Bocah Kelas V SD Tewas Digigit Ular
Petaka Saat Tidur di Belakang RM Taliwang Samplangan
GIANYAR, NusaBali
Seorang siswi Kelas V SDN 7 Gianyar, Ismi Nursaubah, 12, tewas mengenaskan akibat digigit ular, Rabu (27/2) dinihari. Bocah berusia 12 tahun ini digigit ular ketika sedang tidur lelap dalam kamarnya di belakang Rumah Makan Taliwang, Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar yang berada di sebelah timur RS Family Husada.
Paman korban, Ibrahim, 25, mengatakan bocah Ismi Nursaubah digigit ular di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan, Rabu dinihari pukul 03.00 Wita. Ular diduga muncul dan menyelinap masuk ke kamar korban dari semak belukar yang berada di sebelah barat dan utara rumah. Kemudian, bocah malang ini meninggal dalam perawatan di RS Famili Husada, Rabu pagi pukul 08.30 Wita atau berselang 5,5 jam pasca kejadian.
Menurut Ibrahim, usai digigit ular saat sedang tidur, bocah Ismi Nursaubah langsung berteriak hingga membangunkan kedua orangtua dan keluarga lainnya yang tinggal di rumah semi permanen itu. Setelah digigit ular, korban masih bisa bercerita. “Dia teriak ngaku digigit ular satu kali,” ungkap Ibrahim saat ditemui di lokasi TKP, Rabu siang.
Ibrahim bersama orangtua korban pun langsung berusaha mencari keberadaan ular yang disebut besarnya seukuran telunjuk orang dewasa dengan panjang 50 cm itu di sekitar rumah. "Akhirnya, ular itu ketemu dan kami tangkap, lalu dimasukkan dalam botol. Ular warna hitam tersebut tidak langsung dibunuh, tapi kami buang bersama botolnya di bawah Jembatan Tukad Pakerisan,” kenang Ibrahim.
Terungkap, pasca digigit ular, korban Ismi Nursaubah tidak mengeluh sakit, bahkan masih sempat bermain dengan sepupunya (anak dari Ibrahim). Menurut Ibrahim, pihaknya semula menyangka itu hanya gigitan ular biasa. Namun, ternyata ular berbisa.
Pagi sekitar pukul 05.30 Wita atau berselang 2,5 jam pasca digigit ular, barulah bocah Ismi mengeluh tidak enak badan. Bocah malang ini pun dibawa ke RS Family Husada yang berada di sebelah barat rumah dan hanya dipisahkan oleh jalan raya.
"Saat masuk UGD di rumah sakit, ponakan saya masih dalam kondisi sadar. Tapi sayang, tim medis tidak langsung ambil tindakan. Sekitar 1 jam kemudian, barulah dokter panik ketika keponakan saya mulai sesak napas," sesal Ibrahum. Namun, nyawanya tidak bisa diselamatkan. Bocah Ismi Nursaubah menghembuskan napas terakhir, Rabu pagi sekitar pukul 08.30 Wita.
Ibrahim mengaku menyesal telah membawa keponakannya ke rumah sakit dekat rumahnya tersebut, karena dianggap kurang sigap dalam memberikan pertolongan kepada pasien. “Saat di rumah sakit, keponakan saya tidak langsung ditangani. Padahal, keponakan saya sudah bilang sakit. Barulah setelah keponakan saya sesak napas, dokternya sibuk. Akhirnya, keponakan saya meninggal,” keluh Ibrahum.
Ibrahim mengimbau setiap rumah sakit supaya memperbaiki kepekaannya terhadap pasien, agar tidak terulang kasus Ismi Nursaubah lainnya. “Saya lihat dokternya sibuk ngobrol, ada juga yang main HP. Seharusnya, kalau tidak bisa menangani pasien, segera dong dirujuk ke rumah sakit lain. Kalau saja penanganannya tidak seperti itu, mungkin keponakan saya masih bisa diselamatkan,” katanya.
Sementara itu, Direktur RS Family Husada Gianyar, dr Made Koen Virawan, menyatakan pasien Ismi Nursaubah tiba di rumah sakit Rabu pagi sekitar pukul 05.30 Wita. “Pasien datang sudah dalam keadaan shock dan lemas,” ujar dr Made Koen saat dikonfirmasi terpisah, Rabu kemarin.
Menurut dr Made Koen, bocah korban digigit ular ini terlambat dibawa ke rumah sakit. “Ini terlambat penanganan. Jadi, racun sudah merembet ke sel darah merah,” jelasnya. “Apabila korban ditangani sesaat setelah digigit ular, kemungkinan ceritanya berbeda. Coba dari jam setengah empat dibawa ke rumah sakit, mungkin bisa lebih cepat ditangani,” lanjut dr Made Koen.
