Limbah Cair Cemari Pantai Dreamland
Petugas Dinas LHK Badung menemukan sampel identik limbah olahan. Tetapi pihak resto menyebut cairan yang mengalir ke pantai adalah air shower untuk membilas pasir.
MANGUPURA, NusaBali
Keluhan pedagang di Pantai Dreamland, Uluwatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung terkait adanya dugaan limbah cair yang mengalir ke muara sungai di pantai tersebut mendapat respons Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung pada Selasa (12/2) pagi. Petugas bagian pengawasan DLHK turun ke lapangan dan melakukan penelusuran di beberapa titik yang diduga asal usul limbah. Hasilnya, tim menemukan sampel yang identik dengan limbah cair yang diduga berasal dari Klapa Resto. Meski demikian, pihak manajemen restoran mengaku limbah tersebut hanyalah air bilasan pasir.
Saat ditemui di lokasi, seorang warga Banjar Buana Sari, Desa Adat Pecatu, Wayan Tariana, menerangkan keluarnya air yang diduga limbah itu berasal dari pipa paralon berukuran 6 dim dari Klapa Resto. Ujung saluran itu jatuh di lantai terbawah dak bangunan dan mengalir ke sungai tadah hujan, yang bermuara ke Pantai Dreamland. Mirisnya, limbah dari resto tersebut ketika musim kemarau akan mengkristal dan membentuk gumpalan berbau menyengat. Dia menduga limbah dimaksud adalah tinja dan terkadang berupa minyak bekas makanan serta lemak.
“Itu bisa dilihat dari video yang kami rekam, di sana jelas bentuknya. Kami juga pernah lihat itu langsung, saat pipa sempat pecah,” ungkap Tariana.
Diakuinya, bahwa selaku pengawas operasional warung Dreamland, dia dan anggota sudah berulang kali melayangkan keberatan kepada pihak Klapa Resto. Namun sayangnya hingga kini belum jelas apa langkah yang dilakukan pihak resto. Tariana berharap pihak Dinas LHK Badung segera menindaklanjuti dan melakukan perbaikan penanganan masalah tersebut. Sebab Pantai Dreamland merupakan objek pariwisata internasional, yang sudah selayaknya dijaga bersama-sama dengan benar. Apalagi wisatawan yang berkunjung sangat banyak mengeluhkan hal tersebut, karena limbah menebar bau yang tidak sedap hingga ke area pantai tempat berjemur. “Ya, tentu saat ini pihak resto pasti akan menguncinya. Soalnya, kalau asa protes, pembuangan itu akan disetop. Tapi kalau tidak ada protes, maka limbah akan mengucur kembali,” akunya.
Kepala Dinas LHK Badung I Putu Eka Merthawan dikonfirmasi terpisah mengatakan bahwa dari pengecekan petugas di lapangan, ditemukan adanya indikasi bekas cairan yang diduga limbah mengalir ke sungai yang bermuara di pantai. Hal itu dibuktikan dengan adanya bau yang tidak enak dari saluran dimaksud, serta bekas-bekas lemak yang menempel. Untuk membuktikan hal tersebut, petugas telah membawa sampel cairan dimaksud untuk dilakukan uji lab. Selain itu, dari pengecekan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) milik Klapa Resto, diketahui memiliki IPAL yang jelek. Karena itulah pihaknya terpaksa memberikan tindakan tegas berupa penghentian operasional IPAL usaha bersangkutan. Serta memberikan waktu selama satu bulan, untuk melakukan pembenahan. Jika dalam kurun sebulan hal itu tidak diindahkan, maka izin operasional usaha bersangkutan menurutnya akan distop.
“Itu menyalahi Undang-undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengusaha kami harap jangan hanya mementingkan pendapatan secara ekonomi, tapi pikirkan juga kelestarian lingkungan,” tandas Merthawan.
Dikonfirmasi saat sidak, General Affair Supervisor Klapa Resto Indri Sulia mengaku baru tahu adanya rembesan tersebut dari laporan pedagang sekitar. Dia mengaku masih baru bertugas, namun sudah sempat turun ke lokasi terkait. Dari pemantauan kasat mata, kondisi penampungan limbah Klapa Resto diakui masih baik. Kendati demikian, pihaknya tetap melakukan monitoring melalui pedagang yang ada di bawah. Dimana pengawas pedagang terkait membuktikan hal itu, dengan memberikan video dimaksud.
“Jadi biar sama-sama enak, sehingga kami juga jelas bisa menindaklanjutinya. Kalau terbukti itu limbah, tentu akan kami perbaiki dan alirkan itu ke tempat yang semestinya,” kata Indri.
Menurut Indri, yang dialirkan pipa tersebut ke bawah adalah air pancur atau air shower untuk membersihkan pasir dari tubuh wisatawan yang usai melakukan aktivitas di pantai. Pihaknya mengaku masih menelusuri dugaan itu, bahkan rencananya melakukan cek laboratorium pada Selasa kemarin. Sebab pihaknya memiliki komitmen untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan, karena itulah pihak Klapa Resto sangat kooperatif untuk menelusuri permasalahan tersebut.
