Bendungan Sidan Mulai Digarap
Bendungan Sidan dibangun hampir bersamaan dengan proyek Bendungan Tamblang di kawasan Buleleng Timur
Nilai Proyek Rp 786 Miliar, Dibangun di Perbatasan Badung, Bangli, Gianyar
MANGUPURA, NusaBali
Satu lagi proyek bendungan yang segera digarap di Bali. Selain Bendungan Tamblang di Buleleng Timur, juga ada Bendungan Sidan yang dibangun di perbatasan tiga kabupaten: Badung, Bangli, dan Gianyar. Proyek fisik Bendungan Sidan yang bernilai Rp 786,32 miliar bahkan sudah mulai dikerjakan dan ditarget selesai tahun 2021 mendatang.
Pembangunan Bendungan Sidan, yang merupakan proyek pusat dengan didanai APBN, dibangun di atas lahan seluas mencapai 82,73 hektare yang berlokasi di lima desa bertetangga dari tiga kabupaten berbeda. Pertama, wilayah Desa Bilok Sidan, Kecamatan Petang, Badung. Kedua, wilauah Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar. Ketiga, kawasan Desa Langgahan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Keempat, kawasan Desa Langgahan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Kelima, kawasan Desa Bunutin, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Lahan terluas yang dibebaskan berada di tiga desa kaasan Kecamatan Kintamani, Bangli dengan luas total mencapai 30,43 hektare. Sedangkan luas lahan yang digunakan di kawasan Desa Bilok Sidan, Kecamatan Petang mencapai 27,06 hektare. Lahan ini tersebar di tiga banjar, masing-masing Bajar Bilok, Banjar Sidan, dan Banjar Selantang. Sementara luas lahan bendungan di Buahan Kaja, Kecamatan Payangan mencapai 25,24 hektare.
Bangunan fisik Bendungan Sidan berikut fasilitas pendukungnya dirancang dengan luas sekitar 42,36 hektare. Tinggi bangunan Bendungan Sidan men-capai sekitar 68 meter. Nantinya, Bendungan Sidan diperkirakan mampu menampung air dengan volume 3,8 juta meter kubik.
Pembangunan fisik Bendungan Sidan sudah dimulai sejak November 2018 lalu, diawali dengan membuat akses jalan masuk. Proyek bendungan senilai Rp 786,32 miliar ini dikerjakan oleh dua perusahaan, yakni PT Brantas Abipraya dan PT Universal Suryaprima.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, Airlangga Mardjono, menyatakan proyek Bendungan Sidan sudah mulai digarap oleh pihak rekanan, terhitung sejak pnandatanganan kontrak, November 2018 lalu. Saat ini, kata Airlangga, pihak rekanan sedang membuat akses jalan masuk menuju lokasi proyek Bedungan Sidan ke arah tenggara dari Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung.
Jalan masuk sepanjang 3 kilometer tersebut dibuat dari jalur Banjar Selantang, Desa Bilok Sidan. “Sekarang sedang dilakukan pembuatan jalan masuk menuju Bendungan Sidan. Akses jalan yang dibikin tersebut memiliki panjang sekitar 3 kilometer dengan lebar 7 meter,” ujar Airlangga saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Kamis (28/2) lalu.
Bila pembuatan jalan sudah selesai, kata Airlangga, akan dilanjutkan dengan pengerjaan fisik Bendungan Sidan dan sarana penunjang lainnya. Luas tapak bendungan dirancang selas 42,36 hektare dengan tinggi mencapai 68 meter. “Air yang dialirkan ke Bendungan Sidan bumber dari Sungai Ayung,” tandas Airlangga.
Menurut Airlangga, proyek Bendungan Sidan ditargetkan sudah selesai dibangun tahun 2021 mendatang. Bendungan Sidan ini diproyeksikan mampu memasok air baku dengan debit sebesar 1.750 liter per detik ke wilayah Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, dan Kota Denpasar.
