LENTERA : Mengolah Uang Jadi Cahaya
Seorang peneliti dari Universitas Harvard, Robert Waldinger, bercerita di situs youtube-nya TED, bahwa yang sangat didambakan oleh mayoritas anak muda di zaman ini hanya dua: cepat kaya dan cepat terkenal. Ini bisa dimengerti.
Kekayaan material bisa membuat hidup jadi lebih mudah dan lebih indah. Sedangkan keterke-nalan juga bisa membantu manusia untuk bertumbuh sekaligus membantu yang lain untuk bertumbuh.
Dan, di tengah magnet uang yang sedemikian kuat, sedikit yang menyadari secara bersih dan jernih, kalau uang bisa menjadi sumber bahaya, bisa juga menjadi sumber cahaya. Tergantung seberapa cerdas seseorang secara spiritual.
Dengan nada setengah bercanda, kaum lapendos (maaf bercanda, laki-laki penuh dosa) sering bercerita di antara mereka seperti ini: “Ketika miskin, sebagian pria terpaksa setia sama istrinya. Maklum, miskin mau selingkuh pakai duit apa? Orang cicilan motor saja belum tentu lunas. Namun, begitu berlimpah uang, ceritanya lain lagi. Saat lihat anak orang, ingat anak sendiri. Ketika lihat istri orang, lupa istri sendiri.”
Ini memang lelucon. Tapi, ini menjadi potret tentang uang yang membuat kehidupan jadi berbahaya, bukan bercahaya. Keadaan uang terbatas membuat sebagian manusia jadi tidak aneh-aneh. Begitu uang berlimpah, banyak hal aneh yang muncul ke permukaan.
Cerita ini menghadirkan undangan untuk para sahabat bahwa tanpa kecerdasan spiritual khususnya, uang yang diniatkan bisa membuat hidup jadi bercahaya, bahkan membuat hidup jadi berbahaya. Sebagai langkah awal, penting sekali untuk disadari dalam-dalam, ada energi buruk sekaligus energi baik di sekitar uang.
Pengaruh buruk uang akan hebat sekali, kalau setelah punya uang seseorang jadi sombong, congkak, tinggi hati. Lebih-lebih, lupa diri, menganggap kekayaan uang akan tersedia selama-lamanya. Padahal, sebagaimana dialami semua orang, kemampuan manusia menghasilkan uang mirip kemampuan pohon untuk menghasilkan buah.
Pada waktunya, manusia kaya mana pun akan menurun prestasi ekonominya. Tanpa persiapan mental dan spiritual yang cukup, titik balik turun inilah yang sering menimbulkan bahaya. Bahan renungan berikutnya, uang berlimpah sering mengundang datangnya banyak kepalsuan. Dari sahabat palsu, sampai pesan-pesan spiritual yang juga palsu. Kepalsuan ini kemudian menggiring seseorang untuk tumbuh dari satu kepalsuan ke kepalsuan yang lain. Biasanya, kesadaran baru muncul setelah kehidupan berbahaya di jurang yang sangat dalam.
Agar para sahabat sehat dan selamat, pikirkan sejak awal agar uang berubah menjadi benih-benih cahaya, bukan benih-benih bahaya. Pilihan terbaik yang sangat disarankan, gunakan uang berlimpah untuk menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah yang paling baik di dunia. Bimbing anak-anak agar menggunakan uang untuk mengumpulkan pengetahuan, sekaligus memiliki wawasan luas tentang kehidupan di negeri orang. Sehingga, anak-anak tidak tumbuh picik dan fanatik, melainkan tumbuh menjadi jiwa-jiwa yang cantik. Jika tekun dan tulus, tidak saja anak-anak selamat, masa tua orangtua juga sehat dan selamat.
Pilihan kedua yang disarankan, gunakan uang berlimpah untuk meringankan sebagian beban penderitaan di alam ini. Dari menyekolahkan anak-anak yang tidak mampu, merawat orang tua yang tidak dirawat oleh anak-anak mereka, sampai mendirikan sekolah dan rumah sakit untuk orang-orang yang tidak mampu. Salah satu orang kaya di dunia, Bill Gates, hidupnya relatif selamat karena memperuntukkan sebagian lebih uangnya untuk meringankan sebagian penderitaan di alam ini. Tidak saja hidupnya selamat, keluarganya juga relatif selamat.
