AHY Merasa Demokrat Tak Diuntungkan di Pilpres 2019
Demokrat Dinilai Ambil Posisi Tengah
JAKARTA, NusaBali
Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merasa PD tidak diuntungkan pada Pilpres 2019. Menurut dia, hanya partai yang kadernya menjadi calon di Pilpres yang bisa mendapatkan keuntungan suara, dalam hal ini PDIP dan Gerindra.
“Ini memang menjadi tantangan luar biasa bagi seluruh parpol kecuali parpol mempunyai kandidat capres dan cawapres. Dalam hal ini ada dua parpol diuntungkan. Ini konsekuensi logis sistem ini. Demokrat harus kerja keras meyakinkan masyarakat luas selain pilpres, ada pileg tidak kalah penting,” kata AHY di kantor DPP Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (2/3).
Diketahui, PDIP mencalonkan Jokowi sebagai capres petahana berpasangan dengan cawapres KH Ma’ruf Amin. Sementara Gerindra mencalonkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sandi memang saat ini sudah menyatakan keluar dari Gerindra, hanya saja sosoknya masih dianggap bagian internal partai pimpinan Prabowo itu.
Pidato AHY bertajuk ‘Rekomendasi Partai Demokrat untuk Presiden Indonesia Mendatang’ menimbulkan pertanyaan, karena tidak menyebut nama Prabowo Subianto. Padahal PD di Pilpres 2019 ini mengusung Prabowo-Sandiaga bersama Gerindra, PKS, dan PAN.
Menurut AHY, partai politik lain juga merasakan hal yang sama dengan Demokrat soal tidak diuntungkan di Pilpres 2019. Oleh sebab itu, Demokrat akan fokus pemenangan pileg agar caleg yang terbaik bisa dipilih masyarakat.
“Saya yakin parpol lain merasakan hal serupa. Lalu tadi malam kami tampil depan publik, untuk menjelaskan apa yang Demokrat perjuangkan itu bukan datang dari langit setelah dua tahun turun, tentu layak bagi kami menyampaikan aspirasi rakyat, dan itu yang kami titipkan rekomendasi pada presiden mendatang,” tuturnya seperti dilansir detikcom.
AHY menargetkan PD meraup 10-15 persen suara di Pemilu 2019. Perolehan suara 10 persen persentase nasional merupakan raihan PD di Pemilu 2014. “Sekarang kami mencoba menuju ke 15 persen, tapi kami realistis paling tidak kami meraih suara seperti 2014, kalau lebih tinggi tentunya lebih baik,” ujar AHY.
Usai AHY menyampaikan pidato pada Jumat (1/3) malam, Demokrat kemudian dinilai ingin menunjukkan berada di tengah, meski secara resmi mengusung Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019.
PAN, sebagai salah satu koalisi, menegaskan PD tetap solid mendukung Prabowo-Sandi. “PD sudah jelas bersama dengan koalisi Prabowo-Sandi. Secara resmi, PD ikut mengusung pasangan ini. Kader-kader PD di lapangan juga bekerja untuk memenangkan Prabowo-Sandi,” ungkap Wasekjen PAN Saleh Daulay.
Sementara itu Ma’ruf Amin tampak senang dengan pidato AHY yang tidak menyebutkan mana capres usungannya. Dia pun menyinggung soal banyaknya kader PD yang mendukung dirinya dan Jokowi.
“Kita berterima kasih ya dia berada di tengah. Sehingga orang-orang yang kemudian mendukung kami menjadi tidak merasa ada ancaman, jadi mereka aman. Makin banyak nanti orang Demokrat yang ikut ke 01,” ujar Ma’ruf di kediamannya, Jl Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu kemarin.
Menanggapi pidato AHY, koordinator juru bicara BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, pernyataan AHY dinilai bermakna memenangkan Pileg sekaligus Pilpres.
“Sejak awal Mas AHY, Pak SBY menyatakan beliau akan fokus memparalelkan kepentingan Pileg dengan kepentingan Pilpres. Jadi kami di BPN memahami komitmen Pak SBY dan Mas AHY untuk memenangkan Prabowo-Sandiaga. Jadi maknanya memenangkan Pileg (sekaligus) memenangkan Pilpres, tidak parsial,” kata Dahnil kepada detikcom, Sabtu (2/3).
