Desa Batuan Gelar Lomba Masatua
Peringati Bulan Bahasa Bali
GIANYAR, NusaBali
Masyarakat Bali kini makin gencar menerapkan Pergub Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali. Guna memperingati Bulan Bahasa Bali sesuai Pergub ini, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar menggelar Lomba Masatua Bali untuk PKK dan lomba nyurat aksara Bali untuk siswa SD, Minggu (17/2).
Masing-masing kategori diikuti 17 peserta perwakilan dari setiap banjar. Perbekel Desa Batuan I Nyoman Netra mengatakan pelibatan ibu-ibu PKK dalam lomba ini untuk menggugah kembali tradisi masatua pada zaman dahulu. Lomba ini dihadiri ratusan anak-anak se Desa Batuan."Zaman sekarang, mendongeng dari ibu ke anak nyaris tidak ada. Maka itu lewat lomba ini, kami menggugah kaum ibu agar mau mendongeng untuk anak-anak mereka, di tengah gempuran teknologi yang semakin canggih," ujar Perbekel dua periode yang habis masa jabatannya, Senin (18/2) ini.
Dikatakan, peraih juara I akan mewakili Desa Batuan pada lomba jenjang selanjutnya agar bisa menjadi duta Gianyar di Provinsi Bali. ‘’Makanya kami ingin dapatkan peraih juara yang memang layak mewakili desa," jelasnya, didampingi Ketua BPD Desa Batuan, I Wayan Surat. Penyuluh Bahasa Bali I Made Wiadnyana mengaku geliat pelestarian bahasa, aksara dan sastra Bali saat ini mulai terasa. "Ini momen yang tepat, ketika terjadi penurunan penggunaan bahasa Bali khususnya di kalangan anak dan remaja," ujarnya. Ke depan bahkan, pihaknya bekerjasama dengan pemerintahan desa merancang program lomba 'Mapadik' atau Mareraosan saat meminang mempelai pengantin perempuan. Lomba ini penting, mengingat prosesi Memadik lazimnya menggunakan sor singgih bahasa. Selain itu, upaya pelestarian bahasa Bali sejak dini juga diprogramkan dengan membentuk kelompok belajar. "Pesertanya bisa siapa saja yang berminat belajar Bahasa Bali, terutama pelajar mulai kelas 3 SD. Kami sudah beberapa kali latihan, setiap hari Minggu," ujar alumni Jurusan Bahasa Bali Fakultas Dharma Acarya IHDN Denasar asal Banjar Puseh, Desa Ketewel ini. *nvi
Masing-masing kategori diikuti 17 peserta perwakilan dari setiap banjar. Perbekel Desa Batuan I Nyoman Netra mengatakan pelibatan ibu-ibu PKK dalam lomba ini untuk menggugah kembali tradisi masatua pada zaman dahulu. Lomba ini dihadiri ratusan anak-anak se Desa Batuan."Zaman sekarang, mendongeng dari ibu ke anak nyaris tidak ada. Maka itu lewat lomba ini, kami menggugah kaum ibu agar mau mendongeng untuk anak-anak mereka, di tengah gempuran teknologi yang semakin canggih," ujar Perbekel dua periode yang habis masa jabatannya, Senin (18/2) ini.
Dikatakan, peraih juara I akan mewakili Desa Batuan pada lomba jenjang selanjutnya agar bisa menjadi duta Gianyar di Provinsi Bali. ‘’Makanya kami ingin dapatkan peraih juara yang memang layak mewakili desa," jelasnya, didampingi Ketua BPD Desa Batuan, I Wayan Surat. Penyuluh Bahasa Bali I Made Wiadnyana mengaku geliat pelestarian bahasa, aksara dan sastra Bali saat ini mulai terasa. "Ini momen yang tepat, ketika terjadi penurunan penggunaan bahasa Bali khususnya di kalangan anak dan remaja," ujarnya. Ke depan bahkan, pihaknya bekerjasama dengan pemerintahan desa merancang program lomba 'Mapadik' atau Mareraosan saat meminang mempelai pengantin perempuan. Lomba ini penting, mengingat prosesi Memadik lazimnya menggunakan sor singgih bahasa. Selain itu, upaya pelestarian bahasa Bali sejak dini juga diprogramkan dengan membentuk kelompok belajar. "Pesertanya bisa siapa saja yang berminat belajar Bahasa Bali, terutama pelajar mulai kelas 3 SD. Kami sudah beberapa kali latihan, setiap hari Minggu," ujar alumni Jurusan Bahasa Bali Fakultas Dharma Acarya IHDN Denasar asal Banjar Puseh, Desa Ketewel ini. *nvi
Komentar