertama kali sekolah yang dipimpinnya menyabet juara pertama dalam bidang Masatua Bali, sebelumnya sekolahnya juga pernah menyabet juara harapan 3 di antara 33 provinsi lainnya di Indonesia dalam lomba gambar bercerita tingkat nasional yang diselenggarakan di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung setahun silam.
Sementara, Gung Wikan mengaku ini pertama kalinya ia meraih peringkat pertama dalam ajang Masatua Bali yang telah ditekuninya sejak duduk di kelas 3 SD, “Bahagia dapat juara 1 dan saya akan terus mengembangkan juara itu hingga ke tingkat nasional. Sebelum lomba, persiapannya lumayan. Kalau nggak salah baru 1 minggu dikasi tau dan diajar oleh Bu Sinta,” beber siswa kelas 5 yang juga hobi menyanyi itu.
Ketika berlaga, siswa asal Denpasar itu membawakan cerita berjudul Kambing Takutin Macan. Cerita tersebut lalu dikembangkan dan diselipkan nilai-nilai yang berkaitan dengan tema besar yang diberikan, yakni tentang Palemahan (lingkungan). Tentu, dibalik strategi yang diterapkan itu, ada sosok seperti Ni Luh Sinta Mahadini, selaku Guru Bahasa Bali di SDN 3 Pemecutan yang selalu membimbing Gung Wikan hingga akhirnya meraih juara.
“Prosesnya itu pertama sih, anaknya dulu harus punya kemauan yang keras. Kedua, dia harus suka dulu Bahasa Bali, terus ada bakat juga. Jadi, ketiga itu modal utama ya. Setelah dilatih, ada sinergi juga, artinya dari si anak sendiri, saya sebagai guru pembinanya, terus ada dukungan dari Ibu Kepala Sekolah yang selalu memantau latihan, dan yang pasti dari orang tuanya sendiri yang selalu mendukung,” papar perempuan asal Banjar Minggir, Padangsambian, Denpasar Barat itu.
Berdasarkan pengalaman, Sinta menuturkan bahwa kesulitan yang sering dialami dalam membimbing siswa untuk lomba Masatua Bali adalah perihal dialek khas Denpasar yang cenderung membuat kosakata tertentu seperti terpotong, yang akhirnya menyuguhkan makna yang berbeda di benak dewan juri. Namun, kemudian bisa diselamatkan oleh kepiawaian si anak ketika tampil di panggung. Cerita Tantri (fabel) dipilih dengan selipan imbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi penggunaan plastik. *cr41
Salah satu siswa di SDN 3 Pemecutan berhasil meraih peringkat pertama Masatua Bali serangkaian HUT ke-231 Kota Denpasar yang diselenggarakan pada Rabu (6/2) lalu di Museum Bali, Jalan Mayor Wisnu, No.1, Dangin Puri, Denpasar Timur. I Gusti Putu Oka Wikananda yang akrab disapa Gung Wikan berhasil keluar sebagai juara pertama mengungguli 11 peserta lainnya yang juga berlaga.
Ditemui NusaBali, Senin (11/2) di ruang guru SDN 3 Pemecutan, Ni Made Meni, selaku Kepala Sekolah mengungkapkan rasa bangganya terhadap prestasi yang ditorehkan anak didiknya.
“Luar biasa ini selaku kepala sekolah, saya bangga. Sampai Pak Kadis request cerita yang dibawakan anak ini untuk divideokan karena cerita yang dibawakan masuk dengan tema yang diberikan, yaitu tentang pengurangan sampah plastik berdasarkan Perwali nomor 36 tahun 2018,” kenang perempuan yang baru 2 tahun menjabat sebagai Kepala Sekolah di SDN 3 Pemecutan.
Menurutnya, ini adalah yang pertama kali sekolah yang dipimpinnya menyabet juara pertama dalam bidang Masatua Bali, sebelumnya sekolahnya juga pernah menyabet juara harapan 3 di antara 33 provinsi lainnya di Indonesia dalam lomba gambar bercerita tingkat nasional yang diselenggarakan di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung setahun silam.
Sementara, Gung Wikan mengaku ini pertama kalinya ia meraih peringkat pertama dalam ajang Masatua Bali yang telah ditekuninya sejak duduk di kelas 3 SD, “Bahagia dapat juara 1 dan saya akan terus mengembangkan juara itu hingga ke tingkat nasional. Sebelum lomba, persiapannya lumayan. Kalau nggak salah baru 1 minggu dikasi tau dan diajar oleh Bu Sinta,” beber siswa kelas 5 yang juga hobi menyanyi itu.
Ketika berlaga, siswa asal Denpasar itu membawakan cerita berjudul Kambing Takutin Macan. Cerita tersebut lalu dikembangkan dan diselipkan nilai-nilai yang berkaitan dengan tema besar yang diberikan, yakni tentang Palemahan (lingkungan). Tentu, dibalik strategi yang diterapkan itu, ada sosok seperti Ni Luh Sinta Mahadini, selaku Guru Bahasa Bali di SDN 3 Pemecutan yang selalu membimbing Gung Wikan hingga akhirnya meraih juara.
“Prosesnya itu pertama sih, anaknya dulu harus punya kemauan yang keras. Kedua, dia harus suka dulu Bahasa Bali, terus ada bakat juga. Jadi, ketiga itu modal utama ya. Setelah dilatih, ada sinergi juga, artinya dari si anak sendiri, saya sebagai guru pembinanya, terus ada dukungan dari Ibu Kepala Sekolah yang selalu memantau latihan, dan yang pasti dari orang tuanya sendiri yang selalu mendukung,” papar perempuan asal Banjar Minggir, Padangsambian, Denpasar Barat itu.
Berdasarkan pengalaman, Sinta menuturkan bahwa kesulitan yang sering dialami dalam membimbing siswa untuk lomba Masatua Bali adalah perihal dialek khas Denpasar yang cenderung membuat kosakata tertentu seperti terpotong, yang akhirnya menyuguhkan makna yang berbeda di benak dewan juri. Namun, kemudian bisa diselamatkan oleh kepiawaian si anak ketika tampil di panggung. Cerita Tantri (fabel) dipilih dengan selipan imbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi penggunaan plastik. *cr41
Komentar