Dahnil menyebut parpol punya kepentingan sama di Pemilu 2019. Memenangkan perolehan suara juga memenangkan capres-cawapres yang diusung pada Pilpres 2019.
“Tentu Demokrat menginginkan suaranya paralel dengan kemenangan Prabowo-Sandiaga. Statement Mas Agus bagi kami memperkuat ingin memastikan kemenangan Prabowo-Sandiaga. Semakin giat upaya Demokrat menang pemilu maknanya artinya bekerja bersama dengan Prabowo-Sandiaga, makanya memenangkan Prabowo-Sandiaga,” papar Dahnil.
Sementara soal tidak disebut langsung pemenangan Prabowo-Sandiaga, Dahnil menganggap hal itu hanya soal gaya bahasa.
“Mas AHY secara eksplisit menyampaikan pesan komitmen memenangkan Prabowo-Sandiaga. Itu selalu dibahas dalam pertemuan BPN, termasuk all-outnya Demokrat di BPN mulai dari jubir dan tim kampanye,” kata Dahnil.
Karena tak menyebut nama Prabowo Subianto dalam pidatonya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinilai ingin menunjukkan Partai Demokrat (PD) bermain di tengah pada Pilpres 2019. Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin mengaku tak kaget karena PD disebut tak nyaman berada di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Saya kira sesungguhnya Demokrat sejak awal tidak merasa nyaman, tarik ulur keberpihakan terlihat sangat dinamis, sebentar yakin sebentar tidak peduli. Kalau orang Minang bilang ‘dima angin nan dareh’ (di mana angin kencang berada), kalau nyaman pasti all out,” ungkap juru bicara TKN Jokowi-Ma’ruf, Irma Suryani Chaniago kepada wartawan, Sabtu kemarin.
Irma pun mengatakan, pidato AHY bisa dipahami jika menilik dari fakta politik saat ini. Ia menyinggung soal elektabilitas Prabowo-Sandiaga yang masih cukup jauh berada di bawah Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Bisa dipahami karena memang elektabilitas 02 kan tidak pernah bisa mencapai 40 persen sampai hari ini di semua rata rata survei. Ditambah lagi, makin banyak mengalir dukungan dari swing voter dan juga yang balik badan (dari Prabowo),” kata Irma.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, menilai AHY ingin bermain di tengah, langkah yang pada Pilpres 2014 dilakukan oleh sang ayah yang juga Ketua Umum PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Secara implisit menunjukkan Demokrat ingin mengambil posisi di tengah, tidak terlalu terlarut pertarungan antara Prabowo dan Jokowi yang emosional,” ungkap Yunarto.
Dari pidato AHY yang disampaikan pada Jumat (1/3) malam, AHY disebut lebih menonjolkan keberhasilan SBY selama 10 tahun memimpin Indonesia. Padahal, bila berbicara soal koalisi, AHY seharusnya lebih banyak memberikan masukan bagi pasangan yang diusung PD.
“Ingin mem-blow up keberhasilan SBY, bukan bicara mengenai Prabowo, jadi lucu kemarin, harusnya kalau ada ide-ide untuk presiden mendatang dan masukan harusnya kan mereka berikan untuk Prabowo-Sandi sebagai materi kampanye, sebagai bahan debat,” kata Yunarto.
Melihat apa yang digarisbawahi AHY dalam pidatonya, itu dinilai sebagai posisi yang ingin berada di tengah pertarungan. Yunarto mengatakan hal tersebut realistis bagi Demokrat, yang tidak memiliki kader dalam pertarungan pilpres.
“Ketika mereka tidak melakukan itu, terlihat sekali mereka mengambil posisi lebih di tengah. Mungkin menyadari juga survei Prabowo-Sandi tidak menunjukkan di atas angin, kecuali Prabowo-Sandi ada di atas angin, mungkin akan berbeda. Bukan masuk ke pertarungan besar Prabowo vs Jokowi,” sebutnya.