Tak hanya memasok air baku, air Bendungan Sidan juga bisa mengari sawah di sejumlah kabupaten. Selain itu, bendungan Sidan juga potensial dijadikan sumber Pembangkit Listrik Tenaga Aor (PLTA), yang mampu menghasilkan listrik sebesar 1,1 MW. Manfaat lainnya, keberadaan Bendungan Sidan tentunya akan memperkuat sektor pariwisata.
Sementara itu, Camat Petang, Gede Eka Sudarwitha, mengatakan proyek Ben-dungan Sidan kini masuk tahap membebasan lagan, terutama di tiga banjar kawasan Desa Bilok Sidan, yakni Banjar Selantang, Banjar Sidan, dan Banjar Bilok. “Penentuan harga ganti rugi lahan melibatkan tim appraisal (tim independen penaksir harga lahan, Red),” jelas Eka Sudarwitha saat dikonfirmasi NusaBali secaa terpisah, Kamis siang.
Eka Sudarwitha berharap dengan dibangunnya Bendungan Sidan, natinya dapat mendukung kebijakan Pemkab Badung yang menjadikan wilayah Kecamatan Petang sebagai daerah konservasi, dengan prioritas pengembangan sektor pertanian yang didukung oleh agrowisata. “Pembangunan Bendungan Sidan diharapkan dapat mencetak areal sawah baru, selain optimalisasi lahan sawah yang sudah ada, melalui peningkatan ketersediaan air untuk jaringan irigasinya,” tegas Eka Sudarwitha.
Selain itu, kata dia, dengan dibangunnya Bendungan Sidan, bisa menjadi stimulus pengembangan daya tarik wisata baru yang akan mampu tumbuh berkembang bersama-sama dengan objek wisata yang sudah ada, seperti Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung (di Desa Pelaha, Kecamatan Petang) dan Air Terjun Nungnung (di Desa Pelaga, Kecamatan Petang).
Selain Bendungan Sidan, pada saat hampir bersamaan juga dibangun Bendungan Tamblang di wialayah Buleleng Timur. Proyek Bendungan Tambang senilai Rp 700 miliar yang ditarget rampung tahun 2022 ini, dibangun di atas lahan seluas 58,79 hektare di empat desa bertetangga kawasan Kecamatan Kubutambahan dan Kecamatan Sawan, Buleleng.
Keempat desa yang dijadikan areal Bendungan Tamblang tersebut, masing-masing Desa Bila (Kecamatan Kubutambahan), Desa Bontihing (Kecamatan Kubutambahan), Desa Sawan (Kecamatan Sawan), dan Desa Bebetin (Kecamatan Sawan). Dari luas lahan bendungan mencapai 58,79 hektare yang dibebaskan itu, terbanyak berada di Desa Sawan, Kecamatan Sawan seluas 38,59 hektare. Menyusul kemudian di Desa Bila (Kecammatan Kubutambahan) seluas 12,2 hektare, di Desa Bontihing (Kecamatan Kubutambahan) seluas, 6,49 hektare, dan di Desa Bebetin (Kecamatan Sawan) seluas 1,49 hektare.
Bendungan Tamblang dengan luas genangan 358.585 meter persegi dan tinggi mencapai 68 meter ini diperkirakan mampu menampung air hingga 7 juta meter kubik. Air yang dialirkan ke Bendungan Tamblang bersumber dari Tukad Daya di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan. Bendungan Tamblang diproyeksikan untuk penyediaan air baku dengan debit 510 liter per detik. Di samping itu, Bendungan Tamblang juga akan menjadi objek wisata dan airnya sekaligus untuk mengairi persawahan di dua kecamatan wilayah Buleleng Timur.
Dengan dibangunnya Bendungan Sidan dan Bendungan Tamblang, maka di Bali nantinya akan ada tiga bendungan besar. Sebelumnya, di Bali sudah dibangun bendungan terbesar, yakni Bendungan Titab-Ularan yang berlokasi di 6 desa bertetangga dari 2 kecamatan kawasan Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.
Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu. *asa
MANGUPURA, NusaBali
Satu lagi proyek bendungan yang segera digarap di Bali. Selain Bendungan Tamblang di Buleleng Timur, juga ada Bendungan Sidan yang dibangun di perbatasan tiga kabupaten: Badung, Bangli, dan Gianyar. Proyek fisik Bendungan Sidan yang bernilai Rp 786,32 miliar bahkan sudah mulai dikerjakan dan ditarget selesai tahun 2021 mendatang.
Pembangunan Bendungan Sidan, yang merupakan proyek pusat dengan didanai APBN, dibangun di atas lahan seluas mencapai 82,73 hektare yang berlokasi di lima desa bertetangga dari tiga kabupaten berbeda. Pertama, wilayah Desa Bilok Sidan, Kecamatan Petang, Badung. Kedua, wilauah Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar. Ketiga, kawasan Desa Langgahan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Keempat, kawasan Desa Langgahan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Kelima, kawasan Desa Bunutin, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Lahan terluas yang dibebaskan berada di tiga desa kaasan Kecamatan Kintamani, Bangli dengan luas total mencapai 30,43 hektare. Sedangkan luas lahan yang digunakan di kawasan Desa Bilok Sidan, Kecamatan Petang mencapai 27,06 hektare. Lahan ini tersebar di tiga banjar, masing-masing Bajar Bilok, Banjar Sidan, dan Banjar Selantang. Sementara luas lahan bendungan di Buahan Kaja, Kecamatan Payangan mencapai 25,24 hektare.
Bangunan fisik Bendungan Sidan berikut fasilitas pendukungnya dirancang dengan luas sekitar 42,36 hektare. Tinggi bangunan Bendungan Sidan men-capai sekitar 68 meter. Nantinya, Bendungan Sidan diperkirakan mampu menampung air dengan volume 3,8 juta meter kubik.
Pembangunan fisik Bendungan Sidan sudah dimulai sejak November 2018 lalu, diawali dengan membuat akses jalan masuk. Proyek bendungan senilai Rp 786,32 miliar ini dikerjakan oleh dua perusahaan, yakni PT Brantas Abipraya dan PT Universal Suryaprima.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, Airlangga Mardjono, menyatakan proyek Bendungan Sidan sudah mulai digarap oleh pihak rekanan, terhitung sejak pnandatanganan kontrak, November 2018 lalu. Saat ini, kata Airlangga, pihak rekanan sedang membuat akses jalan masuk menuju lokasi proyek Bedungan Sidan ke arah tenggara dari Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung.
Jalan masuk sepanjang 3 kilometer tersebut dibuat dari jalur Banjar Selantang, Desa Bilok Sidan. “Sekarang sedang dilakukan pembuatan jalan masuk menuju Bendungan Sidan. Akses jalan yang dibikin tersebut memiliki panjang sekitar 3 kilometer dengan lebar 7 meter,” ujar Airlangga saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Kamis (28/2) lalu.
Bila pembuatan jalan sudah selesai, kata Airlangga, akan dilanjutkan dengan pengerjaan fisik Bendungan Sidan dan sarana penunjang lainnya. Luas tapak bendungan dirancang selas 42,36 hektare dengan tinggi mencapai 68 meter. “Air yang dialirkan ke Bendungan Sidan bumber dari Sungai Ayung,” tandas Airlangga.
Menurut Airlangga, proyek Bendungan Sidan ditargetkan sudah selesai dibangun tahun 2021 mendatang. Bendungan Sidan ini diproyeksikan mampu memasok air baku dengan debit sebesar 1.750 liter per detik ke wilayah Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, dan Kota Denpasar.
