TKW Asal Ciamis Tewas Terbakar di Jepang
Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) Ida Andriyani (27) warga Cisaga, Kabupaten Ciamis, tewas terbakar di Jepang.
CIAMIS, NusaBali
Setelah asrama yang dihuninya kebakaran diduga akibat korsleting listrik pada Jumat (15/2). Saat ini jenazah korban masih berada di Jepang. Kabar tersebut disampaikan oleh Ii Mulyasari, ibu korban. Ia mengaku mendapat kabar duka tersebut dari pihak perusahaan tempat anaknya bekerja pada Sabtu siang (16/2). Pihak perwakilan perusahaan Simon Indonesia mendatangi kediaman rumah korban di Dusun Bantarsari, Desa Sukahurip, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis.
"Sudah mendapat kabar, anak saya meninggal kebakar saat asramanya kebakaran, kabarnya karena korsleting listrik, ada dua korban, kedua warga Indonesia, anak saya dan seorang lagi warga Purwakarta," jelas Ii Mulyasari saat ditemui di rumahnya Senin (18/2).
Saat ini, Ii Mulyasari bersama mantan suaminya Suryadi bersiap akan berangkat ke Jepang untuk menjemput jenazah anaknya. Namun terlebih dulu akan ke Purwakarta ke perusahaan yang mengirim anaknya ke Jepang.
"Katanya harus dijemput ke sana sudah diurus pihak perusahaan hanya tinggal berangkat. Kabarnya harus tes DNA juga supaya tidak tertukar dengan jenazah yang satunya. Karena memang kondisinya tidak bisa dikenali," ucapnya.
Ii mengaku tak menyangka anaknya mengalami peristiwa nahas tersebut. Padahal, malam sebelum kejadian sempat berkomunikasi melalui whatsapp menanyakan kabar. Namun karena gangguan sinyal percakapan terputus.
"Pagi-pagi dicoba ditelpon tidak aktif mungkin lagi kerja. Siangnya ada informasi dari temannya bahwa anak saya sakit. Ternyata itu sudah kejadian. Dan hari Sabtu ada dari HRD perusahaan datang ke sini memberi kabar anak saya meninggal," terangnya.
Menurut Ii, Ida bekerja di perusahan Simon Indonesia di Purwakarta sejak 4 tahun lalu. Perusahaan ini memproduksi sepatu. Setelah 4 tahun bekerja, Ida menjadi salah satu leader di perusahaan tersebut. Kemudian terpilih untuk dikirim ke Jepang di perusahaan yang sama.
"Anak saya sudah bekerja di Jepang sekitar 1 tahun, kalau di Purwakarta itu sudah 4 tahun. Katanya sekarang kontraknya mau diperpanjang tapi ada kejadian ini. Kalau di Jepangnya nama daerahnya belum tahu. Setahun itu kalau komunikasi lewat whatsapp," tuturnya.
Ida merupakan seorang janda dan tulang punggung keluarga. "Memang sudah beberapa tahun ini keluarga hidup dari hasil kerja Ida, sudah jadi tulang punggung keluarga. Dengan kejadian ini tentu saya sangat kaget dan tidak menyangka, sangat merasa kehilangan," ujar Ii Mulyasari.
Diketahui, Ida Andriyani merupakan janda tanpa anak. Usia pernikahan bersama sang suami hanya sekitar 2 tahun saja, karena sudah tak saling cocok. Kondisi yang sama juga dialami ibunya, Ii yang juga telah lebih dulu jadi janda, bercerai dengan Suryadi yang merupakan ayah dari Ida. *
"Sudah mendapat kabar, anak saya meninggal kebakar saat asramanya kebakaran, kabarnya karena korsleting listrik, ada dua korban, kedua warga Indonesia, anak saya dan seorang lagi warga Purwakarta," jelas Ii Mulyasari saat ditemui di rumahnya Senin (18/2).
Saat ini, Ii Mulyasari bersama mantan suaminya Suryadi bersiap akan berangkat ke Jepang untuk menjemput jenazah anaknya. Namun terlebih dulu akan ke Purwakarta ke perusahaan yang mengirim anaknya ke Jepang.
"Katanya harus dijemput ke sana sudah diurus pihak perusahaan hanya tinggal berangkat. Kabarnya harus tes DNA juga supaya tidak tertukar dengan jenazah yang satunya. Karena memang kondisinya tidak bisa dikenali," ucapnya.
Ii mengaku tak menyangka anaknya mengalami peristiwa nahas tersebut. Padahal, malam sebelum kejadian sempat berkomunikasi melalui whatsapp menanyakan kabar. Namun karena gangguan sinyal percakapan terputus.
"Pagi-pagi dicoba ditelpon tidak aktif mungkin lagi kerja. Siangnya ada informasi dari temannya bahwa anak saya sakit. Ternyata itu sudah kejadian. Dan hari Sabtu ada dari HRD perusahaan datang ke sini memberi kabar anak saya meninggal," terangnya.
Menurut Ii, Ida bekerja di perusahan Simon Indonesia di Purwakarta sejak 4 tahun lalu. Perusahaan ini memproduksi sepatu. Setelah 4 tahun bekerja, Ida menjadi salah satu leader di perusahaan tersebut. Kemudian terpilih untuk dikirim ke Jepang di perusahaan yang sama.
"Anak saya sudah bekerja di Jepang sekitar 1 tahun, kalau di Purwakarta itu sudah 4 tahun. Katanya sekarang kontraknya mau diperpanjang tapi ada kejadian ini. Kalau di Jepangnya nama daerahnya belum tahu. Setahun itu kalau komunikasi lewat whatsapp," tuturnya.
Ida merupakan seorang janda dan tulang punggung keluarga. "Memang sudah beberapa tahun ini keluarga hidup dari hasil kerja Ida, sudah jadi tulang punggung keluarga. Dengan kejadian ini tentu saya sangat kaget dan tidak menyangka, sangat merasa kehilangan," ujar Ii Mulyasari.
Diketahui, Ida Andriyani merupakan janda tanpa anak. Usia pernikahan bersama sang suami hanya sekitar 2 tahun saja, karena sudah tak saling cocok. Kondisi yang sama juga dialami ibunya, Ii yang juga telah lebih dulu jadi janda, bercerai dengan Suryadi yang merupakan ayah dari Ida. *
1
Komentar