nusabali

Koster: Tahun Depan Dirancang Lebih Bagus

  • www.nusabali.com-koster-tahun-depan-dirancang-lebih-bagus

Gubernur Koster berharap, penggunaan bahasa Bali dan mempelajari aksara Bali, jangan hanya berhenti saat Bulan Bahasa Bali. Bahasa Bali harus dilestarikan dan digunakan setiap hari dimulai dari diri sendiri.

Sukses Gelar Bulan Bahasa Bali 2019

DENPASAR, NusaBali
Pelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali melalui pelaksanaan Bulan Bahasa Bali tahun 2019 resmi ditutup oleh Gubernur Bali, Dr I Wayan Koster, Kamis (28/2) di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya (Art Center) Bali di Denpasar. Gubernur Koster meminta gelaran Bulan Bahasa Bali tahun depan disempurnakan dan dirancang lebih bagus lagi.

Namun demikian, Gubernur Koster mengapresiasi jalannya pelaksanaan Bulan Bahasa Bali yang baru digelar pertama kali ini. Pasalnya, di tengah persiapan Bulan Bahasa Bali yang sangat singkat, ternyata disokong oleh antusias oleh masyarakat dan masing-masing pemerintah kabupaten/kota. Padahal anggaran untuk pelaksanaan Bulan Bahasa Bali terkendala saat itu karena APBD sudah ketok palu.

“Persiapannya dadakan, karena pergubnya baru turun di akhir tahun. ABPD sudah terlanjur diproses lebih dulu, sehingga tidak bisa dianggarkan secara maksimal untuk pelaksanaan Bulan Bahasa Bali tahun ini. Apalagi yang di kabupaten/kota. Tapi ternyata, walaupun tidak dianggarkan secara memadai, saya memantau program ini berjalan dengan cukup baik,” ujarnya.

Tidak hanya itu, ia juga mengapresiasi dari sisi peserta. Sewaktu pembukaan Bulan Bahasa Bali pada 1 Februari lalu, ada seribu peserta generasi muda yang ikut nyurat lontar yang turut memeriahkan. Pelaksanaan di sejumlah kabupaten/kota juga terpantau meriah. Uniknya, pada saat penyerahan hadiah lomba kemarin, ada juga anak dari luar Bali yang menjadi juara nyurat aksara Bali. “Bahkan ada peserta yang bukan orang Bali. Yang juara 1 tadi itu dari Banyuwangi anaknya. Walaupun bukan orang Bali, ternyata rajin juga, jadi juara malah,” tuturnya.

Koster menegaskan, pelaksanaan Bulan Bahasa Bali merupakan salah satu program penguatan di bidang budaya dengan menjaga ajegnya bahasa, aksara Bali. Penguatan budaya Bali menjadi prioritas utama dalam kepemimpinannya dengan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’. Ia berharap, masyarakat khususnya generasi muda Bali makin mencintai bahasa Bali sebagai bagian dari jati dirinya.

“Bagusnya lagi adalah pesertanya sekarang anak-anak muda, generasi milenial. Ini yang betul-betul membanggakan saya. Di tengah revolusi industri 4.0, anak-anak yang sudah sangat akrab dengan teknologi informasi, ternyata masih cinta dengan bahasa, sastra dan aksara Bali. Inilah yang menjadi bagian dari strategi menjaga Bali,” ucap Koster.

Ia menambahkan, sejumlah peraturan telah dikeluarkan untuk memperkuat budaya Bali secara menyeluruh. Diantaranya dengan telah dikeluarkannya 4 pergub, yakni Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busama Adat Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali.

Koster berharap, penggunaan bahasa Bali dan mempelajari aksara Bali, jangan hanya berhenti saat Bulan Bahasa Bali. Bahasa Bali harus dilestarikan dan digunakan setiap hari dimulai dari diri sendiri. Mengingat evaluasi tahun ini persiapan Bulan Bahasa Bali cukup singkat, maka tahun depan akan disempurnakan lagi. “Tahun depan kita akan buat lebih bagus lagi. Kalau kontennya saya lihat sudah oke. Tapi tolong dikritisi lagi dan diperbaiki. Panitia dan tim jangan menutup diri. Apa yang kurang, didiskusikan lagi,” sarannya.

Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali juga turut memberikan kesempatan bagi penyuluh Bahasa Bali untuk menunjukkan hasil-hasil binaannya. Seperti diketahui, penyuluh Bahasa Bali yang terbentuk tahun 2016 lalu juga cukup aktif membina generasi muda maupun menemukan kekayaan bahasa, aksara dan sastra Bali di masing-masing daerah tugasnya.

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, I Wayan Suarmaja mengatakan, selama ini penyuluh Bahasa Bali aktif mendata lontar-lontar yang ada di masing-masing desa tempatnya bertugas. Begitu juga membina generasi-generasi muda khususnya dalam pelestarian bahasa, aksara dan sastra Bali.

“Kami juga berkesempatan menampilkan hasil kinerja penyuluh selama ini sampai tahun 2018. Diantaranya katalog lontar, cerita rakyat, kumpulan puisi Bali modern yang dibuat oleh penyuluh se-Bali, serta produk kreatif yang berkaitan dengan bahasa aksara dan sastra Bali,” katanya.

Sementara itu Plt Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Putu Astawa melaporkan bahwa pelaksanaan Bulan Bahasa Bali selama sebulan penuh ini dilaksanakan festival dan berbagai lomba dari tingkat Provinsi, kabupaten/kota hingga desa se-Bali. Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali yang pertama ini mengusung tema Nangun Sat Kerthi Loka Bali Malarapan Antuk Ngrajegang Bahasa, Aksara lan Sastra Bali.

Sejumlah kegiatan terkait dengan pengembangan dan pelestarian Bahasa Bali dilaksanakan seperti festival nyurat lontar massal, lomba komik online berbasis bahasa, aksara dan sastra Bali, lomba pembuatan meme berbasis bahasa, aksara, dan sastra Bali, lomba postingan status berbahasa Bali di media sosial, serta lomba vlog berbahasa Bali, debat berbahasa Bali, lomba puisi berbahasa Bali dan sebagainya. Selain lomba, dikatakan Putu Astawa juga diadakan seminar, pameran, pertunjukan, serta penganugerahan penghargaan.

Selain menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba, Gubernur juga menyerahkan penganugerahan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada satu tokoh yakni I Made Suatjana yang selama ini dikenal sebagai programmer aksara Bali Simbar.

Penutupan Bulan Bahasa Bali 2019 pun dimeriahkan dengan pementasan drama berjudul ‘Sukreni Wong Sistri Listu Ayu’ oleh Sanggar Seni Sekali Pentas, Denpasar. *ind

Komentar