APEC Dominan Serap Ekspor Bali
Secara keseluruhan selama 2017-2018, nilai ekspor Bali ke kawasan Asia Pasific meningkat. Dari 679,5 juta dollar pada 2017, menjadi 839,5 juta dollar pada 2018. Atau naik 23,54 persen.
DENPASAR, NusaBali
Negara-negara di kawasan Asia Pasific (APEC) menjadi pasar dominan komoditi ekspor Bali, dengan nilai 635 juta dollar AS pada 2018 atau meningkat 25,56 persen dibanding ekspor pada 2017. Ekspor tersebut menjadi terbesar dibandingkan ke kawasan lain, yakni Uni Eropa, Timur Tengah, Eropa Timur, Amerika Tengah, Amerika Selatan. Juga Afrika, Asia Selatan dan negara-negara lain.
Ekspor Bali ke Uni Eropa 2018 mencapai 139,8 juta dollar AS, atau meningkat 79,17 persen dari 2017. Sedangkan ke kawasan Timur Tengah 1,09 juta dollar AS, minus -5,62 persen. Lalu Eropa Timur meningkat 160,46 persen dari 1,7 juta dollar pada 2017 menjadi 4,5 juta dollar tahun 2018. Ekspor terbesar ke Eropa Timur dengan tujuan Norwegia sebesar 2,9 juta dollar.
Adapun ekspor Bali ke Amerika Tengah dan Selatan, masing-masing 4,3 juta dan 7,05 tahun 2018. Ke Afrika 4,4 juta dollar, Asia Selatan 4,6 juta dollar dan negara-negara lain sebesar 37,3 juta dollar.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali Putu Astawa, mengatakan, negara-negara di kawasan APEC memang tujuan ekspor terbesar Bali selama ini. “Hal ini tentu hasil usaha dan kerja keras para eksportir kita,” kata Astawa, di Denpasar, Selasa (12/2).
Menurut Astawa, pemerintah, dalam hal ini Disperindag Bali, mengapresiasi pencapaian para eksportir dan stakeholder terkait.
Apalagi secara keseluruhan selama 2017-2018, ekspor Bali meningkat nilainya. Dari 679,5 juta dollar pada 2017, menjadi 839,5 juta dollar pada 2018. Atau naik 23,54 persen.
Pemprov, lewat Disperindag, kata Astawa, mendorong dan memfasilitasi berbagai hal yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekspor. Baik dalam peningkatan volume dan nilai ekspor, serta perluasan akses pasar.
Diantaranya pelatihan pengurusan dokumen ekspor-impor secara online dan sosialisasi regulasi ekspor-impor kepada pelaku ekspor.
“Semua usaha itu untuk mendorong mutu produk dan daya saing. Karena bagaimanapun persaingan pasti terjadi,” tegas Astawa.
Selain kawasan Asia Pasifik, kata Astawa, ekspor Bali diharapkan lebih dikembangkan di kawasan lain, termasuk Afrika. Sedang komoditi andalan Bali, kata Astawa, adalah handcraft, fesyen, perikanan seperti tuna dan jenis perikanan tangkap lainnya.
Sementara data Disperindag Bali, dari 12 negara kawasan APEC ini, Amerika Serikat (AS) menjadi negara penyerap terbesar, yang mencapai 254 juta dollar, atau meningkat 32 persen dari 2017 yang hanya 191 juta dollar AS. Setelah AS, posisi kedua adalah Australia, yang mengalami penurunan -2,57 persen. Dari 128,1 juta dollar pada 2017, turun menjadi 124,8 juta dollar pada 2018. Jepang posisi ketiga dengan nilai 98,8 juta dollar atau meningkat 49,12 persen dibanding 2017 sebesar 66,3 juta dollar. *K17.
Negara-negara di kawasan Asia Pasific (APEC) menjadi pasar dominan komoditi ekspor Bali, dengan nilai 635 juta dollar AS pada 2018 atau meningkat 25,56 persen dibanding ekspor pada 2017. Ekspor tersebut menjadi terbesar dibandingkan ke kawasan lain, yakni Uni Eropa, Timur Tengah, Eropa Timur, Amerika Tengah, Amerika Selatan. Juga Afrika, Asia Selatan dan negara-negara lain.
Ekspor Bali ke Uni Eropa 2018 mencapai 139,8 juta dollar AS, atau meningkat 79,17 persen dari 2017. Sedangkan ke kawasan Timur Tengah 1,09 juta dollar AS, minus -5,62 persen. Lalu Eropa Timur meningkat 160,46 persen dari 1,7 juta dollar pada 2017 menjadi 4,5 juta dollar tahun 2018. Ekspor terbesar ke Eropa Timur dengan tujuan Norwegia sebesar 2,9 juta dollar.
Adapun ekspor Bali ke Amerika Tengah dan Selatan, masing-masing 4,3 juta dan 7,05 tahun 2018. Ke Afrika 4,4 juta dollar, Asia Selatan 4,6 juta dollar dan negara-negara lain sebesar 37,3 juta dollar.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali Putu Astawa, mengatakan, negara-negara di kawasan APEC memang tujuan ekspor terbesar Bali selama ini. “Hal ini tentu hasil usaha dan kerja keras para eksportir kita,” kata Astawa, di Denpasar, Selasa (12/2).
Menurut Astawa, pemerintah, dalam hal ini Disperindag Bali, mengapresiasi pencapaian para eksportir dan stakeholder terkait.
Apalagi secara keseluruhan selama 2017-2018, ekspor Bali meningkat nilainya. Dari 679,5 juta dollar pada 2017, menjadi 839,5 juta dollar pada 2018. Atau naik 23,54 persen.
Pemprov, lewat Disperindag, kata Astawa, mendorong dan memfasilitasi berbagai hal yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekspor. Baik dalam peningkatan volume dan nilai ekspor, serta perluasan akses pasar.
Diantaranya pelatihan pengurusan dokumen ekspor-impor secara online dan sosialisasi regulasi ekspor-impor kepada pelaku ekspor.
“Semua usaha itu untuk mendorong mutu produk dan daya saing. Karena bagaimanapun persaingan pasti terjadi,” tegas Astawa.
Selain kawasan Asia Pasifik, kata Astawa, ekspor Bali diharapkan lebih dikembangkan di kawasan lain, termasuk Afrika. Sedang komoditi andalan Bali, kata Astawa, adalah handcraft, fesyen, perikanan seperti tuna dan jenis perikanan tangkap lainnya.
Sementara data Disperindag Bali, dari 12 negara kawasan APEC ini, Amerika Serikat (AS) menjadi negara penyerap terbesar, yang mencapai 254 juta dollar, atau meningkat 32 persen dari 2017 yang hanya 191 juta dollar AS. Setelah AS, posisi kedua adalah Australia, yang mengalami penurunan -2,57 persen. Dari 128,1 juta dollar pada 2017, turun menjadi 124,8 juta dollar pada 2018. Jepang posisi ketiga dengan nilai 98,8 juta dollar atau meningkat 49,12 persen dibanding 2017 sebesar 66,3 juta dollar. *K17.
1
Komentar