“Kalau saluran yang langsung ke muara itu (sisi selatan Klapa Resto) sebenarnya hanya air shower yang digunakan untuk bilas pasir yang melekat pada tubuh wisatawan, tidak ada penggunaan sabun dan lainnya,” ucap Indri. *dar
Saat ditemui di lokasi, seorang warga Banjar Buana Sari, Desa Adat Pecatu, Wayan Tariana, menerangkan keluarnya air yang diduga limbah itu berasal dari pipa paralon berukuran 6 dim dari Klapa Resto. Ujung saluran itu jatuh di lantai terbawah dak bangunan dan mengalir ke sungai tadah hujan, yang bermuara ke Pantai Dreamland. Mirisnya, limbah dari resto tersebut ketika musim kemarau akan mengkristal dan membentuk gumpalan berbau menyengat. Dia menduga limbah dimaksud adalah tinja dan terkadang berupa minyak bekas makanan serta lemak.
“Itu bisa dilihat dari video yang kami rekam, di sana jelas bentuknya. Kami juga pernah lihat itu langsung, saat pipa sempat pecah,” ungkap Tariana.
Diakuinya, bahwa selaku pengawas operasional warung Dreamland, dia dan anggota sudah berulang kali melayangkan keberatan kepada pihak Klapa Resto. Namun sayangnya hingga kini belum jelas apa langkah yang dilakukan pihak resto. Tariana berharap pihak Dinas LHK Badung segera menindaklanjuti dan melakukan perbaikan penanganan masalah tersebut. Sebab Pantai Dreamland merupakan objek pariwisata internasional, yang sudah selayaknya dijaga bersama-sama dengan benar. Apalagi wisatawan yang berkunjung sangat banyak mengeluhkan hal tersebut, karena limbah menebar bau yang tidak sedap hingga ke area pantai tempat berjemur. “Ya, tentu saat ini pihak resto pasti akan menguncinya. Soalnya, kalau asa protes, pembuangan itu akan disetop. Tapi kalau tidak ada protes, maka limbah akan mengucur kembali,” akunya.
Kepala Dinas LHK Badung I Putu Eka Merthawan dikonfirmasi terpisah mengatakan bahwa dari pengecekan petugas di lapangan, ditemukan adanya indikasi bekas cairan yang diduga limbah mengalir ke sungai yang bermuara di pantai. Hal itu dibuktikan dengan adanya bau yang tidak enak dari saluran dimaksud, serta bekas-bekas lemak yang menempel. Untuk membuktikan hal tersebut, petugas telah membawa sampel cairan dimaksud untuk dilakukan uji lab. Selain itu, dari pengecekan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) milik Klapa Resto, diketahui memiliki IPAL yang jelek. Karena itulah pihaknya terpaksa memberikan tindakan tegas berupa penghentian operasional IPAL usaha bersangkutan. Serta memberikan waktu selama satu bulan, untuk melakukan pembenahan. Jika dalam kurun sebulan hal itu tidak diindahkan, maka izin operasional usaha bersangkutan menurutnya akan distop.
“Itu menyalahi Undang-undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengusaha kami harap jangan hanya mementingkan pendapatan secara ekonomi, tapi pikirkan juga kelestarian lingkungan,” tandas Merthawan.
Dikonfirmasi saat sidak, General Affair Supervisor Klapa Resto Indri Sulia mengaku baru tahu adanya rembesan tersebut dari laporan pedagang sekitar. Dia mengaku masih baru bertugas, namun sudah sempat turun ke lokasi terkait. Dari pemantauan kasat mata, kondisi penampungan limbah Klapa Resto diakui masih baik. Kendati demikian, pihaknya tetap melakukan monitoring melalui pedagang yang ada di bawah. Dimana pengawas pedagang terkait membuktikan hal itu, dengan memberikan video dimaksud.
“Jadi biar sama-sama enak, sehingga kami juga jelas bisa menindaklanjutinya. Kalau terbukti itu limbah, tentu akan kami perbaiki dan alirkan itu ke tempat yang semestinya,” kata Indri.
Menurut Indri, yang dialirkan pipa tersebut ke bawah adalah air pancur atau air shower untuk membersihkan pasir dari tubuh wisatawan yang usai melakukan aktivitas di pantai. Pihaknya mengaku masih menelusuri dugaan itu, bahkan rencananya melakukan cek laboratorium pada Selasa kemarin. Sebab pihaknya memiliki komitmen untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan, karena itulah pihak Klapa Resto sangat kooperatif untuk menelusuri permasalahan tersebut.
“Kalau saluran yang langsung ke muara itu (sisi selatan Klapa Resto) sebenarnya hanya air shower yang digunakan untuk bilas pasir yang melekat pada tubuh wisatawan, tidak ada penggunaan sabun dan lainnya,” ucap Indri. *dar
Komentar