“Ini pilihan realistis, di kalimat pertama pidato AHY kemarin bahwa Demokrat menyadari tidak ada kadernya yang ikut dalam pilpres. Positioning-nya itu mereka bukan pemain pertama dalam pilpres,” imbuh Yunarto. *
“Ini memang menjadi tantangan luar biasa bagi seluruh parpol kecuali parpol mempunyai kandidat capres dan cawapres. Dalam hal ini ada dua parpol diuntungkan. Ini konsekuensi logis sistem ini. Demokrat harus kerja keras meyakinkan masyarakat luas selain pilpres, ada pileg tidak kalah penting,” kata AHY di kantor DPP Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (2/3).
Diketahui, PDIP mencalonkan Jokowi sebagai capres petahana berpasangan dengan cawapres KH Ma’ruf Amin. Sementara Gerindra mencalonkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sandi memang saat ini sudah menyatakan keluar dari Gerindra, hanya saja sosoknya masih dianggap bagian internal partai pimpinan Prabowo itu.
Pidato AHY bertajuk ‘Rekomendasi Partai Demokrat untuk Presiden Indonesia Mendatang’ menimbulkan pertanyaan, karena tidak menyebut nama Prabowo Subianto. Padahal PD di Pilpres 2019 ini mengusung Prabowo-Sandiaga bersama Gerindra, PKS, dan PAN.
Menurut AHY, partai politik lain juga merasakan hal yang sama dengan Demokrat soal tidak diuntungkan di Pilpres 2019. Oleh sebab itu, Demokrat akan fokus pemenangan pileg agar caleg yang terbaik bisa dipilih masyarakat.
“Saya yakin parpol lain merasakan hal serupa. Lalu tadi malam kami tampil depan publik, untuk menjelaskan apa yang Demokrat perjuangkan itu bukan datang dari langit setelah dua tahun turun, tentu layak bagi kami menyampaikan aspirasi rakyat, dan itu yang kami titipkan rekomendasi pada presiden mendatang,” tuturnya seperti dilansir detikcom.
AHY menargetkan PD meraup 10-15 persen suara di Pemilu 2019. Perolehan suara 10 persen persentase nasional merupakan raihan PD di Pemilu 2014. “Sekarang kami mencoba menuju ke 15 persen, tapi kami realistis paling tidak kami meraih suara seperti 2014, kalau lebih tinggi tentunya lebih baik,” ujar AHY.
Usai AHY menyampaikan pidato pada Jumat (1/3) malam, Demokrat kemudian dinilai ingin menunjukkan berada di tengah, meski secara resmi mengusung Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019.
PAN, sebagai salah satu koalisi, menegaskan PD tetap solid mendukung Prabowo-Sandi. “PD sudah jelas bersama dengan koalisi Prabowo-Sandi. Secara resmi, PD ikut mengusung pasangan ini. Kader-kader PD di lapangan juga bekerja untuk memenangkan Prabowo-Sandi,” ungkap Wasekjen PAN Saleh Daulay.
Sementara itu Ma’ruf Amin tampak senang dengan pidato AHY yang tidak menyebutkan mana capres usungannya. Dia pun menyinggung soal banyaknya kader PD yang mendukung dirinya dan Jokowi.
“Kita berterima kasih ya dia berada di tengah. Sehingga orang-orang yang kemudian mendukung kami menjadi tidak merasa ada ancaman, jadi mereka aman. Makin banyak nanti orang Demokrat yang ikut ke 01,” ujar Ma’ruf di kediamannya, Jl Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu kemarin.
Menanggapi pidato AHY, koordinator juru bicara BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, pernyataan AHY dinilai bermakna memenangkan Pileg sekaligus Pilpres.
“Sejak awal Mas AHY, Pak SBY menyatakan beliau akan fokus memparalelkan kepentingan Pileg dengan kepentingan Pilpres. Jadi kami di BPN memahami komitmen Pak SBY dan Mas AHY untuk memenangkan Prabowo-Sandiaga. Jadi maknanya memenangkan Pileg (sekaligus) memenangkan Pilpres, tidak parsial,” kata Dahnil kepada detikcom, Sabtu (2/3).