Tak hanya memasok air baku, air Bendungan Sidan juga bisa mengari sawah di sejumlah kabupaten. Selain itu, bendungan Sidan juga potensial dijadikan sumber Pembangkit Listrik Tenaga Aor (PLTA), yang mampu menghasilkan listrik sebesar 1,1 MW. Manfaat lainnya, keberadaan Bendungan Sidan tentunya akan memperkuat sektor pariwisata.
Sementara itu, Camat Petang, Gede Eka Sudarwitha, mengatakan proyek Ben-dungan Sidan kini masuk tahap membebasan lagan, terutama di tiga banjar kawasan Desa Bilok Sidan, yakni Banjar Selantang, Banjar Sidan, dan Banjar Bilok. “Penentuan harga ganti rugi lahan melibatkan tim appraisal (tim independen penaksir harga lahan, Red),” jelas Eka Sudarwitha saat dikonfirmasi NusaBali secaa terpisah, Kamis siang.
Eka Sudarwitha berharap dengan dibangunnya Bendungan Sidan, natinya dapat mendukung kebijakan Pemkab Badung yang menjadikan wilayah Kecamatan Petang sebagai daerah konservasi, dengan prioritas pengembangan sektor pertanian yang didukung oleh agrowisata. “Pembangunan Bendungan Sidan diharapkan dapat mencetak areal sawah baru, selain optimalisasi lahan sawah yang sudah ada, melalui peningkatan ketersediaan air untuk jaringan irigasinya,” tegas Eka Sudarwitha.
Selain itu, kata dia, dengan dibangunnya Bendungan Sidan, bisa menjadi stimulus pengembangan daya tarik wisata baru yang akan mampu tumbuh berkembang bersama-sama dengan objek wisata yang sudah ada, seperti Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung (di Desa Pelaha, Kecamatan Petang) dan Air Terjun Nungnung (di Desa Pelaga, Kecamatan Petang).
Selain Bendungan Sidan, pada saat hampir bersamaan juga dibangun Bendungan Tamblang di wialayah Buleleng Timur. Proyek Bendungan Tambang senilai Rp 700 miliar yang ditarget rampung tahun 2022 ini, dibangun di atas lahan seluas 58,79 hektare di empat desa bertetangga kawasan Kecamatan Kubutambahan dan Kecamatan Sawan, Buleleng.
Keempat desa yang dijadikan areal Bendungan Tamblang tersebut, masing-masing Desa Bila (Kecamatan Kubutambahan), Desa Bontihing (Kecamatan Kubutambahan), Desa Sawan (Kecamatan Sawan), dan Desa Bebetin (Kecamatan Sawan). Dari luas lahan bendungan mencapai 58,79 hektare yang dibebaskan itu, terbanyak berada di Desa Sawan, Kecamatan Sawan seluas 38,59 hektare. Menyusul kemudian di Desa Bila (Kecammatan Kubutambahan) seluas 12,2 hektare, di Desa Bontihing (Kecamatan Kubutambahan) seluas, 6,49 hektare, dan di Desa Bebetin (Kecamatan Sawan) seluas 1,49 hektare.
Bendungan Tamblang dengan luas genangan 358.585 meter persegi dan tinggi mencapai 68 meter ini diperkirakan mampu menampung air hingga 7 juta meter kubik. Air yang dialirkan ke Bendungan Tamblang bersumber dari Tukad Daya di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan. Bendungan Tamblang diproyeksikan untuk penyediaan air baku dengan debit 510 liter per detik. Di samping itu, Bendungan Tamblang juga akan menjadi objek wisata dan airnya sekaligus untuk mengairi persawahan di dua kecamatan wilayah Buleleng Timur.
Dengan dibangunnya Bendungan Sidan dan Bendungan Tamblang, maka di Bali nantinya akan ada tiga bendungan besar. Sebelumnya, di Bali sudah dibangun bendungan terbesar, yakni Bendungan Titab-Ularan yang berlokasi di 6 desa bertetangga dari 2 kecamatan kawasan Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.
Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu. *asa
Komentar