Gunung Agung Erupsi, Warga Masih Tenang
Gunung Agung kembali erupsi dengan mengepulkan asap kelabu condong bergerak ke arah barat dengan ketinggian sekitar 700 meter dari puncak kawah, Jumat (22/2) sore.
AMLAPURA, NusaBali
Meski Gunung Agung erupsi, warga di KRB (Kawasan Rawan Bencana) III tetap tenang dan tetap melakukan aktivitas. Sebab patokannya bukan lagi kepulan abu tetapi tremor besar.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, mengatakan terjadi dua kali erupsi. Erupsi pertama pukul 16.31 Wita dengan asap kelabu setinggi 700 meter dari puncak kawah Gunung Agung dan kedua terjadi pukul 17.01 Wita, asap kelabu setinggi 300 meter. “Erupsi terjadi akibat lontaran abu atau hujan abu di sekitar kawah,” ungkap Devy Kamil Syahbana.
Menurut Devy Kamil Syahbana, berpotensi erupsi kembali yang bersifat efusif (aliran lava di sekitar kawah). Berdasarkan pengamatannya, bisa saja akan terjadi erupsi eksplosif (lontaran lava pijar atau abu), tetapi kecil kemungkinan akan terjadi erupsi eksplosif atau erupsi besar. Sedangkan status VONA (volcano observatory notice for aviation) untuk penerbangan komersial masih orange. Artinya masih bisa terbang melintasi Gunung Agung. Padahal lubang magma telah terbuka, lebih memudahkan keluarnya material abu atau lava pijar jika sewaktu-waktu terjadi erupsi.
Erupsi yang terjadi pukul 16.31 Wita dengan amplitudo 11 mm, durasi 6 menit dan 20 detik. Erupsi tersebut merupakan terlama sejak September 2017. Hanya saja belum ada laporan terpapar hujan abu. Sebab embusan angin ke arah barat, diperkirakan abu masih melayang-layang di udara dibawa angin, belum jatuh ke bumi. Terjadinya erupsi dengan embusan abu cukup besa sempat menjadi perhatian masyarakat Karangasem terutama yang tinggal di KRB III.
Bendesa Pakraman Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, I Nengah Sindia, yang wilayahnya 4 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung menanggapi terjadinya erupsi dengan embusan asap kelabu, sementara hanya ditonton warga. “Warga hanya menonton terjadinya embusan asap kelabu sambil beraktivitas di tegalannya masing-masing. Belum merasa khawatir, belum bergeser dari tempat tinggalnya,” kata Nengah Sindia. Dikatakan, nyaris setiap hari mendengar suara gemuruh. “Sejak tiga hari terakhir mendengar suara gemuruh. Justru saat erupsi kali ini kami kurang mendengar suara gemuruh karena saat erupsi terjadi hujan,” tambahnya.
Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, juga menyarankan agar warga meningkatkan kewaspadaannya, terutama yang bermukim di KRB III. KRB III yang dimaksud ada enam desa yakni Desa Ban, Desa Dukuh, Desa Bhuana Giri, Desa Jungutan, Desa Sebudi, dan Desa Besakih. Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengaku terus memantau perkembangan Gunung Agung dan berkoordinasi dengan petugas PVMBG. “Belum ada laporan daerah yang terpapar abu vulkanik,” kata Ida Bagus Ketut Arimbawa. IB Ketut Arimbawa juga telah menyiapkan masker untuk didistribusikan kepada warga yang terdampak hujan abu. *k16
Meski Gunung Agung erupsi, warga di KRB (Kawasan Rawan Bencana) III tetap tenang dan tetap melakukan aktivitas. Sebab patokannya bukan lagi kepulan abu tetapi tremor besar.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, mengatakan terjadi dua kali erupsi. Erupsi pertama pukul 16.31 Wita dengan asap kelabu setinggi 700 meter dari puncak kawah Gunung Agung dan kedua terjadi pukul 17.01 Wita, asap kelabu setinggi 300 meter. “Erupsi terjadi akibat lontaran abu atau hujan abu di sekitar kawah,” ungkap Devy Kamil Syahbana.
Menurut Devy Kamil Syahbana, berpotensi erupsi kembali yang bersifat efusif (aliran lava di sekitar kawah). Berdasarkan pengamatannya, bisa saja akan terjadi erupsi eksplosif (lontaran lava pijar atau abu), tetapi kecil kemungkinan akan terjadi erupsi eksplosif atau erupsi besar. Sedangkan status VONA (volcano observatory notice for aviation) untuk penerbangan komersial masih orange. Artinya masih bisa terbang melintasi Gunung Agung. Padahal lubang magma telah terbuka, lebih memudahkan keluarnya material abu atau lava pijar jika sewaktu-waktu terjadi erupsi.
Erupsi yang terjadi pukul 16.31 Wita dengan amplitudo 11 mm, durasi 6 menit dan 20 detik. Erupsi tersebut merupakan terlama sejak September 2017. Hanya saja belum ada laporan terpapar hujan abu. Sebab embusan angin ke arah barat, diperkirakan abu masih melayang-layang di udara dibawa angin, belum jatuh ke bumi. Terjadinya erupsi dengan embusan abu cukup besa sempat menjadi perhatian masyarakat Karangasem terutama yang tinggal di KRB III.
Bendesa Pakraman Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, I Nengah Sindia, yang wilayahnya 4 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung menanggapi terjadinya erupsi dengan embusan asap kelabu, sementara hanya ditonton warga. “Warga hanya menonton terjadinya embusan asap kelabu sambil beraktivitas di tegalannya masing-masing. Belum merasa khawatir, belum bergeser dari tempat tinggalnya,” kata Nengah Sindia. Dikatakan, nyaris setiap hari mendengar suara gemuruh. “Sejak tiga hari terakhir mendengar suara gemuruh. Justru saat erupsi kali ini kami kurang mendengar suara gemuruh karena saat erupsi terjadi hujan,” tambahnya.
Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, juga menyarankan agar warga meningkatkan kewaspadaannya, terutama yang bermukim di KRB III. KRB III yang dimaksud ada enam desa yakni Desa Ban, Desa Dukuh, Desa Bhuana Giri, Desa Jungutan, Desa Sebudi, dan Desa Besakih. Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengaku terus memantau perkembangan Gunung Agung dan berkoordinasi dengan petugas PVMBG. “Belum ada laporan daerah yang terpapar abu vulkanik,” kata Ida Bagus Ketut Arimbawa. IB Ketut Arimbawa juga telah menyiapkan masker untuk didistribusikan kepada warga yang terdampak hujan abu. *k16
1
Komentar