Dahnil menyebut parpol punya kepentingan sama di Pemilu 2019. Memenangkan perolehan suara juga memenangkan capres-cawapres yang diusung pada Pilpres 2019.
“Tentu Demokrat menginginkan suaranya paralel dengan kemenangan Prabowo-Sandiaga. Statement Mas Agus bagi kami memperkuat ingin memastikan kemenangan Prabowo-Sandiaga. Semakin giat upaya Demokrat menang pemilu maknanya artinya bekerja bersama dengan Prabowo-Sandiaga, makanya memenangkan Prabowo-Sandiaga,” papar Dahnil.
Sementara soal tidak disebut langsung pemenangan Prabowo-Sandiaga, Dahnil menganggap hal itu hanya soal gaya bahasa.
“Mas AHY secara eksplisit menyampaikan pesan komitmen memenangkan Prabowo-Sandiaga. Itu selalu dibahas dalam pertemuan BPN, termasuk all-outnya Demokrat di BPN mulai dari jubir dan tim kampanye,” kata Dahnil.
Karena tak menyebut nama Prabowo Subianto dalam pidatonya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinilai ingin menunjukkan Partai Demokrat (PD) bermain di tengah pada Pilpres 2019. Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin mengaku tak kaget karena PD disebut tak nyaman berada di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Saya kira sesungguhnya Demokrat sejak awal tidak merasa nyaman, tarik ulur keberpihakan terlihat sangat dinamis, sebentar yakin sebentar tidak peduli. Kalau orang Minang bilang ‘dima angin nan dareh’ (di mana angin kencang berada), kalau nyaman pasti all out,” ungkap juru bicara TKN Jokowi-Ma’ruf, Irma Suryani Chaniago kepada wartawan, Sabtu kemarin.
Irma pun mengatakan, pidato AHY bisa dipahami jika menilik dari fakta politik saat ini. Ia menyinggung soal elektabilitas Prabowo-Sandiaga yang masih cukup jauh berada di bawah Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Bisa dipahami karena memang elektabilitas 02 kan tidak pernah bisa mencapai 40 persen sampai hari ini di semua rata rata survei. Ditambah lagi, makin banyak mengalir dukungan dari swing voter dan juga yang balik badan (dari Prabowo),” kata Irma.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, menilai AHY ingin bermain di tengah, langkah yang pada Pilpres 2014 dilakukan oleh sang ayah yang juga Ketua Umum PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Secara implisit menunjukkan Demokrat ingin mengambil posisi di tengah, tidak terlalu terlarut pertarungan antara Prabowo dan Jokowi yang emosional,” ungkap Yunarto.
Dari pidato AHY yang disampaikan pada Jumat (1/3) malam, AHY disebut lebih menonjolkan keberhasilan SBY selama 10 tahun memimpin Indonesia. Padahal, bila berbicara soal koalisi, AHY seharusnya lebih banyak memberikan masukan bagi pasangan yang diusung PD.
“Ingin mem-blow up keberhasilan SBY, bukan bicara mengenai Prabowo, jadi lucu kemarin, harusnya kalau ada ide-ide untuk presiden mendatang dan masukan harusnya kan mereka berikan untuk Prabowo-Sandi sebagai materi kampanye, sebagai bahan debat,” kata Yunarto.
Melihat apa yang digarisbawahi AHY dalam pidatonya, itu dinilai sebagai posisi yang ingin berada di tengah pertarungan. Yunarto mengatakan hal tersebut realistis bagi Demokrat, yang tidak memiliki kader dalam pertarungan pilpres.
“Ketika mereka tidak melakukan itu, terlihat sekali mereka mengambil posisi lebih di tengah. Mungkin menyadari juga survei Prabowo-Sandi tidak menunjukkan di atas angin, kecuali Prabowo-Sandi ada di atas angin, mungkin akan berbeda. Bukan masuk ke pertarungan besar Prabowo vs Jokowi,” sebutnya.
“Ini pilihan realistis, di kalimat pertama pidato AHY kemarin bahwa Demokrat menyadari tidak ada kadernya yang ikut dalam pilpres. Positioning-nya itu mereka bukan pemain pertama dalam pilpres,” imbuh Yunarto. *
Komentar