Tradisi Omed-omedan Beberapa Kali Berubah Pakem
Ajang Silahturahmi, Bukan Ajang Cari Jodoh
DENPASAR, NusaBali
Tradisi Omedan-omedan yang digelar di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan, setiap Ngembak Gni atau satu hari setelah Hari Suci Nyepi sempat beberapa kali mengalami perubahan pakem. Perubahan tersebut seiring dengan perkembangan yang disepakati oleh masyarakat karena berbagai faktor.
Seperti saat digelarnya tradisi Omed-omedan ini, Jumat (8/3) kemarin. Perubahan pakem yang terjadi diantaranya posisi tangan, yang sebelumnya saling tarik menarik dengan tangan sesama teman lainnya. Perubahan tangan yang terjadi saat ini posisinya mendekap teman dari belakang dengan tangan menyilang di atas bahu dan di bawah tangan temannya.
Selain itu perubahan yang terjadi juga pada saat mendorong temannya untuk bertemu pasangan Omedan-omedan. Sebelumnya disunggi di bahu salah satu peserta, kini dilakukan di bawah menapaki tanah dengan berpelukan. Pelukan dilakukan dengan menyilang tangan, tangan kanan di bawah bahu pasangan sedangkan tangan kiri di atas bahu pasangan yang bertemu yakni pipi dengan pipi. "Itu sesuai dengan kesepakatan dan situasi di lapangan, asal tidak mengurangi maknanya. Karena Omed-omedan ini merupakan ajang silahturahmi. Berpelukan bukan ciuman bibir tetapi cium pipi," ungkap Kelian Banjar Kaja Sesetan, I Made Sudama.
Kata Sudama, tradisi Omed-omedan ini murni ajang silahturahmi bagi pemuda Banjar Kaja. Tidak ada kaitannya dengan ajang mencari jodoh, karena tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17 yang masih dilestarikan hingga saat ini. Jika memang ada yang mendapatkan jodoh setelah melakukan Omedan-omedan, Sudana mengatakan itu merupakan sebuah rangkaian ritual. Sebab, selama ini sudah ada tiga pasangan yang dipertemukan setelah ikut dalam tradisi ini. "Kalau dibilang tempat mencari jodoh tidak sih. Hanya saja kebetulan ada yang jadi setelah mereka mengikuti Omedan-omedan. Sampai sekarang ada tiga pasangan yang masih langgeng," ungkapnya.
Ketua Panitia Omed-omedan, sekaligus Ketua ST Satya Dharma Kerti, I Made Widya Sura Putra mengungkapkan, saat ini yang mengikuti tradisi Omed-omedan dan masuk dalam Sekaa Teruna mencapai 200 peserta terdiri dari perempuan dan laki-laki. Tradisi Omed-omedan yang ke-11 kalinya ini bertema Cakrabawa. Cakra yang selalu berputar mampu menjadi acuan pemuda Banjar Kaja untuk terus melestarikan tradisi ini secara turun temurun. "Tradisi ini kami harapkan tetap lestari. Terutama sesuai dengan pakem yang sudah disepakati panglingsir banjar maupun kesepakatan pengurus banjar. Jangan sampai kembali menimbulkan pandangan negatif di masyarakat bahwa ini ciuman massal," jelasnya.
Dukungan terhadap tradisi Omed-omedan ini juga datang dari Bluebird Bird area Bali-Lombok. GM Blue Bird area Bali dan Lombok, dr I Putu Gede Wiadnyana, mengatakan, dukungan tersebut juga sebagai bentuk menyatunya perusahaan Blue Bird dengan masyarakat. Dengan dukungan ini diharapkan menjadi acuan masyarakat lainnya di berbagai wilayah di Bali untuk terus melestarikan tradisi mereka. "Ini bentuk dukungan kami Blue Bird terhadap pelestarian tradisi dan Budaya di Bali yang sekaligus ikut menyatu di masyarakat," jelasnya. *mi
Seperti saat digelarnya tradisi Omed-omedan ini, Jumat (8/3) kemarin. Perubahan pakem yang terjadi diantaranya posisi tangan, yang sebelumnya saling tarik menarik dengan tangan sesama teman lainnya. Perubahan tangan yang terjadi saat ini posisinya mendekap teman dari belakang dengan tangan menyilang di atas bahu dan di bawah tangan temannya.
Selain itu perubahan yang terjadi juga pada saat mendorong temannya untuk bertemu pasangan Omedan-omedan. Sebelumnya disunggi di bahu salah satu peserta, kini dilakukan di bawah menapaki tanah dengan berpelukan. Pelukan dilakukan dengan menyilang tangan, tangan kanan di bawah bahu pasangan sedangkan tangan kiri di atas bahu pasangan yang bertemu yakni pipi dengan pipi. "Itu sesuai dengan kesepakatan dan situasi di lapangan, asal tidak mengurangi maknanya. Karena Omed-omedan ini merupakan ajang silahturahmi. Berpelukan bukan ciuman bibir tetapi cium pipi," ungkap Kelian Banjar Kaja Sesetan, I Made Sudama.
Kata Sudama, tradisi Omed-omedan ini murni ajang silahturahmi bagi pemuda Banjar Kaja. Tidak ada kaitannya dengan ajang mencari jodoh, karena tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17 yang masih dilestarikan hingga saat ini. Jika memang ada yang mendapatkan jodoh setelah melakukan Omedan-omedan, Sudana mengatakan itu merupakan sebuah rangkaian ritual. Sebab, selama ini sudah ada tiga pasangan yang dipertemukan setelah ikut dalam tradisi ini. "Kalau dibilang tempat mencari jodoh tidak sih. Hanya saja kebetulan ada yang jadi setelah mereka mengikuti Omedan-omedan. Sampai sekarang ada tiga pasangan yang masih langgeng," ungkapnya.
Ketua Panitia Omed-omedan, sekaligus Ketua ST Satya Dharma Kerti, I Made Widya Sura Putra mengungkapkan, saat ini yang mengikuti tradisi Omed-omedan dan masuk dalam Sekaa Teruna mencapai 200 peserta terdiri dari perempuan dan laki-laki. Tradisi Omed-omedan yang ke-11 kalinya ini bertema Cakrabawa. Cakra yang selalu berputar mampu menjadi acuan pemuda Banjar Kaja untuk terus melestarikan tradisi ini secara turun temurun. "Tradisi ini kami harapkan tetap lestari. Terutama sesuai dengan pakem yang sudah disepakati panglingsir banjar maupun kesepakatan pengurus banjar. Jangan sampai kembali menimbulkan pandangan negatif di masyarakat bahwa ini ciuman massal," jelasnya.
Dukungan terhadap tradisi Omed-omedan ini juga datang dari Bluebird Bird area Bali-Lombok. GM Blue Bird area Bali dan Lombok, dr I Putu Gede Wiadnyana, mengatakan, dukungan tersebut juga sebagai bentuk menyatunya perusahaan Blue Bird dengan masyarakat. Dengan dukungan ini diharapkan menjadi acuan masyarakat lainnya di berbagai wilayah di Bali untuk terus melestarikan tradisi mereka. "Ini bentuk dukungan kami Blue Bird terhadap pelestarian tradisi dan Budaya di Bali yang sekaligus ikut menyatu di masyarakat," jelasnya. *mi
1
Komentar