Pilihan ketiga, kapan saja uang berlimpah membawa cobaan dan godaan berlimpah, di sana siapkan langkah penting untuk kembali ke rumah tuanya jiwa bernama keseimbangan. Guncangan berlimpah bisa dalam bentuk anak-anak terkena narkoba, pasangan hidup mengancam bubar, sampai rumah yang terbakar. Jika itu terjadi, miliki keberanian spiritual untuk melambatkan pertumbuhan material, sekaligus mempercepat pertumbuhan spiritual. Sedihnya, keberanian spiritual seperti inilah yang tidak dimiliki banyak orang, sehingga kehidupan meluncur ke jurang yang sangat dalam.
Sangat sedikit manusia di zaman ini yang punya nyali untuk berani mengatakan cukup pada uang, kemudian tumbuh di jalan kasih sayang. Ketiadaan nyali seperti inilah yang membuat uang berlimpah, mengekspor masalah sampai ke anak, cucu, bahkan keturunan berikutnya. Karena faktor etika khususnya, kisah-kisah sedih seperti ini tidak layak diungkapkan ke permukaan---kendati banyak sekali media infotainment yang mengangkatnya ke permukaan. Ringkasnya, binatang mana pun akan berhenti mencari makanan begitu perutnya kenyang. Tapi, manusia yang berlimpah uang, jarang yang mengenal istilah ‘cukup’.
Itu sebabnya, berkali-kali dibagikan pada para sahabat dekat khususnya, pahlawan spiritual adalah mereka yang berani mengatakan cukup pada uang, untuk kemudian menempuh jalan baru di jalan kasih sayang. Mahatma Gandhi pernah menempuh jalan ini. Setelah berhasil menjadi pengacara kaya di Afrika Selatan, beliau pulang ke India. Tidak saja mengenakan baju kesederhanaan, tapi menggunakan kesederhanaan sebagai kekuatan untuk menyelamatkan bangsanya ketika itu. Sudah dicatat rapi oleh sejarah, tentara terkuat di dunia ketika itu bisa diusir dari India, tanpa menggunakan senjata, tapi kekuatan cinta. Inilah contoh konkret mengolah uang menjadi cahaya.
Uang mengangkat percaya diri seseorang di awal. Begitu percaya diri ini tumbuh, uang dikembalikan ke posisi awal sebagai pelayan, bukan sebagai tuan. Tatkala seseorang berhasil menjadi tuan bagi uang, di sana uang berevolusi menjadi benih-benih cahaya. Sebuah puisi tua pernah bercerita tentang uang seperti ini, “Hai uang, rumah siapa yang paling suka kamu kunjungi?” Dengan tersenyum uang menjawab, “Rumah orang serakah karena di sana saya jadi tuan!” Ketika ditanya rumah siapa yang paling ia segani, uang menjawab, “Rumah jiwa bercahaya, karena di sana saya hanya jadi pelayan!” Undangannya untuk para sahabat, belajar sejak awal untuk membikin uang segan sama Anda. Dari sanalah muncul kesadaran tentang uang sebagai benih cahaya.
Meminjam hasil kesimpulan peneliti dari Universitas Harvard, Robert Waldinger, sebagaimana dikutip di awal tulisan ini, pada akhirnya yang membuat manusia bisa sehat dan bahagia sampai usia tua adalah kualitas hubungan yang sehat dengan orang-orang dekat. Dengan kata lain, jumlah uang boleh turun naik, tapi jangan pernah mengorbankan kualitas hubungan dengan orang-orang dekat. Di zaman ini, orang-orang yang sangat berpotensi untuk diajak dekat dalam jangka panjang adalah anak-anak, istri, dan suami. Sekaligus inilah langkah terpenting untuk mengolah uang menjadi benih-benih cahaya. *
Guruji Gede Prama
Komentar