Peserta Tertua Berusia 58 Tahun
Setelah aktif di PKBM, Ni Made Mawa, peserta UST paling senior, kini bisa mengirim pesan singkat (SMS) melalui ponsel.
13 Orang Ikut Ujian Paket A di PKBM Widia Sentana
MANGUPURA, NusaBali
Peserta kejar paket A setara sekolah dasar (SD) di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Widia Sentana, Banjar Batuculung, Kerobokan Kaja, Kuta Utara, sangat antusias mengikuti jalannya ujian sekolah terkoordinasi (UST) hari pertama, Senin (16/5). Ada 13 peserta ujian di PKBM Widia Sentana, sebagian besar pesertanya berusia lanjut. Satu di antara mereka bahkan sudah memiliki lima orang anak dan lima orang cucu.
Walau rata-rata sudah berumur, tak ubahnya ujian di sekolah reguler, mereka datang mengikuti ujian dengan seragam setelan baju putih dan celana/rok warna hitam. Alat tulis pun lengkap mereka bawa. Di PKBM Widia sentana ada juga peserta home schooling yang ikut ujian kejar paket A.
Di pelataran PKBM Widia Sentana, satu sama lain tengah asik berbincang serius. Seperti membicarakan mengenai ujian yang akan dihadapi. Ketegangan terlihat dari raut muka para peserta. Meski begitu, senda gurau di antara mereka sesekali menghapus ketegangan itu.
Ketegangan berlanjut ketika tepat pukul 13.00 Wita, seluruh peserta masuk ke ruangan ujian di lantai II. NusaBali sempat memantau jalannya ujian. Karena sebagian besar sudah berusia lanjut, untuk mengisi lembar jawab komputer (LJK) rata-rata mereka harus dipandu pengawas ruangan. Karena bingung dalam pengisian LJK, terutama identitas diri, pengawas ruangan sampai harus mendatangi satu per satu peserta UST, memastikan tidak salah dalam pengisian LJK.
Pengelola PKBM Widia Sentana Putu Dina Yuniarini, mengakui ada dari peserta yang baru belajar menulis dan membaca. Sehingga harus dipandu khusus oleh pengawas. “Kuncinya harus telaten saja. Karena mereka baru belajar,” ucapnya.
Bagaimana persiapan menghadapi ujian? Menurut Dina Yuniarini sudah dilakukan jauh-jauh hari. Latihan-latihan soal dan bagaimana cara pengisian ke dalam LJK sudah jadi pembelajaran rutin demi suksesnya ujian kali ini. Dengan demikian, pihaknya yakin peserta kejar paket A bisa mengerjakan soal ujian.
Sementara Ni Made Mawa, 58, peserta paling tua di PKBM Widia Sentana, mengaku mendapat dukungan penuh dari keluarga, untuk mengikuti kejar paket A. “Saya dulu tidak sekolah, makanya saya kurang lancar menulis dan membaca. Sekarang saya bersyukur sudah bisa. Kirim SMS lewat HP sudah bisa,” ucapnya sambil tersenyum. Perempuan kelahiran 31 Desember 1957 itu mengaku juga mendapat dukungan dari tempatnya dia bekerja, yakni Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Badung.
Mawa mengatakan walau tidak ada persiapan khusus menghadapi ujian, tetapi dia dibantu anak-anaknya selalu menyempatkan belajar mengerjakan soal-soal. Di tengah kesibukannya sebagai petugas penyapuan, perempuan dengan lima orang anak dan lima orang cucu itu, tetap belajar. “Sama anak kadang belajarnya. Ya, gimana supaya bisa ikut ujian,” kata istri Wayan Ruta, itu. “Mudah-mudahan saya dapat ijazah walau umur saya sudah tidak muda lagi,” harapnya.
Peserta termuda atas nama Atqiya Mafaza, 11 tahun 11 bulan, ikut ujian paket A, menurut pihak PKBM karena yang bersangkutan siswa pindahan dari Jakarta. Awalnya dia sekolah reguler dan punya rapor. Namun karena ikut orangtuanya pindah ke Bali, di Bali dia ikut home schooling. Sehingga pihak PKBM berpatokan pada hasil rapor sekolah reguler tersebut. 7 asa
Pengelola PKBM Widia Sentana Putu Dina Yuniarini, mengakui ada dari peserta yang baru belajar menulis dan membaca. Sehingga harus dipandu khusus oleh pengawas. “Kuncinya harus telaten saja. Karena mereka baru belajar,” ucapnya.
Bagaimana persiapan menghadapi ujian? Menurut Dina Yuniarini sudah dilakukan jauh-jauh hari. Latihan-latihan soal dan bagaimana cara pengisian ke dalam LJK sudah jadi pembelajaran rutin demi suksesnya ujian kali ini. Dengan demikian, pihaknya yakin peserta kejar paket A bisa mengerjakan soal ujian.
Sementara Ni Made Mawa, 58, peserta paling tua di PKBM Widia Sentana, mengaku mendapat dukungan penuh dari keluarga, untuk mengikuti kejar paket A. “Saya dulu tidak sekolah, makanya saya kurang lancar menulis dan membaca. Sekarang saya bersyukur sudah bisa. Kirim SMS lewat HP sudah bisa,” ucapnya sambil tersenyum. Perempuan kelahiran 31 Desember 1957 itu mengaku juga mendapat dukungan dari tempatnya dia bekerja, yakni Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Badung.
Mawa mengatakan walau tidak ada persiapan khusus menghadapi ujian, tetapi dia dibantu anak-anaknya selalu menyempatkan belajar mengerjakan soal-soal. Di tengah kesibukannya sebagai petugas penyapuan, perempuan dengan lima orang anak dan lima orang cucu itu, tetap belajar. “Sama anak kadang belajarnya. Ya, gimana supaya bisa ikut ujian,” kata istri Wayan Ruta, itu. “Mudah-mudahan saya dapat ijazah walau umur saya sudah tidak muda lagi,” harapnya.
Peserta termuda atas nama Atqiya Mafaza, 11 tahun 11 bulan, ikut ujian paket A, menurut pihak PKBM karena yang bersangkutan siswa pindahan dari Jakarta. Awalnya dia sekolah reguler dan punya rapor. Namun karena ikut orangtuanya pindah ke Bali, di Bali dia ikut home schooling. Sehingga pihak PKBM berpatokan pada hasil rapor sekolah reguler tersebut. 7 asa
Komentar