Pemilu Serentak Dinilai Tidak Simpel
Perhelatan pemilu serentak semakin dekat. Anggota FPDIP MPR RI, Effendi Simbolon mengatakan, pelaksanaannya tidak semudah yang dibayangkan.
JAKARTA, NusaBali
Apalagi ketika ia mencoba melakukan simulasi sangat sulit. "Ini tidak simple, karena sekitar satu jam kita antri untuk menyampaikan hak konstitusi. Ada yang memegang lima atau empat surat suara. Belum lagi mengingat calon-calonnya. Ini bisa kebalik-balik sehingga pemilu serentak tidak sebaik yang diduga," ujar Effendi di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jumat (22/2).
Menurut Effendi, hal tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat kalangan bawah saja. Melainkan kalangan masyarakat atas bakal kesulitan pula dengan lima surat suara yang dipegang. Effendi menganggap, pemilu serentak sangat kompleks. Padahal alasan pemilu serentak dilakukan guna menghemat biaya. Namun untuk perhelatan akbar dalam memilih presiden dan wakil presiden tidak sebanding. Bila ingin menghemat, kata Effendi, seharusnya e-voting.
Effendi menganggap saat ini ada fenomena baru. Dimana parpol hanya sekedar menjadi pihak ketiga. Lantaran relawan dan tim sukses kini lebih cenderung berperan aktif dalam pemenangan pilpres.
Oleh karenanya, tidak bisa semua tahapan dijadikan satu dalam pilkada serentak. Sementara tim BPN Prabowo-Sandi, Ferry Mursidan Baldan mengatakan, pemilu merupakan peradaban bangsa sehingga hajatan besar tersebut menjadi indikator dari sebuah bangsa.
Bila ada kecurangan dalam pelaksanaannya, maka akan menjadi salah satu faktor menurunkan citra di luar negeri. "Selain itu, bisa merusak mekanisme pemilu dan membuat kita tidak dihargai dalam percaturan internasional," papar Ferry. Untuk itu, kata mantan menteri di era Joko Widodo ini, pemilu harus dilakukan dengan cara halal serta jangan sampai memundurkan kita dari demokrasi. Bagi Ferry, pemilu berintegritas adalah bagaimana KPU mendesainnya. Plus perhitungan sesuai dengan pilihan. "Bila pemilih A, berarti saat ditabulasi harus tetap A," jelas Ferry. *k22
Menurut Effendi, hal tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat kalangan bawah saja. Melainkan kalangan masyarakat atas bakal kesulitan pula dengan lima surat suara yang dipegang. Effendi menganggap, pemilu serentak sangat kompleks. Padahal alasan pemilu serentak dilakukan guna menghemat biaya. Namun untuk perhelatan akbar dalam memilih presiden dan wakil presiden tidak sebanding. Bila ingin menghemat, kata Effendi, seharusnya e-voting.
Effendi menganggap saat ini ada fenomena baru. Dimana parpol hanya sekedar menjadi pihak ketiga. Lantaran relawan dan tim sukses kini lebih cenderung berperan aktif dalam pemenangan pilpres.
Oleh karenanya, tidak bisa semua tahapan dijadikan satu dalam pilkada serentak. Sementara tim BPN Prabowo-Sandi, Ferry Mursidan Baldan mengatakan, pemilu merupakan peradaban bangsa sehingga hajatan besar tersebut menjadi indikator dari sebuah bangsa.
Bila ada kecurangan dalam pelaksanaannya, maka akan menjadi salah satu faktor menurunkan citra di luar negeri. "Selain itu, bisa merusak mekanisme pemilu dan membuat kita tidak dihargai dalam percaturan internasional," papar Ferry. Untuk itu, kata mantan menteri di era Joko Widodo ini, pemilu harus dilakukan dengan cara halal serta jangan sampai memundurkan kita dari demokrasi. Bagi Ferry, pemilu berintegritas adalah bagaimana KPU mendesainnya. Plus perhitungan sesuai dengan pilihan. "Bila pemilih A, berarti saat ditabulasi harus tetap A," jelas Ferry. *k22
Komentar