Pedagang Pertanyakan Lift dan Eskalator
Selain eskalator dan lift yang hanya `beroperasi dari pukul 08.00 Wita-14.00 Wita, pedagang juga mengeluhkan air PDAM yang ada di toilet sangat kecil.
Hanya Dioperasikan Selama 6 Jam
DENPASAR, NusaBali
Pedagang Pasar Badung, Denpasar yang baru mulai berjualan sejak Minggu (24/2) lalu sudah mulai mengeluh. Sebab, lift dan eskalator yang disediakan untuk pedagang malah hanya beroperasi selama 6 jam dari pukul 08.00 Wita hingga 14.00 Wita. Padahal, untuk membawa barang dagangannya naik ke lantai atas pedagang sudah mulai beraktifitas sejak pukul 04.00 Wita.
Hal itu menjadi kendala pedagang saat naik ke lantai 2 dan 3 ketika membawa barang dagangan mereka. Dengan terbatasnya waktu pengoperasian lift dan eskalator itu, pedagang mengaku tidak dipermudah, karena dengan kondisi itu malah menyusahkan pedagang ketika membawa barang dagangan dengan kapasitas banyak naik ke lantai atas.
"Saya mau komplin ini, gimana ini eskalator dan lift kok mati saat kita perlukan biar gampang bawa barang. Baru hidup jam 8 pagi sedangkan kita bawa barang jam 4 subuh ke lantai 3. Kita yang sudah tidak kuat naik harus pelan-pelan. Naik tangga jadinya," keluh salah satu pedagang Ivo Savitri, 53, saat ditemui di Pasar Badung, Rabu (27/2).
Kata dia, selain hidup pukul 08.00 Wita, eskalator dan lift juga dimatikan setiap pukul 14.00 Wita. Padahal, jam tutup pasar pada pukul 17.00 Wita. Ivo Safitri mempertanyakan peruntukan dari eskalator dan lift, apakah untuk mempermudah pedagang atau hanya untuk pengunjung? Padahal sebelumnya, dikatakan lift dan eskalator untuk mempermudah pedagang membawa barang dagangan.
"Kita yang sudah berumur dengan kaki sakit jadi berusaha naik tangga. Lumayan capek, ini eskalator dan lift hanya untuk pengunjung ya bukan untuk pedagang? Soalnya setiap hari kayak gini," imbuh pedagang yang kesehariannya berjualan jajanan di lanti 2 ini.
Pedagang lainnya Ni Wayan Sari, 51, menambahkan, selain eskalator dan lift yang hanya beroperasi dari pukul 08.00 Wita-14.00 Wita, juga terkendala pada air PDAM yang ada di toilet. Kendati toilet bersih, aliran air sangat kecil membuat pedagang takut buang air besar (BAB).
Bahkan, beberapa pedagang memilih pergi ke toilet Pasar Kumbasari karena aliran air lebih besar. "Aliran air di toilet kecil, kalo buang air kecil aja tidak bisa disiram tuntas apalagi buang air besar. Saya dengan pedagang lain keseringan lari ke toilet Pasar Kumbasari. Soalnya aliran airnya lebih besar. Ya walaupun elit fasilitas belum memadai," ungkapnya.
Sementara itu, sejak dilakukan soft opening pada Minggu (24/2) atau sudah tiga hari berjualan, para pedagang masih mengeluhkan sepinya pembeli. “Memang, pengunjung banyak yang datang, namun mereka hanya kebanyakan ingin mengunjungi saja, mencoba eskalator, dan selfie tanpa berbelanja. Ya kita tunggu saja deh kedepannya. Mudah-mudahan semakin lama pembelinya makin banyak," ujar pedagang asal Karangasem ini.
Dikonfirmasi mengenai keluhan pedagang, Dirut PD Pasar IB Kompyang Wiranata mengatakan, pihaknya tetap melakukan evaluasi dalam ujicoba pengoperasian Pasar Badung saat ini. Beberapa kendala diakuinya masih ada yang harus dibenahi khususnya pembuatan SOP pengoperasian lift dan eskalator. Khusus eskalator barang, kata dia, memang harusnya hidup setiap pagi dan sore sesuai kebutuhan pedagang.
Jika memang pengoperasian belum sesuai dengan kebutuhan pedagang, dia menyebut kemungkinan ada mis komunikasi dengan petugas yang berjaga di Pasar Badung. "Kalau untuk lift barang kita hidupkan pagi-pagi sesuai dengan kebutuhan pedagang. Jadi, jika belum sesuai dengan kebutuhan karena SOP belum ada dan kita akan evaluasi lagi. Kemungkinan ada mis komunikasi," kata pria yang akrab dipanggil Gus Kowi, ini.
Sementara untuk eskalator dan lift orang kata dia, memang dihidupkan secara bergilir. Karena hingga saat ini pihaknya masih memikirkan biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk listrik dan pemeliharaan. Hibah yang belum turun membuat pihaknya harus berupaya untuk meminimalkan biaya yang keluar sebelum bisa melakukan pungutan.
Kata Gus Kowi, pihaknya juga tidak memungkinkan melakukan pungutan kepada pedagang untuk biaya operasional itu. Sebab, biaya yang dibutuhkan cukup tinggi. "Gak mungkin kita bebankan pedagang lagi. Soalnya, sudah dikenakan sewa los dan kios. Jadi kita lakukan gantian. Seperti perintah Pak Wali (Walikota Rai Mantra, red) untuk lift dan eskalator orang, kita khususkan peruntukannya bagi lansia dan penyandang disabilitas," ujarnya.
Kendala lainnya, pihaknya mengakui ada pada air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pedagang. Air saat ini mengalami kendala kekeruhan karena memakai sumur bor. Untuk itu pihaknya sudah berupaya berkoordinasi dengan PDAM Kota Denpasar agar air bisa lebih lancar.
"Air memang ada kendala, karena keruh akhirnya jadi kendala. Sebab sekarang kami menggunakan sumur bor. Karena kendala itu dan kebutuhan mendesak jadi kami sudah berkordinasi dengan PDAM. Kami juga mohon kepada pedagang agar bersabar, karena kami terus melakukan perbaikan dan evaluasi. Kami berusaha untuk memenuhi apa yang dibutuhkan pedagang," ujarnya. *mi
1
Komentar