Dipicu Masalah Hak Suara Ormas, Munaslub Golkar Ricuh
Kericuhan meledak saat sidang paripurna dengan agenda penyampaian pandangan umum DPD I Golkar atas laporan pertanggungjawaban (LPJ) Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie di arena Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Ballroom BNDCC, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Minggu (15/5) malam.
7 Kandidat Lawan Setya Novanto Soal Mekanisme Pemilihan Ketua Umum
MANGUPURA, NusaBali
Kericuhan dipicu beda pendapat soal siapa yang berhak dari Kosgoro dan Soksi untuk memberikan suara dalam pemilihan Ketua Umum DPP Golkar.
Kericuhan tadi malam berlangsung beberapa menit sebelum Menko Polhukam Luhut Pandjaitan memasuki arena Munaslub Golkar, sekitar pukul 21.30 Wita. Awalnya, pembahasan dalam rapat yang dipimpin Ketua SC Munaslub, Nurdin Halid, baru saja mengesahkan perihal hak suara Ormas Golkar, yakni Kosgoro dan SOKSI.
Selesai membahas hak suara untuk kedua Kelompok Induk Organisasi (Kino) Pendiri Partai Golkar tersebut, rapat dilanjutkan dengan penyampaian pandangan umum DPD Golkar atas LPJ Ketua Umum DPP golkar Aburizal Bakrie alias Ical. Nurdin Halid selaku pimpinan sidang mempersilakan Ical dan Wakil ketua Umum DPP Golkar Agung Laksono naik ke barisan kursi pimpinan rapat.
Nah, saat itulah kerusuhan dimulai. Tiba-tiba terdengar suara ribut dari arah peserta Munaslub. Ternyata, ada pria berkemeja putih garis-garis kuning berkelahi dengan kader lainnya. Pria ini sejak awal memang terpantau aktif berbicara keras dan bergerak kian kemari, dengan ataupun tanpa mikropon. "Hei! Ada apa ini?" teriak Nurdin dari meja pimpinan sidang. Habis itu, terjadi aksi saling dorong. Sekitar 50 personel Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) pun langsung berlari ke titik rusuh. Saat itu, kursi-kursi mulai bergelimpangan karena aksi dorong-dorongan untuk mengamankan provokator.
Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Munaslub, Yorry’s Raweyai, yang semalam berseragam AMPG langsung menggelandang terduga provokator ke arah pintu keluar. Barikade yang dibuat pasukan AMPG pimpinan Yorry’s membuat peserta Munaslub menyingkir. Akhirnya, terduga provokator berhasil digelandang ke luar ruangan. Tak lama berselang, Yorrys masuk lagi dengan wajah tersenyum dan melambaikan tangan ke arah luar. Gara-gara kerusuhan ini, rapat paripurna semalam sempat diskors 20 menit.
Usut punya usut, kericiuhan dipicu beda pendapat soal siapa yang berhak dari Kosgoro dan SOKSI untuk memberikan suara dalam pemilihan Ketua Umum DPP Golkar. Pasalnya, dua Ormas pendiri Golkar ini didera dualisme kepengurusan. "Ini sebenarnya dari sore ribut, antara Kosgoro dan Soksi," ujar Yorry’s dikutip detikcom tadi malam.
Kosgoro sendiri terpecah antara pimpinan Agung Laksono vs pimpinan Aziz Syamsuddin---salah satu dari 8 kandidat Caketum DPP Golkar. Sedangkan SOKSI terpecah antara kepengurusan Ade Komarudin (juga salah satu Caketum DPP Golkar) vs pimpinan Rusli Zaenal. "Bahkan, di Kosgoro juga muncul lagi pimpinan Ridwan Hisyam yang baru terdaftar 12 Mei 2016," kata Yorrys.
Untuk menyiasati hal ini, Panitia Penyelenggara Munaslub Golkar sudah meminta surat dari Kemenkum HAM dan Kemendagri soal kepengurusan Kosgoro dan SOKSI yang sah. Dalam surat keputusan, Kosgoro yang terdaftar adalah pimpinan Agung Laksono, sementara SOKSI yang sah pimpinan Ade Komarudin. Namun perkembangan di Munaslub, masih terjadi masalah.
Sementara itu, 7 kadidat Caketum DPP Golkar kolaborasi lakukan perlawanan terhadap Setya Novanto. Mereka tandatangani surat tolak pemilihan Ketua Umum DPP Golkar dilakukan melalui voting terbuka, karena dianggap tidak demokrastis dan rawan intimidasi, Minggu kemarin. Ketujuh kandidat tersebut masing-masing Ade Komarudin, Aziz Syamsuddin, Priyo Budi Santoso, Mahyudin, Airlangga Hartarto, Indra Bambang Utoyo, dan Syahrul Yasin Limpo.
Mereka menginginkan dilakukan voting tertutup, sesuai AD/ART Golkar. "Kami semua akan melawan. Kalau ada proses-proses tidak demokratis, saya bersama teman-teman Caketum tidak akan mundur satu langkah pun," kata Melchias Markus Mekeng, Jubir 7 Caketum Golkar yang kolaborasi lawan Novanto di Nusa Dua kemarin.
Sedangka Priyo Budi Santoso menegaskan tidak pernah ada cerita Ketua Umum Golkar dipilih lewat mekanisme voting terbuka. "Tahap pemilihan Caketum dengan cara terbuka sudah tentu menyalahi pakem demokrasi yang sudah saya ketahui. Tidak boleh ada aturan main yang mencederai keinginan bertanding secara fair play," tegas mantan Wakil Ketua DPR 2009-2014 ini.
Di sisi lain, kandidat terkuat Setya Novanto menyatakan siap jika pemilihan Ketua Umum Golkar dilakukan leweat voting tertutup. "Masalah pemilihan tertutup dan terbuka, buat saya adalah berdasarkan aturan yang ada. Tertutup saya sangat bersedia, sangat siap melakukan hal yang terbaik," ujar Novanto di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua, Minggu kemarin.
Pihak SC Munaslub sendiri telah memutuskan pemilihan Ketua Umum Golkar dilakukan dengan prinsip rahasia. "Yang kita kenal adalah pemilihan Ketum secara langsung, bebas, dan rahasia. Kalimatnya begitu dalam Pasal 25 ayat 1 Tata Tertib yang tadi sudah kita sahkan," kata Ketua SC Munaslub, Nurdin Halid.
Namun demikian, soal cara pemilihan voting terbuka atau voting tertutup, SC Munaslub belum memutuskannya. Keputusan itu akan diproses, Senin (16/5) ini. "Itu nanti sesinya pada Rapat Paripurna ke-6, besok (hari ini), tentang tata cara dan kriteria pemilihan Caketum," katanya. 7
1
Komentar