AirAsia: Ada Persaingan Tak Sehat
Tiket AirAsia Menghilang dari Online Travel Agent
JAKARTA, NusaBali
Direktur Niaga AirAsia Rifai Taberi mencium adanya indikasi persaingan tidak sehat terkait menghilangnya AirAsia dari kanal agen perjalanan daring (OTA) beberapa hari terakhir, seperti Traveloka dan Tiket.com. “Ada indikasi menuju persaingan tidak sehat dan seperti biasa, pelanggan yang jadi korban,” kata Rifai kepada Antara di Jakarta, Minggu (17/2).
AirAsia Indonesia mengindikasikan adanya intervensi oleh kompetitor kepada OTA, seperti Traveloka dan Tiket.com terkait menghilangnya AirAsia dari kanal penjualan tersebut. “Kita melihat adanya indikasi, adanya perintah yang memberikan tekanan kepada OTA,” kata Rifai Taberi.
Rifai mengaku mengetahui kejadian tersebut sejak Minggu lalu karena banyaknya pelanggan yang menanyakan terkait menghilangnya AirAsia dari dua OTA terbesar, yakni Trveloka dan Tiket.com Ia menambahkan menghilangnya secara tiba-tiba dan satu per satu tidak menjual tiket AirAsia. “Yang aneh kok secara tiba-tiba dan satu per satu tidak menjual, karena selama ini biasa saja, kita sudah klarifikasi karena kita mitra dengan para OTA, mereka secara formal menjawab ada masalah teknis,” katanya.
Sementara itu, Rifai menuturkan, dari sistem AirAsia tidak ada masalah teknis dan di kanal OTA lain juga masih dijual, seperti Nusatrip. Rifai menilai sangat memungkinkan mitra maskapai menekan OTA, terutama dengan pangsa pasar paling besar. “Kalau itu tergantung dari pangsa pasar, pangsa pasar kita dari OTA cuma dua sampai tiga persen. Secara hubungan kerja sama memang sebagai agency, OTA berhak untuk menjual tiket maskapai,” katanya.
Ia menambahkan pihaknya juga tidak ada eksklusivitas dari OTA tertentu dalam menjual tiket. “Kalau kompetitor seperti apa kita selalu `deal dengan agen perjalanan, baik konvensional dan online selalu sama, kami sebagai menjual tiket AirAsia dan kamu juga berhak untuk menjual apapun juga dalam ruang lingkup usahanya,” katanya.
Menurut Rifai kejadian tersebut tidak terlepas dari perkembangan industri penerbangan beberapa bulan terakhir yang dinilai banyak kejadian yang luar biasa. Dia menjelaskan era perdagangan dengan keterbukaan informasi menuntut semua industri, bukan hanya maksapai, untuk melakukan penghematan biaya melalui inovasi teknologi dan yang pasti membuang biaya-biaya tidak perlu. “Apa imbasnya? Yang pasti harga untuk konsumen terjangkau, volume naik, ekosistem sehat. Inilah komitmen yang terus dijalankan AirAsia,” katanya.
Rifai berharap iklim bisnis penerbangan bisa membaik dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. “Semoga iklim kompetisi yang tidak kondusif ini segera sembuh, jadi industri penerbangan bisa berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia so now everyone can fly,” katanya. *ant
AirAsia Indonesia mengindikasikan adanya intervensi oleh kompetitor kepada OTA, seperti Traveloka dan Tiket.com terkait menghilangnya AirAsia dari kanal penjualan tersebut. “Kita melihat adanya indikasi, adanya perintah yang memberikan tekanan kepada OTA,” kata Rifai Taberi.
Rifai mengaku mengetahui kejadian tersebut sejak Minggu lalu karena banyaknya pelanggan yang menanyakan terkait menghilangnya AirAsia dari dua OTA terbesar, yakni Trveloka dan Tiket.com Ia menambahkan menghilangnya secara tiba-tiba dan satu per satu tidak menjual tiket AirAsia. “Yang aneh kok secara tiba-tiba dan satu per satu tidak menjual, karena selama ini biasa saja, kita sudah klarifikasi karena kita mitra dengan para OTA, mereka secara formal menjawab ada masalah teknis,” katanya.
Sementara itu, Rifai menuturkan, dari sistem AirAsia tidak ada masalah teknis dan di kanal OTA lain juga masih dijual, seperti Nusatrip. Rifai menilai sangat memungkinkan mitra maskapai menekan OTA, terutama dengan pangsa pasar paling besar. “Kalau itu tergantung dari pangsa pasar, pangsa pasar kita dari OTA cuma dua sampai tiga persen. Secara hubungan kerja sama memang sebagai agency, OTA berhak untuk menjual tiket maskapai,” katanya.
Ia menambahkan pihaknya juga tidak ada eksklusivitas dari OTA tertentu dalam menjual tiket. “Kalau kompetitor seperti apa kita selalu `deal dengan agen perjalanan, baik konvensional dan online selalu sama, kami sebagai menjual tiket AirAsia dan kamu juga berhak untuk menjual apapun juga dalam ruang lingkup usahanya,” katanya.
Menurut Rifai kejadian tersebut tidak terlepas dari perkembangan industri penerbangan beberapa bulan terakhir yang dinilai banyak kejadian yang luar biasa. Dia menjelaskan era perdagangan dengan keterbukaan informasi menuntut semua industri, bukan hanya maksapai, untuk melakukan penghematan biaya melalui inovasi teknologi dan yang pasti membuang biaya-biaya tidak perlu. “Apa imbasnya? Yang pasti harga untuk konsumen terjangkau, volume naik, ekosistem sehat. Inilah komitmen yang terus dijalankan AirAsia,” katanya.
Rifai berharap iklim bisnis penerbangan bisa membaik dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. “Semoga iklim kompetisi yang tidak kondusif ini segera sembuh, jadi industri penerbangan bisa berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia so now everyone can fly,” katanya. *ant
Komentar