Meski terlambat dibawa ke rumah sakit, kata dr Made Koen, pihaknya tetap melakukan upaya penanganan. “Pasien sudah sempat ditangani,” katanya. Namun, takdir berkata lain. Bocah malang ini akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumah sakit sekitar pukul 08.30 Wita. Jenazah korban kemarin langsung dibawa pulang keluarganya ke rumah duka di kawasan Perancak, Desa Air Kuning, Kecamatan Negara, Jembrana untuk dikuburkan. *nvi
Paman korban, Ibrahim, 25, mengatakan bocah Ismi Nursaubah digigit ular di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan, Rabu dinihari pukul 03.00 Wita. Ular diduga muncul dan menyelinap masuk ke kamar korban dari semak belukar yang berada di sebelah barat dan utara rumah. Kemudian, bocah malang ini meninggal dalam perawatan di RS Famili Husada, Rabu pagi pukul 08.30 Wita atau berselang 5,5 jam pasca kejadian.
Menurut Ibrahim, usai digigit ular saat sedang tidur, bocah Ismi Nursaubah langsung berteriak hingga membangunkan kedua orangtua dan keluarga lainnya yang tinggal di rumah semi permanen itu. Setelah digigit ular, korban masih bisa bercerita. “Dia teriak ngaku digigit ular satu kali,” ungkap Ibrahim saat ditemui di lokasi TKP, Rabu siang.
Ibrahim bersama orangtua korban pun langsung berusaha mencari keberadaan ular yang disebut besarnya seukuran telunjuk orang dewasa dengan panjang 50 cm itu di sekitar rumah. "Akhirnya, ular itu ketemu dan kami tangkap, lalu dimasukkan dalam botol. Ular warna hitam tersebut tidak langsung dibunuh, tapi kami buang bersama botolnya di bawah Jembatan Tukad Pakerisan,” kenang Ibrahim.
Terungkap, pasca digigit ular, korban Ismi Nursaubah tidak mengeluh sakit, bahkan masih sempat bermain dengan sepupunya (anak dari Ibrahim). Menurut Ibrahim, pihaknya semula menyangka itu hanya gigitan ular biasa. Namun, ternyata ular berbisa.
Pagi sekitar pukul 05.30 Wita atau berselang 2,5 jam pasca digigit ular, barulah bocah Ismi mengeluh tidak enak badan. Bocah malang ini pun dibawa ke RS Family Husada yang berada di sebelah barat rumah dan hanya dipisahkan oleh jalan raya.
"Saat masuk UGD di rumah sakit, ponakan saya masih dalam kondisi sadar. Tapi sayang, tim medis tidak langsung ambil tindakan. Sekitar 1 jam kemudian, barulah dokter panik ketika keponakan saya mulai sesak napas," sesal Ibrahum. Namun, nyawanya tidak bisa diselamatkan. Bocah Ismi Nursaubah menghembuskan napas terakhir, Rabu pagi sekitar pukul 08.30 Wita.
Ibrahim mengaku menyesal telah membawa keponakannya ke rumah sakit dekat rumahnya tersebut, karena dianggap kurang sigap dalam memberikan pertolongan kepada pasien. “Saat di rumah sakit, keponakan saya tidak langsung ditangani. Padahal, keponakan saya sudah bilang sakit. Barulah setelah keponakan saya sesak napas, dokternya sibuk. Akhirnya, keponakan saya meninggal,” keluh Ibrahum.
Ibrahim mengimbau setiap rumah sakit supaya memperbaiki kepekaannya terhadap pasien, agar tidak terulang kasus Ismi Nursaubah lainnya. “Saya lihat dokternya sibuk ngobrol, ada juga yang main HP. Seharusnya, kalau tidak bisa menangani pasien, segera dong dirujuk ke rumah sakit lain. Kalau saja penanganannya tidak seperti itu, mungkin keponakan saya masih bisa diselamatkan,” katanya.
Sementara itu, Direktur RS Family Husada Gianyar, dr Made Koen Virawan, menyatakan pasien Ismi Nursaubah tiba di rumah sakit Rabu pagi sekitar pukul 05.30 Wita. “Pasien datang sudah dalam keadaan shock dan lemas,” ujar dr Made Koen saat dikonfirmasi terpisah, Rabu kemarin.
Menurut dr Made Koen, bocah korban digigit ular ini terlambat dibawa ke rumah sakit. “Ini terlambat penanganan. Jadi, racun sudah merembet ke sel darah merah,” jelasnya. “Apabila korban ditangani sesaat setelah digigit ular, kemungkinan ceritanya berbeda. Coba dari jam setengah empat dibawa ke rumah sakit, mungkin bisa lebih cepat ditangani,” lanjut dr Made Koen.
Meski terlambat dibawa ke rumah sakit, kata dr Made Koen, pihaknya tetap melakukan upaya penanganan. “Pasien sudah sempat ditangani,” katanya. Namun, takdir berkata lain. Bocah malang ini akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumah sakit sekitar pukul 08.30 Wita. Jenazah korban kemarin langsung dibawa pulang keluarganya ke rumah duka di kawasan Perancak, Desa Air Kuning, Kecamatan Negara, Jembrana untuk dikuburkan. *nvi
Komentar